Semua Bab Hidden Secret: Bab 31 - Bab 40
87 Bab
EFEK ALAT PEMUSNAH (I)
“Pergi dari sini Liana,” teriak seseorang sembari memohon. “Tidak, kakak,” teriak Liana berusaha menyelamatkannya. “Kumohon,” ucapnya, dengan meneteskan air mata. ***Pesan ancaman itu terus berdatangan. Liana mengira, pesan itu mungkin di kirim oleh Jack, untuk menakutinya. Namun, semenjak Sofi mengatakan jika Panji, kini sudah menjadi orang yang berbeda. Pikiran Liana menjadi tidak karuan. “Tetap saja, misi ini harus terlaksana.” Liana memakai kacamatanya, kemudian mulai membuat beberapa desain, dan menuliskan bahan-bahan yang ia butuhkan. Entah bagaimana ini akan berhasil, namun setidaknya Liana harus mencoba. 4 bulan kemudian … “Liana, ayo makan dulu,” ajak mama mengetuk kamar Liana. “Iya Ma, Liana akan segera turun,” jawab Liana mematikan tabnya.
Baca selengkapnya
RAHASIA CERMIN
“Liana,” ucap Aji melihat seseorang mendekati Liana, yang terkapar tak berdaya. Ia berlari kemudian menendang pria itu. Saat ini, terjadi perkelahian yang sengit, antara Aji dan pria penguntit itu. Beberapa saat kemudian, pria itu berhasil ditaklukkan oleh Aji. Kini, ia bersikeras untuk mengintrogasinya, setelah memanggil tim keamanan. “Hei, berengsek, siapa kamu?” tanya Aji marah, sembari menarik kera pria itu. “Aku tidak ada masalah denganmu, kenapa kamu memukuliku?” tanya pria itu kemudian tertawa. “Aish… dasar gila,” ucap Aji dengan mata marahnya. Ketika petugas keamanan datang, pria itu di bawa ke kantor polisi terdekat. Saat ini, Aji tengah menemani Liana mendapatkan pertolongan pertama, akibat kejadian itu. Meskipun Liana tidak terluka, Aji merasa ketakutan saat melihatnya terkapar di lantai, tanpa respon sama sekali s
Baca selengkapnya
PREDIKSI MALAPETAKA
Liana terus memikirkan banyak hal tanpa henti. Terkadang, semua angan-angan yang ada di pikirannya terasa sangat berat. Namun, Liana tetap saja berpikir untuk mencari lebih banyak opsi untuk penyelesaian setiap masalah, yang ada di kepala kecilnya. Kini, ia duduk termenung dengan menyandarkan kepalanya. “Tuhan, tidakkah sekarang engkau bersamaku.” Ya, Liana selalu percaya bahwa Tuhan selalu menyertainya. Tapi, ia tidak mengerti mengenai takdir Tuhan yang sudah digariskan untuknya. Tit…tit…tit… Alarm jam tangan Liana berbunyi keras, sehingga menyadarkannya dari lamunan. Kemudian, ponselnya berdering. 20 panggilan tidak terjawab. “Liana, tolong aku,” teriak Salma kemudian mematikan panggilan itu. “Kenapa? Ada Apa?” tanya Liana terkejut. Panggilan itu tiba-tiba berakhir. Karen
Baca selengkapnya
LEDAKAN GAS
Liana kemudian berlari sambil  mengikuti titik lokasi di jam tangan itu, dan sampai di taman kota. Ia menghela napas, kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi taman. Liana menyadari, bahwa tepat di bawah air mancur dibelakangnya, terdapat kebocoran gas yang diakibarkan oleh efek alat pemusna itu. “Air mancur itu, pantas saja baunya sedikit samar.” Ia memilih untuk duduk diam, dan menunggu apakah Tuhan kali ini ada di pihaknya, atau sebaliknya. Namun, semua keputusannya itu berubah ketika Reno menghampirinya. ***“Cepat, beri oksigen,” teriak beberapa petugas ambulan. Beberapa korban syok akibat ledakan itu, langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Polisi dan pemadam kebakaran, menutup tempat ledakan itu agar masyarakat tidak melewati garis polisi untuk mencegah jatuhnya korban jiwa. Sofi memasuki ruangan cermin dengan raut wajah marah, kemudian menampar Liana. &l
Baca selengkapnya
BAGIAN DARI KENANGAN
“Tidak, kak Sofi.” Liana mulai berteriak memanggil nama Sofi. Namun, hologram itu menghilang seketika. Perawat langsung memanggil dokter, ketika tidak mendapati Liana ada di ruang inapnya. Ketika sampai di ruang rawat Liana, tidak satupun dari mereka melihat anak itu. “Cepat, temukan Liana,” perintah dokter Bagus. “Baik,” jawab perawat itu, kemudian berlari bersama beberapa rekannya. Dokter menugaskan 4 perawat untuk pergi mencari Liana. Mama dan papa menghubungi Reno, untuk membantu menemukannya. Liana merasa kesakitan karena melepas infus dengan keras. Ia terus berlari menyusuri kolidor rumah sakit dengan darah yang terus menetes. “Aa.. sakit, aku harus, menemukan kak Sofi,” keluh Liana menguatkan diri, dengan napas tak beraturan. Ia yakin, hologram itu nyata, bukan hanya halusinasinya semata. Dengan tubuh lemas, ia berusaha berla
Baca selengkapnya
EFEK ALAT PEMUSNAH (II)
