Semua Bab A Modern Fairytale: Bab 61 - Bab 70
72 Bab
61. Telfon
Maria pulang ke rumah dengan kepala penuh.Bertemu dengan Kamal dan mendengar semua cerita sepupunya itu benar-benar tak membantu Maria yang sedang mencoba untuk meringankan beban pikiran. Karena memang apa yang dikatakan oleh Kamal layak untuk masuk sebagai topik melamun Maria akan memaafkannya, kendati dalam hati ia masih tak mengerti kenapa Edgar mau melakukan hal semacam itu untuknya.Untuk Maria.Kata Kamal begitu, sang pangeran bego alias uler kangkung yang sebelumnya menghancurkan hati Maria itu malah membuat pembuktian besar diujung kisah. Membuat Maria ragu akan apa yang sudah diputuskannya sejak awal permasalahan.Tiba-tiba Maria jadi memikirkan apa lagi kiranya hal-hal yang sudah Edgar lakukan tanpa sepengetahuannya.Begitu mobil yang Maria kendarai sampai di rumah, wanita itu pun langsung turun dan masuk, menuju kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu saat hendak ke kamar ia melihat ibunya yang tengah duduk santai dengan satu cangkir teh ditangan, ditan
Baca selengkapnya
62. Telfon 2
-- Edgar duduk berdiri, jalan bolak-balik mengitari meja kerjanya, tangannya sibuk memencet layar ponsel lalu kemudian ia tempelkan ke telinga.Mencari sebuah pembuktian, seperti yang ibu mertuanya bilang.Edgar harus segera melakukan itu kalau tak ingin semua jadi basi karena dianggurkan terlalu lama.Sebelum ini Edgar terlalu sibuk memikirkan Maria dan Ares, mendatangi tempat wanita itu meski tak diberi pintu hingga tidak mendapat Ilham penyelesaian untuk masalahnya, dan beruntunglah, mendengar kalimat Emily tadi pagi otak Edgar yang semula kacau bisa lebih terang sedikit.Nada terhubung di ponsel Edgar akhirnya berhenti. Terganti dengan suara sapa lelaki dari seberang.Dan ketika itu Edgar tak basa-basi sama sekali. Ia langsung menanyakan apa yang perlu ia tau.“Lo inget waktu temen-temen gue dateng sekitar sebulan lalu?” tanya Edgar manajer club yang ia punya.Orang diseberang telepon sana menggumam sejenak, mungkin mencoba menelaah memori. Hingga ak
Baca selengkapnya
63. Talk
Dan seperti yang Edgar duga.Maria memarkirkan mobil didepan rumah, keluar dari pintu kemudi, mendongak sedikit dan melihat Edgar yang berdiri di teras lantai dua.Seakan memang lelaki itu berdiri disana hanya untuk menunggu kehadiran Maria.Maria marah. Tentu saja.Edgar main ancam, dia bilang tak akan mengembalikan Ares kalau bukan Maria sendiri yang mengambilnya. Hanya karena Maria cukup baik untuk mempertemukan mereka bukan berarti Edgar berhak untuk melakukan hal semacam ini. Mencoba mengambil Ares dari Maria.Persetan kalau semua hanya ancaman belaka atau memang niat yang memang benar-benar akan ditunaikan.Maria melangkah, memasuki rumahnya yang sudah seperti kapal pecah. Menaiki tangga dan berdiri didepan pintu kamar Ares, membukanya dan anak lelaki itu tak ada, Maria pun bergegas pindah, menuju kamarnya dan Edgar, membuka pintu.Lalu tanpa melangkah masuk Maria mengatakan. "Keluar!"Memerintah Edgar agar segera keluar dari kamar dan mendekat pada
Baca selengkapnya
64. Titik terang
