All Chapters of Terperangkap Gairah Suami Butaku: Chapter 341 - Chapter 350
352 Chapters
(S4) - Bab 91 • Watermelon Sugar
Sementara itu, terpisah jarak 4.353 Km dari Maldives. Pada waktu yang sama. Aila baru saja menggeliat dengan kedua tangan terentang ke atas, ketika ada sepasang tangan yang memeluk pinggangnya dengan tiba-tiba. "Kills!" serunya, gagal menyelesaikan kuapnya karena terlalu kaget. "Apa-apaan, sih?" Bukannya merasa bersalah, Killian justru semakin mempererat pelukannya. Dia juga menghadiahi Aila ciuman di leher, bahkan masih sempat untuk menjilatnya sekali. "Kills, apa-apaan, sih?" Wajah Aila terlihat memerah. Dia menyadari pula kalau rasa kantuknya pun sudah hilang menjauh, akibat ulah suaminya tadi. "Ya, Tuhan. Apa bagimu aku ini terlihat seperti es krim? Baru datang sudah langsung main jilat-jilat segala. Ish!" "Mmh ...." Killian bergumam tidak jelas. Lelaki itu menyembunyikan wajah di leher istrinya dengan mata terpejam. "Not an ice cream, Queen, but watermelon sugar." Dahi Aila seketika berkerut mendengarnya. "Semangka tadi, katamu?" tanyanya. "Apa gara-gara aku sedang hamil s
Read more
(S4) - Bab 92 • Kiss Me and Kill Me After
Ada beragam pikiran yang berkecamuk dalam benak Hugo saat ini. Dia sadar bahwa mereka tidak bisa terus-terusan marah dan semua ini harus berhenti. Sebab demi Tuhan, perempuan yang sudah menjadi dia nikahi ini benar-benar sudah menyita semua pikirannya. "Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan, Hugo?" Ansia membentaknya, ketika Hugo masih saja keras kepala dan terus mengejar bahkan sampai ikut masuk ke kamar mandi. "Pergilah. Biarkan aku sendiri dulu." Di atas semua, saat ini Ansia hanya membutuhkan waktu untuk bisa meredakan kembali kemarahannya. Paling tidak dengan begitu dia bisa lebih tenang dan memikirkan lagi segalanya dari awal. Namun tentu saja semua itu tidak bisa dia lakukan, apabila masih ada Hugo di sekitarnya. Bukannya apa-apa, tapi ya, Tuhan. Kehadiran lelaki itu saja sudah cukup membuat sekujur tubuhnya gemetar. Apalagi ditambah dengan aroma parfum Hugo yang khas. Ansia bahkan nyaris tidak bisa berpikir apa-apa, selain mendorong lelaki itu ke atas tempat tidur dan m
Read more
(S4) - Bab 93 • Ecstasy
Ansia perlahan berguling dan menarik sebuah bantal, lalu memeluknya dengan nyaman. Dia baru saja akan jatuh tertidur, ketika akhirnya ada sebuah aroma yang terasa kuat menariknya keluar dari rasa kantuk."Huggie?" panggilnya, ketika mengulurkan tangan dan tidak mendapati Hugo berada di sisinya. "Huggie, di mana kamu?"Pukul berapa ini? Menyipitkan mata, perempuan itu melihat ke arah jam dinding dan terperanjat. Dia baru saja menyadari berapa lama waktu yang sudah berlalu.Perempuan itu meraih lembar kain pertama yang bisa ditemukan, kemudian meluncur turun dari tempat tidur. Dia baru saja hendak menuju kamar mandi, ketika pada saat yang sama Hugo melangkah keluar dari sana.Ansia seketika mematung."Lihat sesuatu yang kamu suka?" Hugo bertanya dengan nada geli, berhasil membuat wajah istrinya merah padam. "Atau apakah kamu masih menginginkan sesi tambahan, Ans?"Susah payah Ansia menelan ludah. Untungnya, dengan cepat dia berhasil mengembalikan ketenangannya.Oh, ayolah. Jangan terlal
Read more
(S4) - Bab 94 • Lost You
