All Chapters of Senja di ufuk barat: Chapter 11 - Chapter 19
19 Chapters
11. Peluang
"Tolong panggilkan cleaning service yang bernama Alana kemari.." ucap Patricia pada teleponnya.Tak lama kemudian Alana pun datang.Tok.. Tok.. Tok.."Nona memanggil saya ?" ucapnya."Ya, masuklah..!" ucap Patricia yang sedang duduk dikursi putarnya."Saya minta maaf soal mute-mute itu, saya sangat greget sekali ingin menempelkan aksen itu ke gaun tadi.." ucap Alana menyesal."Itu ide yang sangat bagus sekali Alana, bagaimana kau bisa ?" tanya Patricia."Dulu aku dan mendiang Ibuku sering membuat baju dan menjualnya, kami hidup dari situ, tapi sekarang Ibuku sudah tiada.." ucap Alana meredup."Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengungkit itu. Kau lihat tumpukan kain di sudut sana ? Kira-kira apa yang bisa kau lakukan dengan tumpukan kain itu ?" uji Patricia.Alana menghampiri kain-kain itu, dia melihat warna dan merasakan tekstur dari kainnya. Lalu tak lama memudian dia membuat pola, mengguntingnya, dan menjahitnya, da
Read more
12. First Kiss
Malam itu Alana pulang agak larut karena asyik membuat hiasan untuk baju rancangannya, dia berjalan sendiri menyusuri jalan yang sedikit sepi. "Dapat juga pekerjaan impianmu..!" ucap seorang wanita yang berdiri didekat pohon cemara. "Renata..."panggil Alana."Akhirnya kamu pulang juga..."lanjutnya lagi. "Tentu saja, aku tidak akan membiarkanmu merebut semua yang menjadi milikku..!"ucapnya dan berjalan mendahului Alana. "Menyebalkan sekali si Renata itu.." gerutu Alana. Sesampainya dirumah, Alana dan Renata mendapati Mike, Tama dan Leo sedang berbincang.  "Jadi kita gak akan beroprasi lagi nih ?" tanya Tama. "Ya, sepertinya kita harus merubah kebiasaan kita.."jawab Mike. "Apa rencana kamu Mike ?"tanya Leo. "Belum tahu...kamu ada ide Leo ?"tanya Mike. "Aku mau cari janda kaya aja hahahaha...!"canda Leo. "Gila kamu..! Kalo cantik tuh janda, nah kalo nenek-nenek masih mau kamu ? Hahaha..." ejek M
Read more
13. Sebuah Tuduhan
Pagi itu Patricia mendapatkan telepon dari ikatan fashion dunia bahwa minggu depan akan diadakan pameran fashion di London."Nah teman-teman, baru saja saya mendapat kabar, bahwa minggu depan akan ada pameran fashion di London, maka dari itu saya ingin kalian membuat karya yang unik dan memisahkan baju untuk pameran yang terbaik dari yang paling baik..kalian siap ?" tanya Patricia."Siap Mademoiselle..." jawab Mereka."Oke, bubar..." ucapnya."Apa nih yang akan kita buat ?" tanya Elina pada Patricia."Kita lihat koleksi yang kita punya dulu..." ucap Patricia.Elina dan Patricia memilih baju-baju yang bermodel unik dan indah."Hanya ini yang kita punya..." jawab Elina."Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh..hanya ini ?" tanya Patricia."Yap, koleksi yang terbaik dari yang paling baik.." jawab Elina."Kita harus bergegas..setidaknya kita butuh tiga atau lima lagi untuk tampil.." ucap Patricia.Saat sedan
Read more
14. Kebakaran yang di rencanakan
Selsesainya acara fashion itu, Alana berniat berbicara dengan Patricia tentang kejadian gaun itu.Tok...tok...tok...Pintu ruang Patricia diketuk oleh Alana. Namun Patricia tidak meresponnya."Boleh aku masuk ?"tanya Alana ragu.Patricia hanya menolehnya sebentar, dan dia berpura-pura melihat-lihat buku sketsanya."Dengarkan penjelasanku, aku bersumpah tidak melakukan itu..."ucap Alana bersungguh-sungguh. "Coba pikirkan, untuk apa aku melakukan itu ? Apa untungnya bagiku ?"ucap Alana lagi.Patricia mulai menoleh Alana, dia menarik nafas yang sangat berat."Jika kau ingin branchmu sendiri, silahkan, aku tidak akan melarang, tapi jangan melakukan hal sekotor ini..."ucap Patricia menyelidik."Kau tidak tahu tentang aku, dulu aku mempunyai butik sendiri atas namaku sendiri, aku tidak perlu melakukan hal itu, aku bisa mengenalkan kembali butikku tanpa harus melakukan hal sepicik itu..."jawab Alana.Keras Patricia berfikir, na
Read more
15. Identitas Baru
Pagi itu Alana mulai berhenti memusuhi dokter tua itu."Terimakasih..."ucap Alana pada Pak Tua itu yang sedang membereskan meja makan."Tidak masalah putriku..apapun akan ayah lakukan untukmu.."jawabnya dengan senyum."Siapa nama putrimu ?"tanya Alana padanya.Dokter tua itu, menghela nafas dan kembali duduk di meja makan itu."Maafkan aku karena telah mengubah wajahmu seperti ini, aku hanya ingin melihat wajah putriku yang telah tiada itu kembali, aku melakukan ini karena aku tahu, luka bakarmu yang sangat parah, bagaimanapun juga, wajahmu tidak akan kembali normal, itulah kenapa aku melakukan ini padamu. Tapi sungguh tidak ada maksud lain, tinggalah disini sebagai putriku..."ucapnya sendu dan menahan tangis.Aku masih diam seribu bahasa, namun dalam hatiku, aku paham tentamg perasaan yang dirasakan oleh dokter tua itu. Lalu dia beranjak dari meja makan."Aku harus ke rumah sakit, lakukan apa yang kau mau disini.."ucapnya.Setelah dia pergi
Read more
16. Indonesia
"Ayah, Aku akan mulai menjalankan rencanaku, aku akan melamar pekerjaan di tempatku dulu bekerja." Ucap Alana.  "Baiklah, itu keputusanmu Alana." Jawabnya. "Mulai sekarang, panggil Aku Glyn Ayah..." Ucapnya. Sang dokter tua itu terkejut mendengar pernyataan Alana. Sekaligus senang, akhirnya anaknya benar-benar hidup kembali. "Doaku selalu menyertaimu Nak, semoga jalan yang kau pilih, tidak menyesatkan hatimu.." ucap Ayahnya itu. Perkataan itu sedikit membuat Glyn tidak enak hati. "Ayah tenang saja, Aku akan baik-baik saja." Jawabnya. "Besok pagi, Aku akan pergi pagi-pagi sekali." Tambahnya lagi. "Baiklah, Aku akan siapkan sarapan dimeja besok pagi."jawab Ayahnya. "Terimakasih..." Ucap Glyn Andrea. Malam itu, entah apa yang terjadi pada Glyn,  selintas dia berfikir untuk pergi saja dari negara itu. Satu negara yang telah menorehkan banyak Luka untuknya. Negara yang ingin dia tuju, adalah negara kelahira
Read more
17. Teman baru
Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya."Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya."Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos."Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia."Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik."Karena aku
Read more
18. Hari pertama
Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men
Read more
19. Tawuran
"Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status