All Chapters of Cinta Tanpa Tapi: Chapter 31 - Chapter 40
105 Chapters
31. Ayah
"Ayolah, kita pergi sebentar." Ajak Diandra. Lagi!"Pergilah, lagi pula jam kerjamu memang sudah habis bukan?" titah pak Aldo pada Ratna yang saat itu langsung menatap meminta persetujuan melalui kontak mata. "Iya, Pak." Ratna mengangguk. "Nay, maaf ya," seru Ratna pada Nay yang berdiri di samping pak Aldo, yang juga mengangguk sambil tersenyum ke arahnya. Sempat ada janji makan siang bersama tadi antara Nay dan Ratna. Namun, batal karena kehadiran Diandra.Nay kembali mengangguk hormat pada pak Aldo, sambil tersenyum. Tangannya meraih tas dan mulai melangkah sambil mengenakan jaket untuk menutupi seragamnya. "Diandra, jaga wanitaku, jangan kau kasari dia." Pak Aldo tampaknya mulai menyerang. Hingga membuat bola mata Ratna membesar karena kaget, walau dia paham pak Aldo hanya sekedar menggoda."Hei, cantik, jangan hanya jago di mulut saja, nikah kalau berani." Diandra membalas serangan pak Aldo dengan mengedipk
Read more
32. Kenyataan pahit
"Dari mana saja kamu, Mon? Aku sudah hampir lumutan yang nungguin di sini," tanya Rizal yang langsung berdiri, saat melihat Mona yang baru saja turun dari motornya."Dari salonlah, emangnya kamu mau kalau lihat aku berpenampilan kusut macam mantan istrimu, hah?!" sungut Mona yang langsung bergegas masuk ke dalam setelah membuka pintu dengan kunci yang ia bawa. Marah akibat di permalukan saat di salon tampak jelas saat ini di wajah Mona. Hingga tanpa sadar menjadikan Rizal sebagai tumpuan kekesalan nya. "Lagian ada apa kamu ke sini, bukannya masih jam kerja?" tanyanya lagi tanpa menoleh ke arah lelaki yang menunggunya. "Aku nggak enak badan, buatkan aku kopi dan cepatlah masak, aku lapar, tadi pagi lupa sarapan," pinta Rizal yang langsung tidur di sofa panjang."Mana uangnya? Aku nggak mau masak, mending beli aja, nggak baik orang hamil kalau terlalu capek." Mona datang dengan tangan menengadah."Uang? Bukannya aku sudah mem
Read more
33. Delon dan Rizal.
"Zal, tadi pak Deni kesini, dia memintamu untuk segera menghadap pak Delon. Sepertinya kau akan menghadapi masalah besar."Rizal langsung mendengus kasar saat mendengar apa yang supervisornya katakan. Dengan tangan kanan meletakkan tas kerjanya kasar di atas meja. "Rupanya ada kemajuan pesat dirimu, Zal! Sepagi ini sudah harus berurusan dengan CEO kita, sebutlah namaku kawan," seru Bahtiar, lelaki gempal yang duduk pas di depannya, hanya di batasi oleh dua meja saja. Rizal terdiam tak menjawab matanya berputar jengah karena merasa di goda. Menghempaskan pantatnya ke kursi yang hilang kenyamanan nya saat ini. Selang beberapa saat akhirnya dia berdiri dan melangkah gontai ke tempat pak CEO, lantai paling atas. Mau menghindar pun, sudah tak ada alasan lagi.  "Masuk!" Jantung Rizal seperti sedang berhenti berdetak, saat suara keras dari dalam ruangan yang pintunya tadi ia ketuk dengan perasaan ragu, terdengar.
