Semua Bab A Fake Protagonist: Bab 41 - Bab 50
73 Bab
41. Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku
Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku “Kalian pikir kalian bisa pergi dengan mudah?” tantang Fluke. “Ayolah, jangan banyak bicara,” ucap Joo tanpa sadar. Sejurus kemudian laki-laki itu tersadar dan segera menutup mulutnya. Gara-gara cara bicara Romeo yang cukup berani, Joo sampai lupa untuk beberapa saat kalau yang ada di hadapannya itu Fluke keponakan rektor yang angkuh. Fluke seketika bereaksi karena ucapan Joo. “Siapa yang banyak bicara?” tanya Fluke pada Joo, nada bicaranya mulai meninggi. Joo seketika melotot, laki-laki itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya. “Tidak-tidak. Maksudku …,” ucapan Joo menggantung karena kehabisan akal untuk mencari alasan, matanya lalu melirik Jane yang berada di sampingnya. “Maksudku temanku ini, Jane, dia banyak bicara.” Jane sontak menoleh pada Joo, melotot padanya. Joo mengerjapkan matanya dengan cepat. “Diamlah Jane, jangan banyak bicara,” ulang Joo seolah-olah sedang menegur J
Baca selengkapnya
42. Ada Apa dengan Jane?
 Kate sukses dibuat mematung mendengar kalimat terakhir Ken.“A—apa maksudmu?” Kate sampai terbata karena sikap Ken yang tiba-tiba berbeda dari biasanya.Ken tak menjawab. Tatapan laki-laki itu begitu dalam menatap mata Kate. Ken semakin mendekatkan tubuhnya pada Kate, membuat tatapan gadis itu melebar. Kate sontak mundur higga ke jung sofa, tetapi Ken masih mendekat padanya. Kali ini Kate tak melihat sisi kemayu Ken sama sekali, yang ia lihat hanya sisi lain Ken yang belum pernah dilihatnya. Ken yang lebih terlihat seperti seorang pria.Ken begitu dekat dengan tubuhnya, ini adalah peringatan besar bagi Kate kala ia mengingat genre fil Ken yang temukan sebelumnya. Kate selah dipaksa untuk sadar sepenuhnya dari alam bawah sadarnya, bahwa Ken berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Kate sontak mendorong tubuh Ken menjauh darinya. Gadis itu sudah panik sejak Ken tiba-tiba bersikap aneh padanya seper
Baca selengkapnya
43. Canggung
Jane terdiam lama melihat teman-temannya. Merutuki dirinya sendiri yang melamun di depan teman-temannya. Perkataan Fluke di kampus tadi memang sangat mengganggu pikirannya saat ini. Jane bertnya-tanya, mengapa Fluke memintanya bertemu di depan gerbang asrama malam ini. Apa yang ingin lakukan lagi padanya dengan membawa teman-temannya sebagai ancaman.Jane benar-benar pertemuannya dengan Fluke akan menimbulkan masalah. Namun, ia juga tidak ingin Fluke melakukan sesuatu pada teman-temannya. Karena ia tahu, Fluke bisa melakukan apa saja yang diingankannya.“Eum … aku … hanya sedikit merasa lelah saja, hari ini terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan di klub dansa, sementara aku harus latihan sendiri tanpa Ken, karena dia tidak masuk hari ini.”“Jaga dirimu baik-baik, Jane. Jangan terlalu kelelahan, kau harus banyak istirahat sebelum hari acara tahunan tiba,” ucap Joo pada Jane yang berada di sampingnya.“Iya, Jane. Jang
Baca selengkapnya
44. Ide Romeo
