Semua Bab Menikahi Musuhku: Bab 21 - Bab 30
39 Bab
Chapter 21 PERHATIANNYA SUAMIKU
Chapter 21PERHATIANNYA SUAMIKU Maudy berdiri beberapa saat di depan barisan pakaian. Seluruh pakaian yang disediakan atas perintah Marcel memenuhi ruangan itu. Dia melongo melihat begitu banyak pakaian yang tersedia meskipun belum bisa dibandingkan dengan barisan pakaian, sepatu, dan jam tangan Marcel. Dengan hati masih takjub dan rasa tidak percaya, Maudy mengamati kembali seluruh isi ruangan itu. Ruangan yang luas itu sudah seperti butik besar. Kemarin, sepertinya para pelayan menggunakan cukup banyak waktu untuk mengerjakan semua ini. "Mengapa tidak segera keluar? Aku mau mengganti pakaian."  Marcel sudah muncul dari pintu dengan tubuh bagian bawah terlilit handuk sementara tubuh bagian atas terbuka begitu saja. "Ini...," kata Maudy ragu-ragu.  "Mengapa? Kamu ingin ruangan pakaian yang terpisah? Aku rasa memang seharu
Baca selengkapnya
Chapter 22 KUNJUNGAN SANG CEO
Chapter 22Kunjungan Sang CEO 'Mengapa akhir-akhir ini aku begitu salah tingkah berada di dekatnya?' pikir Maudy bingung. Dia tidak menduga bahwa dirinya akan begitu mudah terpikat pesona palsu pria berdarah dingin itu. Berkali-kali Maudy mengingatkan dirinya bahwa laki-laki itu hanya ingin memanfaatkan dan membalas dendam padanya, tetapi berkali-kali juga hatinya yang lemah berusaha membela pria itu.  Wajah Maudy memerah mengingat kecupan mesra Marcel di keningnya.  "Mengapa pikiranku malah dipenuhi hal itu, sih?" gerutu Maudy.  Tanpa sadar Maudy mencoret kertas yang ada di hadapannya.  "Ya, ampun. Sepertinya, aku harus ulang lagi dari awal," sesal wanita itu sembari menukar kertas di hadapannya dengan yang baru. "Mau berapa kali kamu membuang kertas? Pemborosan itu," goda Poly dengan alis terangkat.&nb
Baca selengkapnya
Chapter 23 KASTA
Chapter 23  KASTA Maudy sudah selesai presentasi. Meskipun penampilannya sangat bagus, eksekutif yang hadir tidak memberikan respon apa-apa. Mereka menatap Marcel yang berekspresi datar. Kiara duduk dengan tenang di sebelahnya.  Marcel sengaja memberikan beberapa pertanyaan yang dapat dijawab Maudy dengan baik.  'Ugh! Apakah Marcel sedang berusaha mempersulitku?' Maudy merasa keringat dingin mengalir di tengkuknya. Sesungguhnya, kegiatan ini termasuk kegiatan yang jauh dari bayangan orang-orang. Kejadian yang tidak biasa. Bagaimana mungkin CEO grup Ferrore bisa tiba-tiba hadir di sini? Awalnya pihak perusahaan yang ditempati Maudy saat ini mengira pihak perwakilan atau salah satu eksekutif saja yang akan datang. Tentu saja sambutan tidak akan seperti yang diharapkan. Pimpinan perusahaan ini saja sedang tidak berada di tempat.  
Baca selengkapnya
Chapter 24 DUA LELAKI
Chapter 24DUA LELAKI Terpaksa Maudy menahan diri sambil menutup matanya karena malu. Tangannya meremas kemeja Marcel kuat-kuat. Ting! Lift terbuka. Begitu pintu tertutup, Maudy memberontak minta turun.  "Lepaskan aku!" kata Maudy marah.  Marcel tidak merespon. Dia menatap kosong ke pintu lift di depannya. "Marcel! Turunkan aku. Tolong!" kata Maudy mendesak. Kakinya berusaha meloloskan diri supaya bisa berpijak di lantai.  Bruk! Tiba-tiba Marcel melepaskan wanita itu sehingga terjatuh. Marcel yang tidak menyangka bahwa tindakannya akan membuat Maudy jatuh terjerembab kini berusaha menolong. Namun, Maudy menepisnya. "Apa, sih, mau kamu?" desis Maudy kesal. "Kamu yang memaksa turun tiba-tiba," jawab Marcel sambil mengalihkan pandangannya. 