Read more
34. Usul Ratna
"Jadi, apakah kau masih mau terus kerja di salon, Rat?" tanya Mila siang itu, saat mereka berempat, berkumpul di rumah Nay, sambil menikmati bakso yang tadi sempat di beli Ratna saat dalam perjalanan."Entah, aku pun masih tidak tahu," jawab Ratna dengan tangan meletakkan piringnya yang sudah kosong ke atas meja. Ternyata dia sudah menghabiskan bakso bagiannya."Ratna .... Aku, Mila dan Rafi mau mengucapkan terimakasih, atas hadiah yang di berikan Bundamu." Nay mewakili Mila dan Rafi, berkata dengan aura yang berbeda. Dan di sambut oleh picingan mata Ratna."Hadiah apa?""Itu!" Dengan isyarat mata, Nay menunjuk ke meja.Sontak Ratna menoleh ke arah meja, tampak di sana terlihat empat ponsel bercasing beda. Namun ber type sama.Dari awal datang dirinya memang tidak memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi di diri tiga sahabatnya itu."Hei, kenapa ponsel kita bisa sama?" Ratna langsung terbeliak kaget, tangannya merengkuh semua po
Read more
35. Aku ingin bahagia
"Ratna, bangun." Suara itu kini terdengar lebih jelas dari awalnya yang hanya sekedar sayup sayup. Bahkan kini badannya sedikit bergoyang karena goncangan tangan yang ada di bahunya."Mas ...." Ratna mengerjakan mata berulang kali saat melihat wajah mas Delon yang sudah berada di sampingnya."Kamu masih ingin mengambil barangmu di rumah itu, tidak?" tanya Delon yang masih berdiri menatap wajah sang adik yang tampak masih sangat mengantuk."Masih, Mas. Banyak naskah yang tersimpan di dalam ponselku yang lama." Ratna menjawab setelah sebelumnya menutup mulutnya yang menguap. "Kalau begitu, ayo!" ajak Delon dengan tangan kanan mengacak lembut rambut Ratna, yang kemudian melangkah sedikit menjauh dan duduk di kursi kosong di samping Nay yang masih tersenyum melihat keakraban Ratna dan Delon."Mas kapan datang, terus yang lain pada ke mana, Nay? Kok sepi?" tanya Ratna yang mulai duduk dari rebahan. Matanya juga mulai menyapu setiap sudut rumah.&nb
Read more
36. Menggoda
"Mas Delon mau jadi mak comblangnya?" tanya Ratna yang memberi isyarat pada Delon dengan ujung matanya yang melirik ke arah Nay, yang tampak jengah, dan membuang muka ke arah luar rumah. "Memangnya kamu mau?" tanya Delon yang menyipitkan matanya, tampak kalau Delon belum juga paham dengan kode yang Ratna berikan."Apa kata nasib deh, Mas. Tapi kalau untuk saat ini, aku nggak aja." Akhirnya Ratna memilih jawaban menggantung. Dia mulai berdiri, bersiap untuk pergi."Nay mau ikut nggak ke rumah mantan suaminya Ratna?" tanya mas Delon pada Nay yang masih memilih menatap ke luar rumah. Tampak Delon yang ikut berdiri saat melihat Ratna bangun dari duduknya."Nggak, Mas. Aku lagi ada yang harus di selesaikan malam ini." Dengan tersenyum yang di paksakan, Nay menolak halus ajakan Delon."Ya udah, kalau gitu" ujar Delon, kedua bahunya naik sesaat. "Yuks! Kita berangkat sekarang ke rumahmu, mumpung belum terlalu sore," ajak De
Read more
37. Rujuk?
"Alhamdulillah, sepi, Mas. Kalau banyak orang bikin keki, aku males yang mau basa basi," sahut Ratna yang melangkah mendekati Delon. Setelah memandangi sekitarnya."Hu um," ujar Delon yang kemudian melangkah sejajar dengan Ratna mendekati pagar rumah. "Rizal tampaknya juga ada, tuh! Motornya sudah ada di teras." Ratna berucap setelah matanya melongok lewat celah celah pagar."Assalamualaikum!" Ratna dan Delon tanpa sadar mengucapkan salam bersamaan. Mereka pun saling pandang dan tersenyum bersama. "Wa Alaikum salam." Ratna menggigit bibir bawahnya, saat melihat Rizal yang keluar dari rumah, dengan membawa kunci pagar di tangannya.Baju yang kusut dengan rambut acak acakan, Rizal mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah sesaat setelah pintu pagar di bukanya lebar- lebar.Ratna membuang nafas panjang, ternyata getaran itu masih ada, walau mungkin hanya sebesar biji jagung. Mau di bantah seperti apa pun mereka
