Semua Bab Bukan Gadis Biasa: Bab 41 - Bab 50
72 Bab
Bag 41. Pertandingan Baru Dimulai.
*****"Sorry kita ketinggalan dua angka, gue mau bikin selisih cukup dua point, tapi malah jadi 4 point." Cia berlari masuk ke tengah lapangan, babak kedua akan segera di mulai. Dia menatap Seina yang lebih tinggi darinya."Nggak kok, ini bagus. Saatnya permainan yang sebenarnya." Setelah mengatakan itu, Cia melihat team Kian yang sedang menyemangati."Setelah ini selesai, lo harus berhadapan sama gue!" Gerutunya kesal."Tiga point berturut-turut, ternyata SIS bukan lawan yang mudah." Pembawa acara berucap heboh. Di bangku penonton, Dava masih berdiri, melihat kejadian paling langka yang perah ada dalam hidupnya."Dav, itu ... Cia!" Gevin terus memperhatikan semua pemain dan langsung tertarik dengan pemain bernama EL dengan nomor 4 di punggungnya."Ssttt, gue tau!" Dava segera memperingati Gevin. Terlihat di mata mereka, Cia bergerak dengan gesit tanpa hambatan. Tubuhnya yang cukup mungil di antara pemain yang lain, memudahkannya bergerak dengan bebas, seakan lapangan itu adalah milik
Baca selengkapnya
Bag 42. Penggemar Nomer 1.
***** Cia membawa mobilnya membelah jalanan kota siang itu, setelah pertandingan usai, dia dengan segera kabur dari sana. Tentu saja ada alasannya, itu karena Cia melihat Dava dan Gevin di salah satu bangku penonton. Dan mereka tampak mengenalinya. Sebelum mereka mengikutinya lagi, lebih baik dia kabur segera. Saat sedang sibuk dengan pikirannya, terdengar bunyi ponsel miliknya, Cia segera mengangkat panggilan yang berasal dari Ferry.'Udah selesai?' Cia menelan salivanya, lalu berkata dengan pelan."Udah."'Berapa kali gue bilang, jangan lakuin hal yang bikin lo jadi pusat perhatian!' Cia tau itu, dia segera menjawab."Ini terakhir kalinya, gue janji."'Lo pake tatik mematikan itu buat hal nggak berguna kayak gitu. Kalo ada orang luar yang tau, lo tau apa yang bakalan terjadi!' "Maaf, Bang."'Three point di menit pertama, dan dua kali berturut-turut. Dan apa-apaan Jump shot yang terakhir itu!' Cia suda
Baca selengkapnya
Bag 43. Bahan Pembicaraan.
******   Seharian ini, Gavin tidak melihat pacarnya di manapun, dia sudah ke kelasnya, tapi Kian bilang, Cia tidak masuk ke kelas. Gevin penasaran, apa yang di lakukan gadis itu sekarang,padahal Gevin ingin melihatnya dan berbicara dengan pacarnya itu."Dav!" Kebetulan, dia melihat Dava yang tengah berjalan di koridor berlawanan arah dengannya. Dava mendengar ada yang memanggilnya, segera menoleh."Dav, lo liat Cia nggak?" Dava menggeleng, dia saja sulit menemui adiknya, bahkan pagi ini hanya melihat sekilas saja tidak."Enggak, emang kenapa?""Dia nggak masuk kelas dari pagi." Dava sudah menduganya. Kemarin, setelah Dava mengatakan bahwa dia mendukung apapun yang Cia lakukan, gadis itu terlihat sedikit berbeda, tampaknya gadis itu kesal, atau bahkan marah padanya. Saat Dava keluar ingin makan malam, dia melihat Cia menyelinap keluar, saat Dava bertanya, Cia bahkan tak menjawabnya, hanya menatapnya datar dan pergi begitu saja. Dava
Baca selengkapnya
Bag 44. Bukan Anak Kecil.
