Semua Bab My Arrogant Lawyer: Bab 131 - Bab 140
264 Bab
Udang Dibalik Batu
Suasana pagi itu begitu tenang. Sinar dan Pras tengah duduk tidak jauh dari kolam renang. Mencari sinar mentari pagi, untuk sekedar berjemur menghangatkan diri bersama keluarga kecil mereka.Ada sang bayi yang baru saja terlelap setelah menyesap ASInya. Serta Pras dan Sinar yang mengapitnya.“Mas …” Manik Sinar mengikuti sosok Bira, yang baru keluar dari rumah belakang dan hanya melambaikan tangan pada mereka. Pria itu berjalan dengan senyum mengembang dan sangat percaya dan menghilang ketika tubuhnya memasuki rumah depan.“Hm?”“Kenapa Bira belakangan ini, selalu pulang setiap weekend?” tanya Sinar dengan rasa penasaran yang begitu tinggi. “Udah gak FWBan sama Gina lagi, berarti, ya?”Sejak memiliki Qaishar, Pras tidak lagi membawa istrinya ke apartemen, bila adik bontotnya itu pulang ke rumah. Hati Pras sudah mulai sedikit melunak untuk satu hal ini. Pras sudah menaruh rasa percaya, pada Sina
Baca selengkapnya
Bira Menyerah (lagi)
Suasana pelataran kediaman Raja sore itu, sudah terlihat sangat meriah. Berbagai hiasan bertema otomotif, dengan berbagai tokoh mobil kartun, sudah semarak menghiasi pesta ulang tahun Qaishar yang pertama. Sedari Qaishar bayi, Pras sudah mengenalkan putranya itu dengan berbagai macam koleksi mobil yang ada di garasi. Kamar Qaishar pun, penuh dengan berbagai macam mainan yang memiliki roda empat. Ulang tahun kali ini, tentu saja Qaishar tidak merayakannya sendirian. Juga ada Bira, yang sekaligus merayakan ulang tahunnya yang ke 29 tahun. Namun, wajah bahagia tidak terpancar dari wajah Bira sedari tadi. Pria itu sibuk melihat ponsel, dan sesekali maniknya terarah pada pintu gerbang yang berada di ujung pelataran. Sepertinya, ada seseorang yang ditunggunya, tapi orang tersebut tidak kunjung datang. “Nungguin sapa, sih, Bir?” tegur Sinar sambil menepuk bahu Bira yang tengah melamun. “Oh!” Bira menoleh pada Sinar yang malam ini terlihat sangat luar
Baca selengkapnya
Ikut Tertidur
Jelang malam, satu per satu keluarga besar yang berkumpul itu pun, akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan Bira, setelah acara foto bersama selesai, pria itu langsung berpamitan pergi entah ke mana. Aida hanya bisa menduga, kalau Bira akan merayakan ulang tahunnya dengan teman-temannya di luar sana. Hanya satu pesan yang selalu diberikan Aida kepada ketiga anaknya ketika hendak bersenang-senang di luar sana. Jangan sampai menyentuh minuman keras, barang sedikit pun. Karena dari situlah nantinya, induk dari semua masalah bermula. “Kamu perhatiin Bira, gak, sih, dari tadi, Mas?” Sinar duduk di depan meja rias sembari melepas beberapa aksesoris yang ada di rambutnya. Melihat Pras yang tengah melepas baju Qaishar dari pantulan cermin. “Kayak lagi nungguin orang, mukanya juga suntuk.” “Bira itu sudah dewasa, jadi, biarlah dia urus masalahnya sendi— Qai …” Qaishar yang baru saja melepaskan seluruh baju itu, langsung berjalan pelan dengan t