Mungkin sebagian besar orang akan menganggap kalau Maria adalah wanita paling bodoh yang pernah ada.Dengan menyia-nyiakan lelaki rare yang terbukti baik seperti Edgar, ingin melepas status resmi dan malah teringin berpisah. Meski sadar kalau perasaannya masih berpaut pada lelaki itu. Masih sayang. Tetapi malah membuat derita untuk diri sendiri dengan menambah masalah lain.Benar. Edgar sudah membuktikannya pada Maria.Lelaki itu mengirimkan potongan video pembuktian kalau Edgar tak pernah bersama Sabina dalam artian yang special, Edgar yang selalu pulang sendirian dan juga terpisah dari Sabina, tak pernah membuat gestur atau kontak fisik berlebih, bersentuhan saja tidak. Apalagi dengan fakta bahwa Edgar tak pernah pulang diatas jam sebelas malam. Satu bulan lalu lelaki itu senggang dan hampir tak pernah lembur, selalu pulang kantor tepat waktu.Dan Ardila juga mengatakan kalau usia kandungan Sabina sudah tiga minggu, ibu mertua Maria itu juga ikut mayakinkan kalau apa y
Baca selengkapnya
65. Maaf
-- “Hai guys,” sapa Maria saat baru sampai disana. Berdiri di sisi meja sementara satu pasang orang yang duduk itu mendongak dengan cepat.Mata mereka kompak melebar melihat kehadiran Maria yang menyapa dengan ramah meski tau kalau sejatinya Maria tidak seramah itu.Jane yang baru berhasil sampai di samping Maria langsung menarik lengan sahabatnya, Maria diam saja, menolak diajak pergi, dan saat Jane menatap Sabina serta lelaki yang kemungkinan besar adalah pacarnya ini Jane justru memicing sekilas lalu berubah melebarkan mata,“Eh, anjas, beneran mantan lo,” celetuk Jane tanpa malu, keras pula.Maria tersenyum ramah sekali, tak keberatan dengan perkataan Jane. “Maaf ganggu, ya. Gue pengen nyapa. Gimana kabarnya kalian?”Lelaki yang mempunyai mata kebiruan itu ikut memicing. Berkata dengan Bahasa Indonesia yang lancar. “Maria,”Maria mengangguk. “Hai, Just.”“H-how are you?” tanya Justin kemudian, tak terlalu menyangka dengan kehadiran Maria yang tiba-ti
Baca selengkapnya
66. Edgar feel
Edgar baru saja selesai rapat, lelaki tampan yang menggunakan setelan jas tanpa dasi itu melangkah dengan langkah lebar menuju kantornya. Tak ingin pangeran kecilnya menunggu lebih lama, karena Edgar sudah meninggalkan Ares dalam durasi yang cukup untuk memebuat anak itu marah pada Edgar.Saat baru keluar dari lift, Edgar mengembangkan senyum ketika matanya melihat anak empat tahun duduk di kursi kerja Laras dengan gadget ditangan. Sekretaris baru Edgar yang dipasrahi untuk menjaga Ares mungkin sedang ada keperluan hingga meninggalkan anak itu sendirian.Edgar menunduk ketika sudah sampai di depan anaknya, mengalihkan atensi anak itu pada sang ayah sejenak sebelum kembali menunduk pada gadget ditangan.Huft. Sepertinya Maria benar, Ares tidak seharusnya dikasih mainan digital di usia sedini ini. Karena lihat, Ares yang biasanya tidak pernah mengabaikan Edgar kini anak itu malah lebih tertarik dengan cacing pemburu donat dan burger di layar pipih itu. Tidak boleh dibia
Baca selengkapnya
67. Semua akan baik-baik saja
Begitu sampai di rumah sakit, Edgar tak menunda untuk berlari, meninggalkan motornya didepan rumah sakit begitu saja, tak menghiraukan apapun, dengan napasnya yang memburu pria yang badannya basah karena tersiram hujan itu menuju unit gawat darurat.Melihat dengan matanya tiga orang perempuan duduk di kursi tunggu di ruang perawatan gawat darurat itu.Edgar menarik napas dalam-dalam, berlari, ia meneguk ludah sebelum kemudian berdiri didepan pintu UGD.“Ed,” panggil Emily dengan suara bergetar saat Edgar terlihat hendak menerobos pintu itu. “Jangan masuk dulu, nggak boleh.”Emily menarik lengan atas Edgar, menarik mundur menantunya itu, keadaan Maria jauh dari kata baik, apalagi dengan pendarahan yang dialami, Emily tidak yakin Edgar akan bisa melihatnya. Bahkan ia sendiri tak mampu menahan tangis melihat keadaan Maria sedemikian rupa.Edgar mengangkat pandangan, menghembuskan napas berat, hatinya amat sesak, ia tak bisa menunggu lebih lama untuk melihat Maria, ia tak