44. Kate bisa merasakan wajah Ken semakin mendekat ke arahnya.Semakin dekat, hingga suara ponsel Kate di atas meja berbunyi menyadarkan Kate seketika.Gadis itu refleks mendorong Ken menjauh darinya, membuat laki-laki itu terkejut menatapnya.Tiba-tiba rasa canggung mendera keduanya. Sama seperti Kate, lidah Ken juga kelu. Kate meraih ponselnya yang berdering di atas meja dengan gugup. “Ada telfon,” katanya singkat pada Ken, gadis itu berdiri dan meninggalkan Ken yang sama gugupnya. **** Kate menormalkan detak jantungnya yang memburu karena ulah Ken. Wajah Ken yang mendekat padanya masih terbayang jelas di ingatan Kate. Ia bersyukur karena masih waras dengan tidak membiarkan Ken begitu saja. Kate takut tidak bisa mengendalikan perasaannya, ia sangat takut hanya dirinya yang mencintai Ken, sementara laki-laki itu tidak mencintainya. Kate menatap layar ponselnya yang menampilan deretan nomor asing. Sebuah panggilan tak terjawab tertera di layar. K
Baca selengkapnya
45. Rencana Fluke Pada Jane
45.“Aku setuju.” Jawab Joo.“Aku juga setuju.” Ken menimpali. Namun, dari raut wajahnya Aland tampak keberatan dengan ide Romeo.“Apa kau yakin kita akan melakukan ini? Bagiku ini cukup berisiko masuk ke dalam markas mereka, kita tidak tahu seberapa bahayanya mereka. Kita juga bahkan belum tahu apa saja yang terjadi di dalam sana. Aku tidak ingin membahayakan kalian lagi karena diriku,” ucap Aland tidak enak.“Kau terlalu mengkhawatirkan hal yang bahkan beum pernah terjadi, Aland. Sebaiknya kau singkirkan kekhwatiranmu itu, tidak akan terjadi apa-apa selama kita belum mencobanya,” ucap Romeo pada Aland.“Mungkin Romeo memang benar. Tapi kalian tahu sendiri, ‘kan, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika ada di antara kalian yang terluka karenaku.” Aland menambahi.“Jangan khawatir. Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak pernah mencobanya.” Joo merang
Baca selengkapnya
46. Terkejut dengan Kenyataan yang Sebenarnya
“Katakan, mengapa kau melakukan ini padaku? Apa kau masih menyimpan sakit hati padaku?” Jane mengingat jika hubungan mereka berakhir memag bukan karena hal yang baik. Fluke terus curiga karena sifat hangat Jane kepada semua orang, hingga suatu hari Fluke menuduhnya berselingkuh dengan teman dekat Jane. Saat itulah hubungan mereka berakhir dan Fluke sangat memebencinya. “Sakit hati? Tidak sama sekali.” Fluke mendekati Jane membuat gadis itu terpaksa mundur karenanya. “Jangan berpikir bahwa aku masih mengharapkanmu.” “Aku melakukan ini karena aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.” “Apa maksudmu?” Jane sempat sempat berhenti namun lak-laki itu tetap berjalan ke arahnya. “Berhenti, Fluke!” bukannya berhenti, Fluke justru membuat Jane terpojok di dinding. “Asal kau tahu, aku sudah tahu sebenarnya apa yang kau lakukan dengan teman-temanmu yag berbeda fakultas itu.” Jane sontak mendongak terkejut dengan pernyataan Fluke. Seakan tah
Baca selengkapnya
47. Tidak Bisa Mengkhianati Mereka
Sontak mata Jane membulat karena itu. Gadis itu menggeleng dengan panik. “Tidak-tidak, apa yang telah kau lakukan?!” Jane menarik kerah Fluke, ia benar-benar tak percaya Fluke melakukan semua ini padanya.Fluke dengan wajah santainya menjawab. “Aku hanya memotret diri kita berdua. Aku tidak melakukan apa pun padamu, kecuali jika kau menginginkannya maka akan kuturuti—”Jane mendorong Fluke menjauh darinya, laki-laki iu justru tersenum puas melihat wajah panik Jane.“Apa yang akan kau lakukan pada foto itu! Hapus sekarang juga!” Jane mencoba merebut kamera milik Fluke dari tangan laki-laki itu. Namun, dengan mudah Fluke menjauhkannya dari Jane.“Tidak semudah itu, Jane.” Fluke mengatakannya membuat Jane yang kesulitan menjangkau kamera milik Fluke berhenti dengan wajah penuh kekhawatiran.“Jika kau ingin foto ini tidak diketahui oleh seluruh orang di kampus, maka kau harus setuju dengan per