"Lills, hati-hati." Ivona berseru, memandang khawatir ke arah cucu perempuannya. "Jangan lari-lari, Sayang.""Jangan terlalu khawatir," ujar Risa, sembari tersenyum menenangkan. "Lexis dan Alden bersamanya, mereka pasti akan menjaga Lills. Lagi pula, juga ada beberapa pengawal yang sekarang sedang menyertai kita."Ivona tersenyum balik dan mengangguk. "Anda benar, Nyonya Roxanne. Sepertinya memang saya saja yang terlalu khawatir.""Tidak apa-apa. Hal yang wajar, sebab itu berarti Anda sangat menyayangi Lills. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau mulai sekarang Anda memanggil saya 'Risa' saja? Yah, agar tidak terlalu kaku."Sekali lagi, Ivona tersenyum dan mengangguk. "Ah, iya. Tentu saja. Kalau begitu, panggil saya dengan 'Ivona' saja. Bagaimana, Risa?"Kali ini, Risa tertawa kecil dan bersambut dengan tawa dari Ivona. Sejak lebih sering menghabiskan waktu dengan makan malam bersama nyaris setiap hari, kedua perempuan baya itu menjadi jauh lebih dekat dibanding sebelumnya.Tentu saja tida
Read more
(S4) - Bab 95 • Surprise Not Surprise
"Kami pulang!"Ansia berseru gembira, dengan senyuman lebar di wajah dan kedua tangan yang terentang lebar. Baik dia maupun Hugo mengira bahwa akan ada banyak orang yang menyambut kepulangan mereka yang lebih awal ini dengan bahagia.Namun, nyatanya tidak."Ke mana semua orang?" tanya Hugo, memeluk pinggang istrinya, memberi kecupan sekilas di pipi, sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke atas sofa. Tampak jelas kalau lelaki itu merasa sangat lelah. "Jam berapa sekarang? Apakah Lexis dan Alden masih belum pulang sekolah?"Istrinya hanya menggeleng kecil dan menaikkan bahu sekilas, terlihat sedikit muram. Syukurlah tidak lama kemudian kepala pelayan datang dan menyambut mereka, serta memberi tahu di mana Risa dan kedua anak kembar mereka berada."Kediaman Ardhana?" Ansia balik bertanya sekedar untuk memastikan. "Jadi, mereka bertiga pergi ke sana?""Betul, Nyonya. Tadi Nyonya Risa memang mengatakan begitu."Bahkan tanpa mau membuang waktu meski sekedar untuk beristirahat sejenak, Ansia d
Read more
(S4) - Bab 96 • Two of Three
Ada begitu banyak hal yang terjadi sejak keributan di pusat perbelanjaan waktu itu.Yang pertama adalah Killian yang segera memburu Aiden dan membuat dokter muda itu uring-uringan nyaris sepanjang hari."Demi Tuhan, Ian! Harus berapa kali lagi aku harus memberi tahumu? Sudah kukatakan bahwa hal itu tidak bisa!"Aiden bahkan harus mencengkeram stetoskopnya erat-erat. Kalau saja tidak ingat bahwa alat medisnya itu keluaran Littmann, pasti dia sudah akan menyumpalkannya ke mulut Killian."Kalau begitu, setidaknya beri aku solusi Aiden! Aku ingin pergi berlibur bersama Queen dan Princess, tapi terkendala dengan paspor dan visa yang Queen miliki."Permasalahan yang dimaksud Killian adalah perbedaan antara wajah dan foto di dokumen perjalanan yang Aila miliki, sehingga jelas tidak memungkinkan bagi perempuan itu untuk bepergian ke luar negeri dengan menggunakan identitas miliknya.Satu-satunya hal yang memungkinkan adalah apabila Aila menggunakan dokumen identitas milik Selena Hills. Namun
Read more
(S4) - Bab 97 • Sister
Ada berbagai macam hal tidak jelas yang silih berganti mengisi mimpi Aila.Seorang perempuan yang berbalik lantas keluar dari sebuah tempat yang seperti ruang kantor; seorang lelaki yang tengah dipeluk oleh perempuan lain, tapi sepasang mata birunya terus memandang ke arah perempuan pertama yang tadi pergi; selembar kertas yang sepertinya berisi hasil pemeriksaan rumah sakit yang disertai oleh sebuah testpack; sebuah tempat yang begitu ramai yang tampaknya adalah bandara dan perempuan yang pertama tadi tengah berjalan menyeret sebuah koper, sembari menunduk dan mengelus-elus perutnya.Tunggu, apakah dia sedang menangis? Ah, iya. Perempuan itu memang sedang menangis.Sebab, kemudian ada sepasang lelaki dan perempuan berusia separuh baya yang lantas menghampiri dan memeluknya, berusaha menenangkan serta menghiburnya. Ketiga orang tersebut lantas berjalan di garbarata, menuju pintu sebuah pesawat dengan posisi perempuan tadi berjalan paling akhir.Lalu, sesaat sebelum melewati kedua pram