****** Cia nampak serius di depan layar laptop yang ia letakkan di pangkuannya, satu toples keripik kentang menemaninya dan segelas minuman soda di letakkan di atas meja. Kedua tangannya bergerak gesit, suara ketikan yang cepat terdengar di ruangan itu. "Ci, lo belum kelar?" Seseorang membuka pintu dan menyelundupkan kepalanya sebatas leher sambil melihat Cia."Mn, bentar lagi." Cia menjawab dengan singkat tanpa menatap lawan bicaranya, tanpa dia melihatpun suara itu milik Rio, sahabat sekaligus manager Cia yang sudah Cia anggap seperti Abang sendiri."Jangan lupa nanti kita bakal ke sana." Cia kali ini menoleh, mengambil gelas berisi soda yang masih tersisa setengah dan meminumnya."Iya, gue tau, Dylan juga udah berisik minta ketemu terus.""Lo yakin mau berangkat sendiri, nggak bareng aja?""Lo duluan aja deh, Pak Rudi juga pasti udah nunggu duluan. Gue masih harus selesain ini dulu, kalo belom kelar nggak enak.""Ya udah, jangan lupa makan sebelum pergi.""Iya." Selain berpe
Baca selengkapnya
Bag 45. Orang Penting.
*****"Sial!" Cia kembali menatap receptionis wanita dengan name tag Yuliana di dada sebelah kirinya. Cia mendekat lalu berkata dengan tenang."Hp gue mati jadi nggak bisa telfon." Cia sudah kesal setengah mati karena di remehkan, terlebih dia lupa mengisi daya pada ponselnya, jika tadi dia mengisinya lebih dulu, mungkin Cia bisa menghubungi Rio sekarang."Kamu mau telfon, mau pinjam hp saya?" Bukan Yuliana yang menjawab, tapi manager pria yang sejak tadi berdiri tak jauh dari Cia. Sejak tadi Cia memang mengabaikannya, dia kesal karena dia di anggap remeh oleh mereka. Ya walaupun sebenarnya mereka tidak memandang rendah dirinya. Hanya saha Cia tetap kesal, bagaimanapun Cia juga orang penting di tempat itu. Mendengar bahwa manager itu akan meminjamkan ponselnya, Cia dengan terpaksa menyetujuinya tidak ada pilihan lain."Mana." Seakan miliknya sendiri, Cia langsung mengambil ponsel milik manager pria sesaat setelah lock screen terbuka. Manager pria itu hanya memperhatikan dalam diam, di
Baca selengkapnya
Bag 46. Pilihan.
****"Duduklah." Cia meletakkan tas miliknya di atas meja, lalu duduk berhadapan dengan dua orang pria yang sudah lebih dulu duduk. "Mulai bulan depan, lo nggak perlu lagi dateng ikut rapat." Cia sedikit terkejut, lalu tersenyum begitu cerah."Seriusan, Bang?" tentu saja Cia senang akan hal itu, selama ini, dia terpaksa datang untuk menghadiri acara membosankan itu. Ferry hanya menatapnya dalam diam, tak jauh darinya duduk, Rudi juga menyimak percakapan mereka, selain Ferry dan Rudi, di ruangan itu ada beberapa orang lainnya, seperti Rio, Keilie sekertaris Ferry, dan Ben sekertaris Rudi. Mereka berada di salah satu ruangan khusus yang berada di dalam area CCS."Bulan depan, akan ada perusahaan baru yang ikut bergabung menjadi bagian CCS(Carlton Commersial Street) karena itu, lo nggak perlu lagi dateng, kirim aja Nata atau Nanda buat gantiin lo.""Bukannya Rio? Tapi Bang Nata atau Bang Nanda?" Cia tidak mengerti kenapa bukan Rio, karena biasanya Cia akan mengirim Rio jika dia sedang sib
Baca selengkapnya
Bag 47. Tidak Baik.
****"Lo harus langsung pulang abis ini. Jangan kelayapan." melihat Cia akan membantah, Ferry buru-buru menyela, "cuma malem ini doang!" mendengar itu, Cia akhirnya pasrah, menatap Rio dan mengangguk pelan."Kalo gitu gue balik dulu." Cia membuka pintu, saat itu seorang pria hampir mengetuk pintu, dia adalah Leo, manager pemasaran yang bertemu Cia sore tadi. Keduanya saling berharapan untuk sesaat sebelum akhirnya Leo berkata dengan sopan."Maaf menggangu, saya pikir anda sudah pergi.""Oh, manager. Pak Ferry ada di dalam, jika ....""Bukan, saya datang untuk bertemu dengan anda." Cia menatap Leo bingung, Rio yang berdiri di belakangnya langsung berkata."Masuk dulu Ci," karena dia juga tidak memiliki jadwal malam ini, diapun mengangguk, Ferry yang sedang bersiap pergi dari ruangan itu melihat Cia kembali masuk, di belakangnya ada Leo dan seorang wanita sepertinya sekertarisnya."Ada apa?" Ferry menatap Cia bingung. Cia mengedikkan bahu."Pak Fer
Baca selengkapnya
Bag 48. Siapa Rian?