Baca selengkapnya
As Simple As That
Baby monitor yang berada di nakas itu mengeluarkan suara, tepat, di saat Pras melepas seluruh hasratnya pada Sinar. Dalam keadaan masih terengah, Pras dengan terpaksa menarik diri dan melepas penyatuannya. Terengah puas dan terpejam untuk menikmati sebuah rasa yang tidak akan pernah puas untuk direguk. Sementara itu, Sinar buru-buru berlari menuju walk ini closet untuk mengambil daster lalu memakainya dengan cepat. Membuka connecting door dan mendapati Qaishar sudah terduduk tepat di balik pintu. Tempat tidur Qaishar memang didesain sangat rendah, agar balita satu tahun itu tidak kesulitan jika hendak naik turun ke tempat tidurnya. Selain itu, lantai di kamar Qaishar juga dilapisi dengan karpet tebal, untuk menghindari benturan-benturan yang tidak diinginkan. “Bubu …” Sinar terkekeh kemudian berjongkok dengan cepat. Menjulurkan kedua tangannya dan Qaishar pun langsung menyambut dengan riang. “Mimik,” lanjut Qaishar ketika sudah berada di gendo
Baca selengkapnya
Quality Time
“Kenapa aku di suruh pulang?” Sinar tidak bisa terima begitu saja, jika harus kembali ke rumah seusai makan siang. Hanya karena melihat Qaishar ada di gendongan Elang, Pras kembali menjadi dirinya yang dulu. Sangat otoriter dan begitu arogan.“Because I said so, as simple as that,” ucap Pras tanpa melihat Sinar sama sekali. Pria itu tetap terus saja berjalan membawa Qaishar dalam gendongannya.“Mas!” Sinar kembali melangkah cepat untuk menyakan langkahnya dengan Pras. “Itu yang namanya egois!”Pras kembali berhenti untuk menoleh pada Sinar. “Aku, lagi gendong Qai. Tolong jaga bicaramu, Bund.”Tenggorokan Sinar langsung terasa tercekat seketika. Baru menyadari kalau ada Qai di tengah-tengah mereka. Kekesalan Sinar barusan, membuat dirinya melupakan hal tersebut. Sinar pun masih membatu di tempat, melihat punggung Pras yang kembali meninggalkannya. Pria itu terlihat memasuki sebuah restoran tanpa m
Baca selengkapnya
Aku ...
Bagi Pras, diberi waktu tiga jam untuk menyentuh tubuh sang istri sangatlah kurang. Ingin rasanya hanya menghabiskan malam berdua saja di hotel, dan baru kembali keesokan paginya.Namun, Pras dan Sinar tidak bisa lepas begitu saja dengan Qaishar. Sebagai orang tua, keduanya sangat sadar atas tanggung jawab yang sudah dianugrahkan oleh Tuhan kepada mereka. Untuk itu, Pras dan Sinar tidak akan menyia-nyiakan hal tersebut. Mereka akan selalu memprioritaskan Qaishar, tapi tanpa meninggalkan kewajiban sebagai suami istri."Sepertinya, kita harus buat jadwal quality time tiap minggu," ungkap Pras dengan menunjukkan wajah yang berbinar puas. Meskipun singkat, tapi Pras sangat bahagia karena bisa 'bermain' seperti dahulu kala. Hanya ada dirinya dan Sinar tanpa ada gangguan kecil yang tiba-tiba menyela. Waktu yang ada, benar-benar hanya milik mereka berdua.Pras seakan masih tidak rela jika harus keluar kamar, kemudian check out dan pergi kembali ke rumah.Sinar y
Baca selengkapnya
Mau ...
