All Chapters of Obsesi Tuan Hagen: Chapter 91 - Chapter 100
176 Chapters
BAB 90 I Somasi Dua Hari
Pagi itu, Camellia tampak menatap keluar jendela dengan wajah murung. Terpaan cahaya matahari yang hangat seolah tidak bisa memperbaiki suasana hatinya saat ini.Beberapa kali gadis ini menghela napas sembari menatap jauh ke hamparan bunga yang luas.“Tuan sudah menunggu anda sejak tadi, Miss.”Suara Erlinda yang masuk ke dalam kamar mengagetkan Camellia tiba-tiba. Gadis itu terperanjat sembari menoleh ke arah pelayan muda yang menunggunya dengan sabar di dekat pintu.“Katakan padanya, aku tidak ingin keluar dari kamar ini,” ucap Camellia yang membuat pelayan muda itu menahan napas.“Aku tidak bisa melakukan itu.” Dengan sedikit panik, Erlinda memasuki ruangan hingga mendekat ke arah Camellia
Read more
BAB 91 I Pembicaraan Bersama Erlinda
Setelah kepergian Hagen dari Kastil Petunia, Camellia mencoba untuk berjalan-jalan di dekat taman bunga. Gadis itu mengenakan dress putih selutut yang memberikan volume pada pinggul serta bokong dan dada. Ada begitu banyak detail pada dress itu yang memamerkan kulit Camellia. Bahkan, belahan dada pada dress itu begitu rendah hingga sedikit mengekspos gundukan di baliknya yang membuat beberapa penjaga harus menatap lurus ketika berhadapan dengan Camellia.Hal itu tentu saja membuat Erlinda sedikit gelisah.“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Camellia yang berjalan lebih dulu di depan.Gadis delapan belas tahun itu menoleh dan menatap pada pelayan muda yang mengobservasi penampilan Camellia penuh kritis.Sembari menghela napas, Erlinda pun mengutarakan isi pemiki
Read more
BAB 92 I Pembicaraan Di Kamar
Beberapa kali Camellia menatap jam di dinding sembari mendengarkan langkah kaki yang mendekati pintu kamar. Dengan sedikit gelisah, dia pun berjalan mondar-mandir di dekat kaki ranjang.Tangannya saling memilih, sementara matanya melirik ke arah pintu yang tertutup.Dan ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam itu, barulah Camellia mendengar suara tumit sepatu yang mendekat.Sembari menata hati dan pikiran, gadis itu pun bermaksud keluar dari ruangan.“Apa yang kau lakukan di depan pintu?” tanya Hagen yang berjalan menuju kamar tamu di ujung lorong.Pria itu berhenti begitu mendapati Camellia tengah berdiri dengan mata terfokus padanya. Dan dari cara gadis itu memandang, Hagen tahu bahwa Camellia menunggu kedatang
Read more
BAB 93 I Damai?
Pengakuan pria itu membuat mata Camellia membuka seketika. Dia pun memutar tubuhnya secara paksa hingga keduanya saling berhadapan dengan wajah berdekatan.Tampak mata gadis itu yang mendelik tajam dengan kemarahan tercetak jelas di sana.“CCTV?” tanya Camellia tajam. “Kau menaruh CCTV di kamarku?!”Satu tangan gadis itu memukul dada Hagen keras hingga membuat pria itu meringis. Jelas sekali Camellia hendak menjerit histeris, sehingga Hagen menahan lengan gadis itu yang terus memukul dadanya tanpa henti.“Mengapa kau begitu suka menginvasi privasiku?”Dengan membawa rasa marah, Camellia pun berusaha bangkit dari atas ranjang, namun Hagen menahan tubuh gadis itu untuk tetap berbaring di samping. Dia bahkan membingkai wajah gadis itu yang matanya terlihat sedikit basah.“Aku melakukannya karena kau bisa saja dalam bahaya,” ucap Hagen dengan nada sedikit datar, yang semakin membuat kemarahan gadis
Read more
BAB 94 I Percakapan Para Pelayan
Camellia menatap makanan di piringnya dengan pandangan kosong, sedangkan kepalanya dipenuhi oleh kejadi malam tadi, di mana Hagen tampak sangat berbeda dari biasanya. Pria itu bahkan memperlakukannya dengan begitu lembut dan perhatian.Karena begitu terhanyut dengan bayangan semalam, Camellia sampai tidak menyadari kehadiran pria itu yang baru saja memasuki ruang makan.Dia juga tidak mendengar deheman serta suara jari telunjuk pria itu yang menekan meja kaca, berusaha menarik perhatiannya dari lamunan.“Camellia!”Seketika saja gadis itu tersentak dan menoleh cepat ke arah Hagen yang telah memanggil namanya lebih dari empat kali.Dengan kening berkerut dan pipi sedikit merona, Camellia menatap pria itu bertanya-tan
Read more
BAB 95 I Persiapan