Baca selengkapnya
48. Markas Geng Topeng Hitam
Sudah cukup lama Aland, Romeo serta Joo menunggu di balik pagar berkawat. Romeo sempat menatap ke sekeliling mereka, khawatir jika mereka memasang cctv. Namun, ia merasa lega karena tak menemukan kamera pengintai di mana pun.Lama mereka menunggu, tak ada siapa pun yang datang, Joo yang tak mengerti apa yang mereka rencanakan mulai kesal menunggu. “Apa yang kalian tunggu sebenarnya? Kita bisa saja masuk ke sana sekarang, apa yang kita tunggu di sini?”Joo hendak bangkit dan nekad masuk ke sana, ketika seseorang mengenekan topeng datang dan Romeo menariknya kembali untuk duduk dan mengintai orang itu.“Diamlah, target sudah datang.”Mereka kembali bersembunyi ketika orang itu menatap curiga ke sekelilingnya—baik Romeo, Aland serta Joo merasa orang itu curiga ada orang lain di sini.Aland, Romeo serta Joo saling menatap satu sama lain. “Keluar sekarang,” ucap Aland, sontak semua orang keluar dari persembunyia
Baca selengkapnya
49. Kamera Pengintai
Suasana di antara mereka terlalu canggung bagi Ken. Ken memikirkan sesuatu agar suasana bisa cair di antara mereka.Mendekati perempuan yang tengah memanggang sosis itu. Ken melihat teman-teman yang berada di belakang Kate tengah sibuk memasang berbagai perlengkapan mereka.“Kau sedang apa?” tanya Ken.“Kau tidak lihat aku sedang memanggang sosis?” Kate yang merasa kesal melihat kedatangan Ken bersama Jane menjawab pertanyaan Ken dengan nada kesal.“Sejak kapan semua ini dipersiapkan, Kate? Kemarin sepertinya semuanya masih sepi. Tapi tiba-tiba hari ini sudah ada persiapan saja,” celetuk Ken iba-tiba.Kate mendelik singkat ke arah Ken. “Bukankah kemarin kau di rumah dan tidak pergi ke mana-mana?”Ken terdiam. Merasa malu akan sindiran Kate. Seorang teman perempuan datang membantu Kate—lalu melihat Ken ternyata di sana bersama mereka.“Kate,
Baca selengkapnya
50. Mengambil Risiko
BAB SELANJUTNYA Karena merasa tak nyaman dengan kedekatan Jane dengan Ken, Kate pamit pergi kepada teman-temannya untuk pergi ke toilet—namun nyatanya dia hanya memandang pantulan dirinya di depan toilet. Kate sengaja meninggalkan kedai untuk mengalihkan pikirannya dari kedekatan Ken dan Jane. Ia tak ingin terlihat sedang cemburu jika berada di sana lama-lama.Sikap Ken berhasil membuatnya merasa kesal jika mengingat laki-laki itu tampak hendak menciumnya kemarin, dan saat ini dia kembali bercanda dengan Jane di depan matanya. Kate tak habis pikir laki-laki macam apa Ken itu, mudah sekali membuatnya jatuh cinta dan patah hati dalam waktu sekejap. Bunyi notifikasi ponsel mengalihkan perhatian Kate. Sebuah nomor asing tertera di layar. Kate mengernit ketika membuka pesan yang masuk dari nomor itu. Kate tersenyum aneh kepada dirinya sendiri yang mengabaikan nomor ketua komite popular di kampusnya, padahal jika jika mahasiswi lain yang berhasil mendapatkan nom
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status