All Chapters of What A Bad Thing: Chapter 11 - Chapter 20
32 Chapters
Tiga Balita yang Iri
"Hansa memiliki masalah yang rumit dengan ayah kandungnya," ucap Oliver yang mulai bercerita. Anak-anak Hansa yang duduk di karpet bulu halus di bawah mereka tidak terlalu memedulikan pembicaraan kedua wanita muda di belakang mereka yang sekarang duduk di sofa. Azura menatap Oliver dengan wajah penasaran. "Mereka sering bertengkar?" Azura menebak dan dibalas anggukan kepala dari Oliver. "Itu benar, Hansa adalah kakak tiriku. Dulu saat aku pertama kali masuk dalam kehidupan kelurga Ehren. Baik ayah tiriku dan juga Hansa memang sudah tidak akur. Aku rasa itu mungkin ada hubungannya dengan kematian dari ibu kandung Hansa. Hansa sangat membenci ayahnya yang menurutnya selalu mengatur dirinya." Oliver menceritakan alasan Hansa membenci orang tuanya sendiri. "Mungkinkah penyebab mabuknya kali ini juga ada hubungannya dengan ayahnya?" tanya Azura. Oliver lagi-lagi mengangguk, gadis yang sedang dia ajak bicara ini memang pandai menebak. "Itu benar, ay
Read more
Libur Satu Hari Tidak Masalah
Pagi-pagi sekali Hansa telah bersiap untuk pergi ke rumah utama keluarganya. Wajahnya kini terlihat lebih segar dibandingkan kemarin. Mengingat apa saja yang terjadi kemarin sebelum dia benar-benar mabuk. Hansa, jadi memikirkan Azura. Dia pasti sudah banyak menyusahkan gadis itu. Hansa berniat setelah dirinya selesai menghadiri acara perjamuan yang dibuat oleh ayahnya. Dia akan memberikan Azura hadiah kecil sebagai tanda terima kasihnya. Setelah merasa penampilannya sudah rapi dan tidak akan membuat malu keluarganya yang sudah lama tidak pernah dia kunjungi lagi beberapa tahun belakangan itu. Pantulan dirinya di cermin membuat Hansa bersenandung puas. Sebelum meninggalkan apartemennya dan meminta Oliver untuk menjaga anak-anaknya sebentar sampai Azura selesai kembali kuliah. Namun, apa yang dia bayangkan ketika dirinya membuka pintu dan berjalan ke ruang tamu. Hansa dibuat tercengang. Azura dan ketiga anak-anaknya kini tertidur di karp
Read more
Pagi Hari dan Keributan
"Azura, di mana Daddy?" Ilhan mengucek kedua matanya dengan memeluk boneka kelinci kesayangannya pada Azura yang saat ini tengah memasak sarapan di dapur. Azura segera mematikan kompor listrik dan bergerak menuju Ilhan. "Halo sayang! Selamat pagi," sapa Azura kemudian gadis itu mengusap kepala Ilhan dengan lembut, kemudian dia melanjutkan. "Hari ini Daddy Hansa ada urusan penting, jadi dia mungkin akan kembali besok," katanya dengan wajah setengah berseri. Ilhan yang mendengar ucapan Azura memasang wajah cemberut. "Kenapa besok? Kenapa tidak hari ini saja," rutuknya. Azura terkekeh, "Jangan marah Ilhan, Daddy ada urusan penting. Nanti, ketika dia pulang. Kakak akan memberitahunya untuk membawakan oleh-oleh untuk kalian," ucap Azura jelas menghibur. 
Read more
Kalangan Kelas Atas
Harusnya, Hansa sudah bisa memprediksi pesta perjamuan yang dibuat oleh ayahnya itu akan menjadi apa.   Sekarang dia berdiri di tengah lingkungan orang-orang kaya dengan pakaian serba mewah. Beberapa orang tua membawa putri-putri mereka untuk dikenalkan pada ayahnya, agar kelak kemungkinan dari beberapa gadis itu bisa dengan pasti mendapat sebuah kehormatan menjadi Nyonya kecil baru di keluarga Ehren yang terpandang.   Hansa sendiri merasa tenggorokannya sangat gatal, dia tidak bisa terlalu lama berdiri di lingkaran sosialita yang berlebihan dan juga aroma tubuh mahal yang dibuat-buat oleh beberapa rekan bisnis ayahnya.   Akan tetapi, Quirin Ehren jelas tidak akan melepaskannya begitu saja dari perjamuan ini. Hansa sudah bisa menebaknya, lelaki tua itu pasti memiliki niat la
Read more
Tempat Penitipan Anak
Azura harus meluangkan waktunya sekali lagi untuk mengantar tiga anak Hansa pergi ke tempat penitipan anak yang sekaligus berperan sebagai tempat di mana anak-anak yang berumur di bawah lima tahun bisa belajar dan bermain. Namun, kali ini Azura jelas tidak akan meninggalkan anak-anak itu sepenuhnya berada di bawah pengawasan para pengasuh di penitipan. Dia berniat untuk ikut andil melihat bagaimana anak-anak yang diasuhnya itu bersikap di tempat tersebut. Perjalanan menggunakan taxi cukup mengeluarkan tarif perjalanan yang besar, Azura harus menelan ludah ketika mendapati betapa terkurasnya gajinya hanya untuk membayar taxi itu. Taxi yang mengantar mereka telah berlalu dari pandangan. Sekarang Azura melihat papan na
Read more
Ansel yang Cemburu
Setelah pesta usai, Hansa bergegas naik ke lantai atas menuju kamarnya. Dia merasa sangat lelah, ketika dirinya melepaskan semua pakaian formal andalannya pria itu segera mandi dan melemaskan otot-otot tubuhnya yang menegang sejak tiga jam lamanya. Hansa mandi sangat cepat, sampai pintu kamarnya diketuk dengan keras oleh seseorang. Mendecak kesal dengan pinggang yang masih terlilit handuk putih, Hansa membuka pintu kamarnya dan terlihat sosok pria yang saat ini tidak ingin Hansa temui berdiri di depan pintunya. Namun, bukan sapaan atau perkataan baik yang Hansa dapatkan, anak kedua dari Quirin Ehren itu mendapat pukulan tepat di pipi kirinya. Sehingga siapa pun di lantai bawah bisa mendengar pertengkaran yang baru saja akan dimulai itu. 