Pras berdiri tegang di depan pintu UGD. Bersedekap tegak dengan satu tangan menutup separuh wajah. Menunggu dan menunggu tanpa merubah posisi berdirinya sedikit pun. Yang membuat Pras heran, mengapa dokter Novi juga terlihat masuk ke dalam ruang tersebut beberapa waktu yang lalu.Pras kembali melempar ingatannya ketika mereka berdua masih berada di kamar hotel. Pras sangat yakin kalau sang istri tidak mengeluh sakit sama sekali. Mereka melakukannya semua hal dengan sangat sempurna, dan benar-benar tidak ada sesuatu yang salah sedikit pun.Namun …Pras menahan napasnya ketika pintu ruangan di depannya terbuka. Terlihat dokter Novi keluar lebih dahulu.“Dok …?” Seketika otak Pras kosong. Tidak tahu harus mengeluarkan pertanyaan seperti apa kepada Novi.“Untung datang tepat waktu, karena kita hampir kehilangan kandungannya.”Di titik ini, Pras semakin tidak bisa berpikir. Kepalanya dipenuhi dengan kebingung
Baca selengkapnya
Besok Kita Pulang
Semenjak Qaishar datang untuk menjenguk Sinar di rumah sakit, balita gembil itu tidak mau lepas sedikit pun dari pelukan sang bunda. Menyesap ASI langsung dari tempatnya secara bergantian sampai ia puas. Meskipun masih ada bagian tubuh yang terasa tidak nyaman, mau tidak mau Sinar harus melakukan tugasnya untuk mengASIhi putranya. Lagi pula, dadanya juga terasa sangat penuh dan sakit karena Qaishar tidak minum ASI semalaman. “Qai, ikut ayah,” bujuk Pras yang sedari tadi berusaha mengambil Qaishar yang selalu menempel pada Sinar. Balita itu hanya diam, membuang wajahnya dan kembali memeluk sang bunda. Tidak peduli dengan keberadaan Pras, yang sudah merayu dengan berbagai macam cara. “Udah biarin aja, namanya juga kangen.” Sinar menatap Qaishar yang berbaring di sebelahnya. “Qai kangen Bunda, kan, ya?” “Bubu …” ucap Qaishar dengan menganggukkan kepalanya. Pras membuang napas yang sangat pelan, ketika melihat perhatian Sinar kini tertuju
Baca selengkapnya
Under Construction
Akhirnya, Sinar merasakan kembali ke rumah, dan bisa tidur di ranjangnya sendiri. Namun, dirinya harus benar-benar patuh terhadap semua peraturan yang ditetapkan oleh dokter dan juga sang suami yang datar nan posesif itu. Sinar masih harus bed rest total minimal satu minggu ke depan. Setelah itu, Sinar harus kembali memeriksakan diri untuk mengetahui perkembangan kesehatannya beserta janin yang saat inu dikandungnya. "Sekarang sudah di rumah, kan? sudah bisa ketemu Qai, jadi jangan bawel lagi." Pras merebahkan tubuh lelahnya di samping Sinar. Setelah membawa Sinar pulang ke rumah, hari ini Pras hanya ingin beristirahat, setelah melalui hari yang juga membosankan di rumah sakit. Sementara itu, Qaishar masih berada di rumah July. Rencananya, Pras akan menjemput putranya itu sore hari nanti. “Tapi, Qai masih di rumah bunda, harusnya kita jemput sekalian tadi.” “Jangan, biar kamu bisa istirahat siang ini,” sanggah Pras. “Nanti sore biar aku jemput
Baca selengkapnya
Cukup
"Kamu sakit, Mas?" Sinar baru saja membuka pintu kamar mandi, ketika Pras merangsek masuk dan langsung membungkuk di wastafel. Pria itu terlihat memuntahkan seluruh isi yang ada di dalam perutnya, meskipun pagi ini belum terisi makanan sama sekali. Selama hidup bersama Pras, Sinar jarang sekali melihat pria itu jatuh sakit. Terlebih-lebih sampai muntah seperti kali ini. Biasanya, Pras hanya kelelahan dan sakit kepala jika sudah menghadapi Rapat Umum Pemegang Saham atau ada hasil audit perusahaan yang kacau. Belakangan ini, Pras memang kerap mengeluh mual, tapi baru kali ini Sinar melihat suaminya itu muntah seperti sekarang. Sinar segera membantu untuk mengusap leher bagian belakang Pras, sekaligus memberi pijatan lembut untuk memberi rasa nyaman. "Siapa yang sakit?" Pras bertanya balik, lalu mencuci wajahnya yang tampak sedikit kuyu. "Aku cuma mual, terus muntah." Decakan kesal itu langsung keluar dari bibir Sinar. "Masuk angin kali, itu namanya saki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
27
DMCA.com Protection Status