Read more
38. Bolehkah?
"Ratna, ayo!" teriak Delon yang ternyata sudah menunggu di dalam mobil yang kini menepi di depan pagar rumah Rizal.Semua barang Ratna yang tadi Rizal letakkan di depan Ratna pun kini sudah tidak ada, di angkat Delon ke dalam mobil.Ratna terlonjak kaget dan memanjangkan badannya di bantu oleh kakinya yang jinjit untuk melihat mas Delon, dan menganggukkan kepala ke arah kakak lelakinya itu. "Assalamualaikum!" salam Ratna yang kemudian bergegas menyusul Delon, tanpa lagi menoleh ke arah Rizal, tak terdengar olehnya jawaban salam dari lelaki yang pernah menjadi penguasa hatinya itu.Dulu, Ratna tak pernah keluar dari rumah sebelum mencium punggung tangan lelaki itu. Jadi terasa aneh, apalagi sepintas tadi terlihat olehnya, Rizal yang hendak mengulurkan tangannya. Namun, dirinya sudah berbalik arah."Kita langsung pulang atau bagaimana, Dik?" tanya Delon pada Ratna, saat mobil yang di kendarainya mulai berbelok arah.Ratna terdiam tak men
Read more
39. Dukungan Delon
Delon tak menjawab, dia terus saja menikmati makanan seafood yang di pesannya. Malah kini menyuruh Ratna juga untuk tidak perduli dengan perkataan Aldo yang tadi sempat terlihat membuat mata cantiknya terbeliak sesaat. "Ouy, Delon!" Setengah berteriak Aldo memanggil Delon dengan tatapan tak percaya kalau sahabatnya itu malah bersikap tak perduli."Buktikan, Aldo. Bukan hanya di mulut saja. Omongan tanpa bukti itu namanya hoak!" Dengan tangan meletakkan gelas kosong karena ia teguk di atas meja, Delon menjawab apa yang membuat Aldo penasaran. "Aduh!" Delon mengadu saat pahanya terasa ada yang mencubit dari bawah meja. "Apa sih, Dik?" tanya Delon dengan mata melotot ke arah Ratna yang kembali menundukkan wajahnya, yang mungkin kini sedang blushing. Dan menunjukkan wajah tak bersalah.Delon Kemudian melanjutkan makannya dengan sangat nikmat. Saat melihat Ratna hanya diam saja. Delon pun bersikap seolah tak perduli kalau di sekitarnya
Read more
40. Bahaya ini Bunda
"Sarapan apa, kita pagi ini?" tanya Delon yang baru ikut bergabung di meja makan. "Aku bikin bubur ayam, Mas. Menurutku ini cocok untuk sarapan." Ratna menjawab, sebelum memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Delon tak lagi menjawab, dia sibuk menyeruput kopi bikinan Ratna. "Apakah kau memasak banyak, hari ini?" tanya Bunda yang sudah menghabiskan sarapannya. "Ya, aku juga sudah menyiapkan bekal untuk Bunda dan mas Delon. Aku harap cocok di lidah.""Mmm ... Kenapa tidak membuka cafe saja, Dik? Kopimu bikin aku ketagihan." Delon kembali memberikan pendapat yang sama pada Ratna "Akan ku jadikan pertimbangan, hanya saja aku masih tidak percaya diri untuk melakukan inovasi, Mas.""Kau ajaklah sahabatmu untuk bekerja sama, dari situ bakalan tumbuh rasa kembali rasa percaya diri kamu." Delon memberikan usul pada Ratna."Serius?" tanya Ratna sontak menghentikan kunyah nya dan dengan mata tak percaya menatap
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status