Semua Bab Melahirkan anak untuk CEO: Bab 111 - Bab 120
346 Bab
(S2) 35. Bangunlah, Sayang.
Lelaki itu duduk di sisi ranjang tempat istrinya terbaring. Berbagai peralatan medis menempel pada hidung, tangan, dan juga pada tempat lainnya. Istrinya belum sadarkan diri setelah melewati operasi beberap saat yang lalu. Lukanya sangat dalam, mengenai sebelah ginjal Alena, itu yang dikatakan oleh dokter yang menangani. Harry menggenggam erat telapak istrinya, membawa tangan itu ke depan bibir. Dia mengecup punggung tangan Alena dengan mata terpejam. "Kau harus kuat, Sayang. Zoe dan aku sangat membutuhkanmu," bisik Harry lemah. Sangat banyak penyesalan di dada Harry saat ini. Dia menyesal sudah mendiamkan Alena berhari-hari dan mengabaikan penjelasan dari istrinya. Harry tertekan oleh tekanan batin yang datang dari rasa bersalah itu."Maafkan aku, Alen, maafkan aku. Tak seharusnya aku membuat jarak antara kita," bisiknya sekali lagi. Entah kapan terakhir kalinya Harry menangis. Kalau dia tak salah ingat, mungkin itu ketika
Baca selengkapnya
(S2) 36. Balasan Berjuta Kali Lipat.
Sorot mata yang siap untuk melenyapkan Feli masih tertuju ke arahnya. Felisha sempat kehilangan kepercayaan dirinya sejenak, tapi dengan kilat dia sadar."Apa maksudmu? Apa lagi yang kau tuduhkan ini? Apa semua orang yang akan datang ke sini akan menuduhku?" Dia menatap mamanya bergantian dengan Ezra.Wajah bengis Ezra tak bisa dihindarkan dan secepat kilat pria itu melesat ke arahnya. Ezra terlihat sangat menakutkan seperti malaikat maut yang akan menghabisi Feli sekarang juga."Aghhh ...."Secepat kilat tangan Ezra beralih ke lehar Feli, sehingga gadis itu mengerang menahan sakit. Tangannya berusaha memukul pergelangan suaminya untuk membebaskan diri."Aku sudah bilang agar kau nikmati sisa hidupmu yang menyedihkan, tapi kau masih berusaha mengganggu Alena? Aku tak akan mengampunimu kali ini, Felisha!" "Apa yang kau lakukan pada putriku?!" Rona berlari memegangi tangan Ezra. "Lepaskan Felisha! Dia tak bersalah! Kau tak bisa melakukan
Baca selengkapnya
(S2) 37. Kau Harus Bertanggung Jawab.
Gudang yang disebut penyiksaan itu terletak di bagian istana timur. Tempat yang sudah sangat lama tak pernah lagi Harry masuki, semenjak dia mengenal Alena. Dulu, Harry memakai gudang itu untuk memberi pelajaran bagi mereka yanh berani menentangnya. Sebab itu lah dia sangat terkenal dengan kekejamannya. Dan setelah sekian lamanya tak pernah lagi Harry mendatangi gudang itu, di sini lah dia sekarang di depan orang-orang yang diduga pelaku penusukan pada Alena. "Katakan, siapa pelakunya di antara kalian!" bentak Lukas. Ini bukan pertamaan pertama darinya. Lukas sudah menanyai orang-orang itu sejak mereka di bawa ke sana."Kau? Kau? Atau kau?" Luka menunjuk wajah mereka satu per satu.Wajah yang sangat ketakutan. Mereka bahkan tak berani bersuara. Hanya gelengan yang mereka tunjukkan sebagai jawaban untuk pertanyaan itu."Kalian tak mau mengaku?" Lukas yang duduk di bangku kayu tak jauh dari mereka, kini berdiri mendekat. "Baik! Jika tak satu pun yang
Baca selengkapnya
(S2) 38. Sampai Kau Meminta Kematian.