“Kau membayar seluruh pengobatan ayah?” tanya Camellia ketika mereka keluar dari bangunan rumah sakit.Hagen yang saat itu berjalan bersisian dengan Camellia hanya mengangguk pelan. Dia tidak ingin mengatakan lebih.“Tapi … kenapa?”Langkah gadis itu terhenti, dan hal itu membuat Hagen juga mengikutinya. Kini, pria itu pun menoleh ke arah Camellia yang menatap dirinya dengan seksama, membuat Hagen menatap gadis itu balik.“Karena aku tidak ingin kau melakukan hal yang bodoh jika terjadi sesuatu pada ayahmu,” jawab pria itu sembari menggenggam lengan Camellia dan menuntunnya kembali menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat keduanya berdiri.Kembali mereka diselimuti keheningan, namun kali ini ada denyut ketenangan yang menjadikan keduanya berjalan lebih berdekatan.Dan tidak lama kemudian, Camellia yang hendak memasuki mobil pun berbisik pelan; “Terima kasih.”Yang Hagen
Read more
BAB 96 I Foreplay
Mendapati arah pandang pria itu, seketika Camellia menundukkan wajah, sengaja menghindari kontak mata mereka.Dia menarik selimut hingga ke dada yang tadinya menutupi sekitar kaki. Hal itu Camellia lakukan karena tatapan intens yang Hagen berikan seolah menguliti dirinya.Dengan wajah memerah dan sedikit canggung, Camellia pun mencoba mencairkan suasana yang sempat membeku sesaat tadi.“Kupikir kau tidak akan datang,” ucapnya basa-basi, membuat Hagen pun melangkah masuk ke dalam ruangan sembari menutup pintu yang berada di balik tubuh.Pria itu berjalan dengan langkah ringan mendekati kaki ranjang, sedangkan matanya tidak henti menatap ke arah Camellia yang memilih untuk menunduk dengan selimut membungkus tubuh.“Bagaimana mungkin aku tidak datang,” balas pria itu dengan suara berat baritone yang dalam, menunjukkan bahwa dia tengah kesulitan mengontrol diri.Tidak tahu harus melakukan apa, Camellia pun bergerak mundur
Read more
BAB 97 I Virgin
Hagen menjatuhkan kecupan yang lembut di bibir gadis itu sembari menyingkirkan tangan Camellia yang perlahan turun menutupi bagian tubuh sensitifnya. Dengan penuh perasaan, dia seakan hendak membisikkan bahwa semua akan baik-baik saja.“Please,” bisik gadis itu dengan sedikit desah tertahan.“Sure, Princess. Percaya padaku,” gumam Hagen, bersikap hati-hati saat memindahkan tubuh gadis itu sedikit ke tengah-tengah ranjang.Dia membelai pelan sisi paha yang memamerkan kulit mulus Camellia, dan dengan gerakan pelan Hagen pun menuruni tubuh gadis itu sembari mendaratkan ciuman di antara pangkal pahanya, hingga membuat Camellia melenguh dengan tangan mencengkram punggung telanjang pria itu.Dari balik bulu mata lentiknya, Camellia mendapati tubuh kekar Hagen yang perlahan menaiki tubuhnya sehingga kini wajah mereka saling berhadapan kembali. Dan dengan kedua tangan berada di masing-masing kepala gadis itu, dia pun mengulas senyuman hing
Read more
BAB 98 I Klaim Part 1
Camellia terjaga dari tidurnya begitu dia mendengar suara pintu yang ditutup. Gadis itu pun melirik ke arah sumber suara, dan sekilas dia mendapati seseorang dengan baju pelayan wanita baru saja keluar dari ruangan kamar. Untuk sesaat gadis itu terdiam sambil mengumpulkan kesadaran. Dan tidak lama setelahnya, dia pun mengulet dengan kedua tangan terentang ke atas.“Ugh,” desahny sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh, namun seketika saja matanya membuka kembali begitu ingatan malam tadi menyerang secara bertubi-tubi.Sembari memegangi kepala, Camellia pun membenamkan wajah ke atas bantal, kemudian menjerit di atasnya dengan suara teredam.“Stupid … stupid …,” geramnya yang berharap bayangan itu segera pergi, karena dia merasa tidak akan mampu untuk menatap pria itu bila nanti mereka bertemu.Dan saat pemikiran tersebut memasuki kepala, Camellia pun dengan cepat menoleh ke sisi ranjang satunya. Yang pada akhirnya
Read more
BAB 99 I Klaim Part 2
Tatapan Hagen pada wanita yang berdiri di hadapannya begitu tajam dan menusuk, membuat dua pria yang berada di dalam ruangan berdiri dengan posisi waspada. Sementara itu, pelayan yang tadi mereka seret dalam ruangan tampak menatap liar ke segala arah. Jelas sekali bahwa wanita itu seakan ingin lari dari sana.Tanpa sedikit pun melepas pandangannya dari wanita tersebut, Hagen pun berjalan mendekati meja kerja lalu bersandar di salah satu sisinya.Kedua tangan pria itu masuk ke saku celana, untuk menyembunyikan kepalan tangan yang membuat setiap buku-buku jarinya memutih.Awalnya ruangan tersebut hening. Menimbulkan ketegangan yang seakan mencekik si pelayan muda. Bahkan, berkali-kali dia tampak menelan saliva hingga kedua tangan gemetarnya itu bertaut antisipasi.Dengan kegugupan yang terlukis jelas di wajah dan gesture ringkihnya, Hagen memilih untuk memperpanjang keheningan di antara mereka.Setelah puas membuat gadis itu bergerak sangat gelisah,
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status