Baca selengkapnya
Chapter 25 PARA PEMANGSA
Chapter 25PARA PEMANGSA Hari yang panas dan keringat tidak membuat seorang pria menggila. Pria yang merupakan CEO muda Ferrore Grup itu benar-benar membuat asistennya, Kevin, kewalahan. Tak! tak! tak! Marcel memukul bola tenis sekuat mungkin. Dia memang biasanya tangkas dan cepat, tetapi pukulannya kali ini jauh lebih kuat dan penuh emosi. "Bos! Apakah Anda sedang melampiaskan kemarahan kepada bawahan?" tanya Kevin sambil menghindar dari bola yang dipukul Marcel terakhir kali.  "Menurutmu?" Marcel balik bertanya.  "Aku mencium bau-bau cemburu di sini," tuduh Kevin. Dicarinya tempat nyaman untuk bersantai. "Tidak mungkin!"  "Jadi, apa dong?" tanya Kevin. "Dari dulu kamu memang terlalu banyak pertimbangan." "Aku punya alasan tersendiri. Jadi, bagaimana operasinya?"&nbs
Baca selengkapnya
Chapter 26 KISAH KELUARGA BARET
Chapter 26 KISAH KELUARGA BARET "Skema desain sudah diterima. Skemanya sudah aku saya antarkan bersama berkas yang akan ditandatangani," kata Kevin. Suaranya bercampur dengan bising lalu lintas.  "Apakah kamu sedang mengemudi?" "Ya."  "Menuju ke rumah?" tanya Marcel menebak.  "Benar, Bos. Saya sudah dekat," jawab Kevin.  "Putar arah. Aku ada di rumah yang satu lagi." "Baik." Kevin langsung paham dengan rumah yang dimaksud Marcel. Rumah yang mana lagi selain rumah baru yang kemarin ditinggali mereka saat baru kembali dari Maldives?  Dilihat dari tindak-tanduknya, Marcel pasti ingin memiliki waktu sendiri. Rumah utama mereka dipenuhi para pelayan dan banyak mata-mata yang bisa melaporkan hubungan mereka yang tidak harmonis ke siapa saja yang berkepentingan. Mung
Baca selengkapnya
Chapter 27 CEMBURU
Chapter 27 CEMBURU Setelah Charlie pulang, Maudy buru-buru pergi ke apotek rumah sakit. Awalnya, laki-laki itu memaksa tinggal untuk menemaninya, tetapi Maudy bersikeras bahwa dia tidak apa-apa. "Sebentar kakak ke apotek dulu, ya. Perutku terasa gak enak," kata Maudy. Alysa yang baru terbangun mengangguk sebagai tanda dia mengizinkan.  Seingat Maudy, tanggal bulanannya seharusnya dua hari yang lalu. Apakah mungkin dia hamil? Dari yang dibacanya, jika terlambat datang bulan dan muntah bisa saja pertanda kehamilan. Namun, periode bulanan Maudy memang tidak teratur. Jadi, masih ada kemungkinan untuk datang bulan di hari berikutnya.  Maudy mencari testpack lalu membayarnya ke kasir. Setelah sampai di kamar mandi, dia memakai alat itu. Namun, ternyata hasilnya negatif.  Maudy bingung harus bersikap. Di satu sisi, dia lega karena merasa
Baca selengkapnya
Chapter 28 KENCAN GANDA
Chapter 28KENCAN GANDA "Di sinikah?" tanya Marcel dengan menyorot bagian depan salah satu restoran mewah. "Ya. Tadi fotonya di situ," jawab Kevin  "Kiara di mana?" tanya Marcel lagi.  "Aku di sini," jawab Kiara Helda sambil menepuk punggung Marcel "Aduh. Pukulanmu penuh dendam, ya?" tanya Marcel. "Ya. Tentu saja. Beraninya kamu menyembunyikan tentang orang yang kamu sukai dari aku? Kita sahabat dari kecil 'kan?" tukas Kiara.  "Lah, ini 'kan sudah diberi tahu Kevin. Apa aku harus lapor?" "Tentu saja. Selama ini kan aku berpura-pura menjadi salah satu wanitamu. Aku harus tahu bagaimana menjawab pertanyaan wartawan jika sesuatu tercium oleh media. Apa aku bisa asal jawab dan membocorkan rahasianya?" "Iya, iya. Maaf, Mbak Kiara yang cantik." Kiara pura-pura
Baca selengkapnya
Chapter 29 PENGAKUAN
Chapter 29 PENGAKUAN "Hah! Sebenarnya, mengapa kamu menjadi seperti ini?" keluh Maudy. Dia merasa malas pergi ke kamar untuk ganti pakaian. Di meja samping sofa, terdapat botol-botol minuman baik yang sudah terbuka maupun yang belum. Di sana juga terdapat sebuah gelas yang sudah digunakan oleh Marcel sebelumnya. Maudy melihat setengah gelas alkohol yang masih tersisa di gelas itu. Tanpa sadar, tangannya sudah terulur dan meneguk alkohol itu sampai habis. Sejenak, dia menunjukkan ekspresi kurang enak setelah meminum alkohol pahit itu.  Kejadian di restoran tadi terputar kembali di benak wanita itu. Dia menuang alkohol lagi dan meminumnya sedikit demi sedikit.   Ini sangat berbahaya. Dia tidak terbiasa minum alkohol dan tubuhnya tidak memiliki daya tahan yang baik bagi itu. Namun, sedikit demi sedikit perasaannya menjadi tenang.  
Baca selengkapnya
Chapter 30 TINDAKAN ANEH MARCEL
Chapter 30TINDAKAN ANEH MARCEL Maudy menggeliat malas dan memicingkan matanya. Ada seseorang yang baru saja menggeser tirai jendela sehingga cahaya bisa masuk. Dia menyentuh kepalanya yang terasa berputar.  "Ah, sakit sekali." Dia menendang seprai lembut yang masih menutupi tubuhnya setinggi pinggang. Diamatinya pakaian yang dikenakan. Ternyata dia bahkan tidak mengganti dress-nya tadi malam.  "Kamu sudah bangun?" Marcel muncul membawa nampan berisi sarapan yang baru saja dimasaknya. Di tubuhnya masih menempel celemek dan wajahnya terkena tepung sehingga terlihat seperti bedak bayi. Maudy mengerjapkan matanya. Marcel pakai celemek? Apakah dia masih bermimpi? Tanpa sadar digosoknya matanya dengan punggung tangannya. "Apakah kamu belum sadar?" tanya Marcel sambil tertawa kecil.  "Mengapa kamu ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status