Melihat putrinya dibawa paksa, Rona berteriak mengejar suruhan Lukas, tapi pria tua itu segera menghentikannya."Jangan sia-siakan tenaga Anda. Putri Anda harus bertanggung jawab untuk hal yang dia lakukan," kata Lukas tegas. Bukannya menyerah, Rona semakin menggila berusaha melawan Lukas."Kalian tak berhak membawa anakku begitu saja! Setidaknya, kalian tunjukkan lah sopan santun kalian terhadap istri seorang Ezra Raves!"Padahal Lukas sudah mengatakan bahwa Ezra sendiri sudah memberi ijin, tapi wanita tua ini sangat keras kepala. Lukas menjadi kesulitan dibuat Rona, sebab dia bukan orang yang suka memukul perempuan."Bahkan jika Tuan Raves tak ijin, kami akan tetap membawa putri Anda. Bukti dan saksi untuk kejahatannya ada di tangan kami.""Tidak! Kalian pasti berbohong! Kalian sudah melakukan kesalahan, sebab aku lah yang menusuk Alena bukan Feli. Tangkap aku dan lepaskan putriku!" teriaknya lebih keras.Masih dengan cara yang sama, heh?
Baca selengkapnya
(S2) 39. Kau Harus Mati!
Rona tiba di rumah sakit tempat Alena dirawat. Dia mengendam-endap masuk ke dalam kamar itu, ketika tak seorang pun berjaga di sana. Rona tersenyum lebar, merasa keberuntungan berpihak padanya. Matanya menatap sosok yang kini terbaring di atas ranjang. Berbagai peralatan medis menempel pada tubuh putri tirinya itu. Rona mendekat, berdiri di sisi ranjang dengan mata yang tak lepas dari Alena. "Kenapa nasibmu selalu baik, di saat aku selalu membuangmu ke kubangan?" gumam Rona. Sudah berpuluh kali Rona menyiksa Alena, menjauhkannya dari keluarga dan membuat gadis itu menggelandang di jalanan. Tapi kemudian, ketika mereka melihat Alena lagi, gadis itu selalu bisa bangkit dari keterpurukannya. Alena selalu mampu melewati setiap siksa yang Rona berikan, bahkan mampu melewati kematiannya. Rona mengepal kedua tangan menahan rasa yang berkecamuk di dadanya."Haruskah aku benar-benar membunuhmu,  Alena? Aku sangat menahan tangan
Baca selengkapnya
(S2) 40. Terima Kasih Sudah Kembali
Para dokter berlarian menuju kamar tempat Alena terbaring. Berbagai peralatan medis mereka bawa menuju tempat itu, setelah mendapatkan alarm gawat darurat. Harry yang baru saja tiba di tempat itu segera ikut berlari mengejar pintu yang akan tertutup. Dan ketika akhirnya dia tiba, pintu itu tertutup tepat di depan matanya. Dia meninju pintu di hadapannya dengan seluruh tenaga yang dia punya. "Ada apa dengan Alena? Apa yang terjadi?!" sentak Harry pada pengawal yang berjaga. Dua pengawal itu sangat ketakutan bahkan tak berani untuk melihat wajah tuannya. "Tuan, ampuni kami. Kami juga baru tiba."Lantas mata Harry menyalang melihat pengawal yang dia tugaskan."Baru tiba? Bukannya aku sudah menyuruh kalian berjaga di sini sejak kemarin malam?!"Kemudian dua orang itu menunduk sangat dalam sampai tak bisa menunjukkan wajahnya."Kami mencari kopi di kafetaria rumah sakit, Tuan. Dan saat kami kembali ..." Pengawal itu mengh
Baca selengkapnya
(S2) 41. Tetaplah Jadi Istri Yang Mengandalkanku.
"Tuan Harry, bisa berbicara sebentar?"Seorang dokter berdiri di ambang pintu memanggil lelaki yang tengah menjaga istrinya. Lelaki itu memutar wajahnya, ingin dia katakan agar sang dokter menyampaikan ucapannya di tempat itu, tapi kemudian dia urungkan. Harry tahu dokter itu akan membahas tentang Alena, dan itu tak baik didengar oleh istrinya demi kebaikan Alena sendiri. Lantas, Harry mengiyakan ucapan dokter, dia keluar dari ruangan itu setelah lebih dulu mengecup kening istrinya, berpamitan.Di depan pintu, Harry berkata pada si dokter. "Katakan di sini saja. Aku harus di sini memastikan istriku baik-baik saja." Dia tak ingin Alena mengalami kritis ketika dia tidak di tempat. Si dokter mengiyakan perkataan Harry dengan anggukan."Mohon maaf sebelumnya, Tuan. Selain kelalaian kami, sebenarnya ada yang tak beres di kamar Nyonya Alena. Saat aku tiba di sana, aku sempat melihat kamar istri Anda berantakan. Bantal yang seharusnya berada di kepala, aku
Baca selengkapnya
(S2.) 42. Terimalah Hukumanmu.