****** Dava melangkah dengan semangat memasuki gedung sekolah setelah memarkirkan sepeda motornya. Hari ini, adalah hari kepulangan Aqila dari Jepang. Tentunya dia sangat bersemangat untuk menjemputnya sore nanti, bagaimanapun, dia sangat merindukan kekasihnya itu, selama 3 bulan lamanya hanya bisa mendengar suara dan melihat melalui VC(video call). Di saat dirinya tengah berjalan dengan semangatnya, tak sengaja Dava bertemu Jun yang juga sedang berjalan menuju kelas mereka."Jun ..." sapa nya saat dia sudah berdiri dan berjalan bersisian dengan cowok dingin itu."Mn ..." Jun hanya membalasnya dengan gumaman. Keduanya berjalan bersama menuju kelas, tapi sebelum itu, mereka melihat Cia yang berjalan terburu-buru melewati keduanya. Dava yang sejak malam tidak melihat adiknya itu segera mengejar, dan berusaha menyamai langkah sang adik."Ci, ada apa?" Cia menoleh dan kaget melihat Dava sudah berjalan di sisinya."Jangan ikutin gue!" Cia paling benci di ikuti s
Baca selengkapnya
Bag 49. Hangout.
***** Setelah menjemput Aqila dari bandara, Dava memutuskan untuk mampir ke rumah Iqbal dan main di sana. Iqbal adalah anak tunggal dari salah satu rekan bisnis Radith. Dava dan kedua orang tua Iqbal sudah akrab. Tidak jarang, saat Ayah Iqbal pergi keluar negri untuk dinas, seringkali dia membawakan oleh-oleh untuk Iqbal dan juga teman-temannya termasuk Dava. Seperti malam ini, Dava mendapatkan sebuah earphone yang di beli oleh Ayah Iqbal, padahal dia sudah menolaknya dengan halus, tapi Ayah Iqbal tetap memberikannya, dia bilang Iqbal sudah punya banyak, jadi ia sengaja beli untuk Dava. "Makasih, Om.""Santai saja Dav. Kalo gitu Om tinggal ya, masih ada sisa kerjaan." Dava mempersilahkan, Iqbal hanya menatap Ayahnya heran."Heran gue ama Bokap." Dava mendengar itu tampak bingung."Heran kenapa?""Yang anaknya itu elo apa gue sih?" cowok manik abu yang kini duduk di atas kasur Iqbal itu tertawa."Kenapa? Iri, bilang boss!""Nggak juga sih,
Baca selengkapnya
Bag 50. Story About Elcia.
*****"Emang sejak kapan kalian kenal?" Rio menatap Dava yang bertanya."Siapa? Gue apa Rian?" tanyanya."Ya ... kalian berdua." Rio tersenyum sebelum menjawab."Oh, kalo gue sih ... Dulu gue satu SD sama Cia, gue ketemu pas Cia lagi bolos sekolah di gang deket rumah gue. Gue inget banget waktu itu, dia abis berantem, luka sana sini, lututnya berdarah terus juga bajunya kotor. Astaga, kalo inget jaman dulu, Cia itu barbar banget." Rio mulai bercerita. Dia bahkan menggeleng pelan begitu bayangan Cia saat kecil teringat lagi olehnya."Waktu Cia kelas berapa?" saat masuk SD, Cia menolak keras untuk satu sekolah dengan Dava, dulu Cia bilang dia akan kabur jika di sekolahkan bersama dengan Dava, pada akhirnya sekolah mereka terpisah."Kelas 3, gue kelas 6 waktu itu. Gue pikir Cia itu anak brandalan yang sukanya berantem. Ternyata, Cia berantem garagara nolongin kucing yang di kerjain sama anak-anak nakal. Dia sebaik itu sih, gila kalo inget itu, rasanya gue n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status