“Barang-barang ini, aku mendapatkannya dari seorang anak perempuan psikeater. Aku ingat, psikeater itu, mirip seperti seseorang. Jika ditanya berapa lama ia jadi psikeater, ia selalu menjawab baru saja. Ya, psikeater itu mirip kak Sofi. Mungkinkah, anak perempuan yang aku lihat dulu, adalah kak Sofi,” gumam Liana, sembari memikirkan berbagai kemungkinan. Namun, ia akhirnya menyerah karena Sofi tidak pernah membahas soal pertemuan itu. Liana memandangi langit-langit kamar, berandai-andai apakah yang akan terjadi setelah ledakan itu. Kring…kring…kring… Tiba-tiba ponselnya berdering, itu telepon dari Aji. Ia mengetahui bahwa hari ini Liana diperbolehkan untuk pulang. Aji ingin mengajak Liana pergi untuk menyatakan perasaanya, sebelum semuanya terlambat. “Halo,” sapa Liana mengangkat panggilan itu. “Liana, aku ingin bertemu
Baca selengkapnya
APAKAH INI YANG DISEBUT KIAMAT (I)
Melihat Aji terjatuh, Liana segera berlari dan menjatuhkan ponselnya. Ia berhenti tepat di depan retakan tanah itu. Untung saja, Aji masih berusaha untuk bertahan sambil berpegangan beberapa besi pembatas jalan yang masih bisa menopang tubuhnya. “Aji, pegang tanganku,” teriak Liana mengulurkan tangannya dengan raut wajah cemas. “Tidak, kamu akan terjatuh bersamaku. Aku akan bertahan, hingga bala bantuan tiba,” balas Aji bersikukuh terhadap pendiriannya. “Kamu tidak bisa bertahan selama itu, ah bagaimana ini?” tanya Liana kebingungan, kemudian berlari ke arah mobil. Aji masih berusaha untuk naik ke atas, namun ia selalu gagal. Bahkan, saat ini tangan kirinya sudah mati rasa. Namun, ia tidak mau jika Liana berada dalam bahaya saat menolongnya. Sejak Aji menolak bantuannya, ia tidak melihat Liana atau bahkan mendengar suaranya. “Liana, apa y
Baca selengkapnya
SUARA DARI LANGIT
Setelah Liana menjawab ucapan dari Aji, tiba-tiba semua berhenti bergerak. Ia yang masih berdiri di atas bukit, melihat semua hal yang tadinya nampak mengerikan, namun berhenti tanpa ada penjelasan sama sekali. “Aji,” ucap Liana melihat Aji diam bak membeku dengan raut wajah cemas itu. Ia kemudian terjatuh, karena dari semua yang terjadi saat ini hanya dia seorang yang bisa bergerak. Bahkan, debu dan burung yang tadinya berterbangan kini berhenti tanpa sebab. “Ah, a-pa yang terjadi?” tanya Liana kemudian memperhatikan kejadian ini dengan saksama. “Kamu terlalu lemah.” “Siapa yang berbicara?” tanya Liana terkejut, sembari mencari asal suara itu. Liana tidak melihat siapapun kecuali dirinya sendiri yang bisa bergerak saat ini. Aji masih membeku dan jarum jam tangannya berlum kembali bergerak. Tiba-tiba, ia melihat cahaya dari atas lan
Baca selengkapnya
MISSION FAILED
Ketika helikopter itu mulai mendarat, orang tua Liana berlari dan memeluk putri mereka. Ia terus bertanya bagaimana keadaannya, namun Liana hanya terdiam dan membisu tanpa mengucapkan sepatah katapun.   “Liana, ada apa?” tanya Aji menepuk bahunya karena ia terus diam membisu.   “Bencana itu, tidak mungkin hanya terjadi di sana. Bencana itu pasti akan terus terjadi jika alat itu tidak dimusnakan,” jawab Liana kemudian memandang Aji dan membuat semua petugas kini menatapku.   “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Aji dengan wajah cemas kemudian menggelengkan kepalanya.   “Aku harus pergi ke suatu tempat, tolong pastikan orang tuaku pulang dengan selamat,” pinta Liana kemudian berlari masuk ke dalam aula evakuasi.   Aji kemudian mengantar orang tua Liana sesuai dengan permintaannya. Beberapa tim penyelamat masih menyisir lokasi bencana itu, dan memberikan peringatan kepada wilayah te
Baca selengkapnya
JALAN KELUAR
Mendengar suara ledakan itu, Sofi dan Liana menghentikan perdebatan tanpa ujung itu. Mereka kemudian menatap layar cermin, dan segera bertindak untuk mengirimkan sinyal bencana, kepada tim penyelamat nasional. “Kak, aku akan pergi ke lokasi,” ucap Liana kemudian mengaktifkan prototipe melalui jam tangannya. “Baiklah, jaga diri baik-baik,” perintah Sofi mengangguk kemudian segera mengirimkan video itu. ***Ketika Liana sampai di posko evakuasi, tempat itu kini kosong dan ditinggalkan. Ia kemudian mendapatkan pesan dari Aji, jika posko evakuasi sudah di pindahkan ke dekat balai kota, karena hanya itu satu-satunya tempat yang cukup aman untuk saat ini. “Aku harus melakukan sesuatu, sebelum semua ini merambat ke pemukiman penduduk,” ucap Liana sembari memperhatikan sekitar, kemudian mendongakkan kepalanya ke atas dan mengulurkan tangan. Sebuah alat unik kemudian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status