Baca selengkapnya
68. Aku
Tidak ada yang mudah, semua orang pun tau itu dari awal. Dalam hidup manusia selalu diwanti-wanti untuk waspada, karena hidup tak selalu baik-baik saja, banyak haling rintang, dan benar memang kalau itu semua melelahkan. Namun, bukankah karena lelah itu, manusia jadi lebih menghargai kehidupan.Maria sadar betul dengan apa yang dinamakan hubungan timbal balik. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Keduanya mirip.Sama-sama mengharuskan manusia untuk bercermin. Berkata bahwa, jangan mengharapkan apa yang lebih baik kalau dirimu sendiri saja belum sebaik itu.Dan tentu. Orang-orang mempunyai sifat tersendiri, ada yang terlahir dengan hati hangat dan juga ada yang memang dasarnya memiliki hati yang dingin. Tetapi hidup itu adalah perubahan, sifat manusia tak akan selalu sama.Berdasarkan hal-hal itu, Maria selalu bertanya-tanya, kenapa ia mendapatkan hal sebaik ini dalam hidup. Ia menanam hal sebaik apa hingga menuai keajaiban seperti Ares, suami yang bijaksana
Baca selengkapnya
69. Dia yang tertunda lahirnya
“Sini foto dulu,” ujar wanita berambut pendek itu semangat, tangannya mengangkat ponsel tinggi-tinggi, berpose mendempel pada Maria yang memasang wajah sebal dari tadi.Jane memekik semangat melihat hasil foto yang ia dapatkan, wajah pucat Maria dan kusut rambut sultan satu itu amat sulit didapatkan.“Ntar kalo lo ulang tahun jadi ada bahan buat pasang muka aib,” ujar Jane kemudian.“Serah lo!” sahut Maria tak peduli.Ia tau kehadiran Jane di rumah sakit sepagi ini jelas karena sahabatnya itu khawatir akan keadaannya, namun setelah datang, Maria juga tau sekali kenapa Jane tak mengeluarkan raut wajah sedih atau eskpresi simpati, karena jika Jane melakukan hal itu wanita itu tau suasana hati Maria akan kembali buruk, oleh karena itu, tingkah konyol wanita yang hamil besar itu amat dibutuhkan saat ini.“Mana liat,” ujar Maria kemudian, memeriksa hasil jepretan yang Jane ambil. “Awas kalo lo uplod IG t
Baca selengkapnya
70. Dari ayah untuk ayah
“Saya dengar kamu sudah menikahi Maria?”Edgar tertendang keluar saat Maria didatangi teman kentalnya.Oleh karena itu, saat ia sedang terduduk didepan ruangan, kemudian berjalan berniat mengunjungi cafetaria Edgar bertemu ibu mertuanya. Mengatakan kalau sang ayah mertua ingin bertemu.Emily sudah tau kalau Maria sudah bangun, Albert Foster juga sudah menemuinya, dan terjadilah reuni mengharukan antara anak dan bapak itu.Edgar sendiri lebih banyak diam saat Albert mendatangi Maria, ia hanya mendengarkan percakapan rindu mereka sebelum keluar dari ruangan memberi keleluasaan untuk berbincang.Dan sekarang. Ayah mertua Edgar memanggilnya.Oke. Bahkan untuk menyematkan sebutan ayah mertua saja terdengar sedikit canggung.Edgar berdehem, lelaki itu menegakan punggung. Mengangguk kepada pria paruh baya yang duduk di brankar itu.“Maaf kalau saya menikahi Maria tanpa menunggu bapak bangun,” jawab Edgar dengan suara yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status