Read more
(S4) - Bab 98 • Not Today
Keadaan menjadi semakin baik. Mereka mungkin saja menggerutu, merasa kesal dan kalau bisa, maka akan memilih untuk pergi saja. Namun, nyatanya tidak. Meski dengan perasaan tidak puas, nyatanya tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya. Entah mengapa, seolah ada sesuatu yang membuat mereka untuk tetap bertahan di tempatnya masing-masing. Ah, bukan. Bukan sesuatu, tapi lebih tepatnya mungkin adalah ... seseorang. "Lihat. Bukankah kalau begini, jadi lebih menyenangkan?" ujar Aila dengan wajah ceria, seolah tidak menyadari apa pun. "Lills, kamu juga suka kan?" Liliana segera mengangguk-angguk, membuat kedua pipinya yang menggemaskan pun terlihat naik turun dengan lucunya. Lalu, dengan penuh semangat dia berseru, "Suka, Mommy! Kalau Mommy suka, Lills juga suka!" Berakhir sudah. Meski masih belum yakin sepenuhnya, tapi mereka seolah memiliki perasaan bahwa dengan ucapan kedua Ibu dan anak itu maka sebuah keputusan telah diambil. Mereka akan makan malam bersama dalam sa
Read more
(S4) - Bab 99 • If You're Leaving ....
Bukankah kehamilan Aila masih menginjak usia tujuh bulan? Killian memang bukan seorang dokter, tapi dia tahu betapa seriusnya situasi saat ini. "Dokter Aiden!" seru seorang dokter laki-laki yang datang berlari-lari menyambut, sesampainya mereka di bagian IRD (Instalasi Rawat Darurat). "Bagaimana status pasien?" "Dokter Cedric, selamat malam! Pasien mengalami preterm PROM (Premature Rupture of Membrane)." "Berapa usia kandungannya?" "Tiga puluh satu minggu." Killian masih sempat menangkap ekspresi tegang yang sekilas melintas di wajah dokter Cedric dan ada perasaan tidak enak yang seketika dia rasakan. "Aiden! Katakan padaku. Apakah ini buruk?" tanyanya, dengan nada panik yang bisa tertangkap jelas dalam suaranya. Dia mencengkeram kemeja Aiden dan menahan dokter muda itu ketika akan menyusul Aila, yang sudah dibawa masuk ke ruang perawatan terlebih dulu oleh dokter Cedric. Ada beberapa detik yang dilewatkan Aiden untuk terdiam. "Begini, Ian. Akan ada beberapa prosedur yang tid
Read more
(S4) - End • Orion and Rigel
"Kills, apa yang kamu lakukan?""Sst, Queen. Aku sedang berusaha mendengarkan anak kita. Kira-kira mereka sedang apa, ya, di dalam perutmu?"Aila tertawa. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk menempelkan telinga di perut Aila. Sambil mengelus-elus dan menciumi perut istrinya, Killian terus saja berbisik dan tertawa bahagia ketika mendapatkan tendangan kecil sebagai balasan."Kills, sudah dong.""Sebentar lagi saja, Queen. Lihat, anak kita gerakannya begitu aktif.""Kamu, sih, senang melihatnya, tapi aku yang merasakan nyeri."Killian terdiam seketika, lalu buru-buru berbisik, "Sayang, kalian kalau menendang jangan terlalu kuat. Kasihan Mommy. Tuh, lihat. Kalau nanti Mommy sampai ngambek terus Daddy tidak diberi jatah, bagaimana?"Aila membelalak. Dengan wajah memerah dia lantas menjewer suaminya itu."Queen, aduh. Sakit. Lepaskan, Queen. Memangnya, aku salah apa?""Salah apa, katamu? Ya Tuhan, Kills. Apa yang baru saja kamu katakan kepada anak-anak kita, ha?"
Read more
PREV
1
...
313233343536
DMCA.com Protection Status