***Dina dan Dira sarapan berdua. Makan sangat lahap dengan senyuman lebar. Puas sekali hati mereka setelah menindas Putri."Gue suka ide elo buat bakar surat-surat penting itu, Kak. Keren," Dira mengacungkan jempol."Yups, dengan begitu, dia ngga akan kerja di manapun. Dia itu babu kita. Hanya boleh kerja sama kita." Dina berucap dengan raut kemenangan."Bener. Belagu sih jadi benalu. Jadi, elo mau langsung ke butik apa gimana?" tanya Dira."Ke rumah sakit dulu. Gantian sama mas Radit. Dia pulang, berangkat ke kantor, nah, giliran kakak berangkat ke butik. Nanti, Putri yang gantian jaga Diana. Kakak sibuk banget ngecek barang masuk hari ini.""Kak, gue kok kadang bingung sama elo. Diana anak elo, tapi elo kadang ngga bersikap seperti mamanya. Seriusan Diana anak elo?"Dina terdiam sesaat. Kemudian menghela napas. "Diana anak kakak. Dia lahir dari rahim ka
Read more