Read more
Beli Baru atau Dikutuk
Azura sebenarnya tidak ingin tahu banyak soal masa lalu Hansa dengan beberapa baby sitter yang pernah mengasuh anak dosennya itu. Akan tetapi, semakin dipikirkan Azura jadi paham kenapa Nyonya Alice sempat berkata buruk tentang para pengasuh yang lama. Pada kenyataannya, para baby sitter yang dibayar Hansa untuk mengasuh tiga anak kembar angkatnya itu semuanya adalah penipu dan tidak lebih berpura-pura menjadi sosok pengasuh yang berpengalaman hanya untuk mendekati Hansa. Ya, Azura sangat menyayangkan sikap tidak profesional seperti itu. Sangat berbeda sekali dengan Azura yang mengambil pekerjaan menjadi baby sitter ini secara terpaksa karena dia harus membayar uang kuliahnya. Sejujurnya, Azura ingin bekerja di tempat lain. Namun melihat betapa besar gaji untuk menjaga tiga balita saja sudah membuat Azura meneteskan air liur.
Read more
Nada Sumbang
Luisa sama terkejutnya dengan Azura ketika mereka berdua bertemu lagi satu sama lain. Setelah masalah besar yang dibuat Azura dalam keluarganya, Anak sulung dari keluarga Edith itu segera tersenyum cerah, dan Azura tidak tahan untuk tidak memeluknya. Namun, dia tidak dalam kondisi bisa memeluk lagi seperti dulu. Azura sadar akan tempatnya sekarang, dia tidak pantas untuk menyentuh sosok penerus keluarga Edith yang sukses itu. Luisa yang hendak memeluk seketika berhenti, ketika dia melihat perubahan ekspresi dari Azura. “Kenapa?” tanya Luisa pada Azura yang seperti mengelak untuk dipeluk. Azura tersenyum canggung, “Tidak, aku tidak mengelak hanya saja sudah lama kita tidak saling berpelukan. Ini sangat canggung kak,” jawab Azura membuat Luisa cepat men
Read more
Mama yang Penasaran
Azura harus menelan rasa kesalnya semalaman penuh akibat perkataan Nyonya Arisha padanya. Dia pada awalnya tidak berniat untuk bersikap buruk dan tidak sopan, akan tetapi Nyonya Arisha seakan memancing kemarahannya untuk keluar begitu saja. Sementara itu sampai hari ini, Azura belum mendapatkan kabar lagi dari Hansa dan Oliver kapan mereka pulang dari rumah utama mereka. Azura berpikir dia tidak mungkin bolos kuliah lagi, jadi ketika dia selesai membuat sarapan pagi untuk tiga anak Hansa yang akan dititipkan di penitipan anak. Azura berniat menelpon Gauri, dan belum sempat ia menekan panggilan. Gauri lebih dulu menelponnya. "Selamat Pagi sahabatku!" Gauri menyapa Azura dengan semangat seperti biasanya. "Pagi juga untukmu, aku baru saja hendak menelpon," ungkap Azura.
Read more
Rumah Edith
Itu terjadi kemarin malam, Luna anak bungsu dari keluarga Edith melihat betapa masamnya wajah ibunya dan juga murungnya wajah kakaknya ketika mereka pulang dari acara perjamuan pesta di kediaman Ehren. Luna biasanya membayangkan keceriaan di wajah keduanya saat pulang, sebab Luisa kakak perempuannya itu kemungkinan besar bertemu kembali dengan anak pertama keluarga Ehren yang bernama Ansel itu. Akan tetapi, apa yang dilihatnya sekarang berbeda. Namun, saat Luna ingin bertanya apa alasan keduanya seperti itu ibunya hanya mengabaikannya sedangkan kakaknya enggan untuk bercerita. Terpaksa Luna harus menelan rasa penasarannya dan akan bertanya lagi esok pagi. Waktu berlalu dengan cepat dan pagi hari sudah tiba, saat semua keluarga sarapan di pagi hari dengan banyak makanan yang
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status