Harry tak mengerti apa yang ingin dibicarakan Alena dengan Rona. Tapi untuk menyengkan hati istrinya, dia bersedia membawakan Rona bertemu dengan Alena. Dengan pengamanan ketat, Harry memberi ruang untuk istrinya berbicara empat mata bersama wanita licik tak berperasaan itu. Dan di sini lah Rona sekarang, berdiri di depan Alena."Silakan duduk, Mama Rona. Jangan hanya berdiri," kata Alena, dia memberikan senyum ramah pada wanita itu."Tak perlu berpurs baik padku! Katakan apa maksud kalian membawaku ke sini!" Wanita yang biasanya berpenampilan menor itu terlihat sangat rapuh sekarang, tidak seperti dirinya. Alena tahu, Harry sudah mengurung wanita itu belakangan ini. Pergelangan tangan yang memerah Alena pastikan bekas ikatan tali. Sebenarnya, Alena sendiri tak tega melihat Rona seperti itu. Meski rasa sakit di hatinya atas perbuatan wanita ini, Alena masih memiliki rasa kemanusiaan. Dia bukan orang kejam yang suka menyiksa seseorang."
Baca selengkapnya
(S2) 43. Karena Aku Takut Kehilanganmu.
"Apa maksudnya? Kau melepaskan mereka, Alen?" Harry tak mengeri entah terbuat dari apa hati istrinya ini. Padahal, Harry sudah berencanna membuang Feli beserta mamanya ke dalam hutan. Tak peduli bahwa Felisha sedang mengandung, dia pantas mati setelah berkali-kali melakukan kejahatan pada Alena."Harry, aku tahu betapa kau marah pada mereka. Aku pun tahu kau sangat ingin mereka mendapatkan hukuman yang setimpal. Tapi negara ini memiliki hukum, dan karma atas perbuatan jahat mereka pun akan mendapat balasan. Kita tak perlu mengotori tangan kita untuk membunuh mereka, Harry. Biarkan waktu hukum yang berlaku pada mereka, aku tak mau suamiku menjadi pembunuh," kata Alena. Jika benci dan dendamnya pada ibu dan anak itu, tak perlu diragukan lagi."Tapi mereka sudah berkali-kali hampir membunuhmu. Aku tak akan membiarkan mereka lolos.""Dengan membalasnya, bukankah kita juga akan sama seperti mereka, Harry? Biarkan mereka menuai karmanya sendiri, dan biar
Baca selengkapnya
(S2) 44. Zoe Cemburu.
"Lepaskan aku! kalian tak bisa melakukan ini padaku!" Felisha menjerit, merontah ketika dua polisi datang menjemputnya. Mereka mengabaikan teriakan wanita itu dan terus menggiringnya menuju mobil yang sudah terparkir di sana. Alena melihatnya dari kejauhan dengan mata yang tak lekang dari kakak tirinya itu. Andai saja Feli bisa berdamai dengan Alena sejak dulu, tentu semua ini tak akan pernah terjadi. Tapi itu lah kehidupan yang harus dia jalani akibat dari perbuatannya."Alena! Kau tak bisa melakukan ini, Alena! Aku adalah kakakmu, kau tak boleh membiarkan mereka membawaku!" teriaknya dari ujung sana. Lantas, mau tak mau Alena mendekat ke arah Feli. "Jika saja sejak dulu kau menyadari kita bersaudara tiri, aku tak mmungkin tega melakukan ini, Feli. Tapi kau sayangnya kau sadar setelah terlalu jauh melukaiku. Maka, aku tak bisa berbuat banyak untukmu," jawab Alena. "Alena, aku tahu sudah banyak berlaku jahat padamu. Tapi tak bisa kah kau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
35
DMCA.com Protection Status