All Chapters of Money And The Power: Chapter 61 - Chapter 70
316 Chapters
61. Monster
        Kiana tidak mendengarkan Loid. Apa yang terjadi malah sebaliknya. Kiana terus menyerang Loid tanpa kenal lelah. Ia terus saja membuat Loid kelelehan.Tap!       Loid menangkap tangan Kiana. “Kalau kau sudah sadar nanti, aku akan memukul bokongmu!” kata Loid.Buagh!       Kalimat itu mendapatkan balasan dari Kiana. Pukulan yang mengenai ulu hatinya. Dahsyatnya kekuatan dari Naga Hitam. Sudah semua tenaga dikerahkan tapi tidak dapat mengatasi Kiana yang sedari tadi terus bertarung seorang diri.      Loid saja kesulitan menghadapi Kiana. Apalagi anak-anak yang jiwa bertarungnya belum matang. Kiana menendang kaki Loid. Loid menyilangkan kakinya untuk mengunci teknik. Loid juga menginjak ujung kaki Kiana yang lain supaya ia tidak bisa bergerak.      Sayangnya, Loid lupa ka
Read more
62. Berlatih
         Apa yang dikatakan oleh Rael bukanlah sebuah ancaman. Ia akan benar-benar melakukannya. Sayangnya, ia tidak memiliki banyak waktu karena cepat atau lambat, keberadaan Ketua Aliansi, Ketua Crew dan juga pemimpin anak perusahaan akan diketahui.           Rael tertawa sembari menekan wajah Teo dalam genggaman tangannya. Rael membenturkan kepala Teo ke lantai. Ia menginjaknya tapi Teo berhasil menyingkir.             Brian mengayunkan sikunya tapi tenaganya sama sekali bukan apa-apa bagi Rael. Rael menarik tangan Brian dan menghantamkan tubuh Brian ke dinding. Buagh! Buagh! Buagh!          Tidak ada orang yang tersisa tanpa sentuhan tangan Rael. Mereka semua dilahap habis tanpa tanpa ampun. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk melawan.  "Kalau kalian benar-benar ingin mencoba hidup seper
Read more
63. Tentang Rencana
      Ken mulai menceritakan tentang Kiana sedikit demi sedikit kepada Kumei. Tidak ingin kalau Kumey salah paham dengan sikap Kiana dan Kiana akan  kehilangan lagi sahabat yang tulus kepadanya.         Ken menginginkan yang terbaik untuk Putri satu-satunya yang ia besarkan. Trauma terus saja menghantui Kiana . Ken tidak ingin Kiana terus terpuruk dalam kubangan lubang kehancuran.       Saat pertama kali Ken melihat Kumay, Ken merasakan sosok Meysha dalam diri Kumey. Ken berpikir kalau trauma Kiana sedikit demi sedikit akan terkikis jika kehadiran Meysha tergantikan oleh orang lain."Kumey, dengarkan baik-baik cerita yang akan keluar dari mulutku. Apa kau tahu kenapa kondisi Kiana seperti saat ini?" tanya Ken.        Kumey menggeleng. "Memangnya kondisi Kiana kenapa, Paman?" tanya Kumey."Kiana memiliki sebuah trauma. Itu sebabnya, Kiana selalu menolakmu untuk menjadi tem
Read more
64. Konspirasi Baru
     Rai menggendong Yunara. Yunara tertidur dalam dekapannya. Bayi mungil yang selalu menjadi penyejuk hati.       Rai menunggu Zaila pulang dari membeli makan malam. Apa yang ia lihat ketika berada dalam konstruksi, ingin Rai ceritakan pada Zaila.Hah...        Rai menidurkan Yunara di tempat tidur. Rai langsung menemui Zaila yang baru saja kembali. Makanan lezat yang Zaila pilih terasa tidak menggugah selera Rai. Banyak beban pikiran yang mengganggu selera makannya.      Keluarga Rai semuanya tinggal di London. Rai dan Zaila adalah kakak adik yang sedang memperjuangkan sesuatu hingga nekat datang ke New York."Kak Zaila," Panggil Rai."Iya. Ada apa kau memanggilku sekeras itu?" tanya Zaila."Apakah kau pernah mendengar tentang pria buta yang menjadi murid SMA HG?" tanya Rai."Dia kan populer meskipun memiliki keku
Read more
65. Peringatan
        Semua anak-anak sudah boleh dirawat di mansion. Lagi pula, di mansion juga lengkap dengan dokter andalan dan juga peralatan yang tidak kalah dengan rumah sakit besar.         Hanya tinggal kiana yang masih dirawat di sana. Kiana sedikit tenang. Tapi ia hanya meringkuk seperti menahan sesuatu karena ia terus menggigit bibirnya sendiri. "Kiana!" panggil Orchia. "Hai!" Kiana berusaha untuk terlihat baik-baik saja. "Bagaimana? Apa ada yang kau rasakan?" tanya Orchia. "Aku sudah membaik. Kau datang dengan siapa?" tanya Kiana.           Kiana sedikit berharap kalau Zeki akan menemuinya. Sayangnya, orang yang kemudian masuk ke dalam  bukanlah Zeki. "Bibi Gracia!" panggil Kiana.  "Bagaimana kabarmu?" tanya Gracia. "Tentu saja, sudah membaik." "Ibu, bisakah aku bicara sebentar pada Kiana? Setelah itu kita pul
Read more
66. Larangan
Setelah pukul enam sore, Kiana menutup kamar di mana ia  dirawat. Ia menata guling dan menutupinya menggunakan selimut.  Kiana sudah siap menemui Zeki meski ia tetap menggunakan baju pasien.       Kiana naik taxi untuk menemui Zeki yang menunggunya diujung bukit. Setelah itu, Kiana harus melewati jalan setapak."Kak Zeki!" panggil Kiana.          Zeki menoleh. "Hai! Aku kira kau tidak akan datang," ujar Zeki.        Kiana mengerutkan keningnya. Dia mundur beberapa langkah. Ada sesuatu yang aneh dengan Zeki."Kiana, ada apa denganmu?""Bukan ada apa denganku, tapi ada apa denganmu," jelas Kiana. "Ah! Aku minum wisky sebelum ke sini."        Kiana tidak suka alkohol. Ia hanya minum sesekali ketika ada pertemuan atau perjamuan khusus. Melihat wajah Zeki yang memerah dan tatapannya aneh, Kiana memilih menjauh."Kita bertemu lagi lain kali saja," kata K
Read more
67. Anak Perusahaan Kedua ( Satu)
Delice bersama Loid menghadiri acara pertemuan terbuka. Banyak pembisnis besar kalangan atas yang berkumpul di sana.         Dalam perjamuan itu, ada tamu muda yang siap menjadi relawan untuk membantu finansial orang-orang yang kekurangan.         Dalam pertemuan itu juga, akan ada pembahasan mengenai pelelangan yang akan diadakan tengah malam. Semua tamu diharapkan untuk mendonasikan setidaknya satu barang untuk dilelang dan uangnya akan digunakan untuk menambahkan donasi. "Ngomong-ngomong, apa yang mau kau lelang?" tanya Delice pada Loid. "Hmmmm..." Loid memutar matanya seolah-olah sedang memikirkan masalah yang begitu pelik. "Apa, ya? Menurutmu apa?" tanya Loid.          Delice menaikkan sebelah alisnya. "Kau datang tapi tidak membaca undangannya?" pekik Delice. "Dasar gila!" imbuhnya. "Bagaimana kalau aku melepaskan celana dalam yang aku pakai?" tanya Loid dengan waja
Read more
68. Anak Perusahaan Kedua (Dua)
       Nick kembali ke lantai atas bersama satu pria dan juga wartawan. Entah apa yang tersirat dalam otaknya. Pria paruh baya yang pergi bersamanya terlihat begitu cemas. “Jangan seperti itu, Tuan Kang. Saya hanya ingin memberikan Anda sebuah hadiah.” Nick menyeringai.        Perasaan Tuan Kang semakin tidak karuan dan tidak menentu. Seolah-seolah, setiap kakinya yang melangkah selalu ada paku yang menusuk telapaknya.        Nick tersenyum jahat. Ia membuka pintu, mempersilahkan para wartawan masuk untuk merekam seorang wanita yang merangkak seperti orang gila. Dia menggigit jarinya sendiri, merintih dan menangis. “Brengsek! Apa yang kau lakukan pada Putriku?” teriak Tuan Kang sembari menarik kerah kemeja Nick.        Nick menatap tanpa ekspresi. “Lepaskan tanganmu atau aku patahkan!”      &n
Read more
69. Anak Perusahaan Kedua (Tiga)
Delice sedang menikmati sarapan bersama yang lainnnya. Diego juga ikut bergabung bukan sebagai tamu tapi sebagai keluarga."Naura mana? Aku datang untuk melihatnya, bukan untuk melihatmu," gerutu Diego."Ibuku sedang di rumah sakit," jawab Zavier."Apa maksudnya di rumah sakit?" pekik Diego sembari meletakkan sendoknya."Kiana sakit. Selain bodoh karena menawar dengan harga yang gila, kau juga bodoh dalam menghitung jumlah Anak-anakku," kata Delice."Benar juga. Aku tidak melihat Kiana.""Syukurlah, Loid. Ada yang lebih bodoh darimu," ujar Aretha.           Semuanya menahan tawa. Diego yang sudah lama tidak berkunjung,  menjadi bahan tertawaan mereka. "Kau bisa menelan makananmu, sedangkan Anak dan Istrimu tidak di rumah?" pekik Diego."Aku sudah meminta Leon untuk mengantarkan makanan pada mereka. Apa kau juga lupa dengan Leon?" kata Delice."Apa aku semakin tua? Kenapa Anakmu banyak sekali?"    &
Read more
70. Anak Perusahaan Kedua (Empat)
Ditengah malam yang gelap, seorang wanita cantik berlari tergesa-gesa keluar dari salah satu kamar hotel.        Rambutnya yang terurai hitam, berantakan. Pakaian yang ia kenakan ada beberapa bagian yang robek seperti dicabik-cabik.           Wanita itu berlari dan menekan tombol lift. Ketika pintu lift sudah terbuka, ia langsung menerobos masuk tanpa melihat apakah lift itu terisi atau kosong."Akh!" pekik wanita itu.           Seorang pria tampan langsung memegang pinggang wanita itu untuk menahan tubuh wanita itu supaya tidak terjatuh setelah menabraknya.            Pandangan mata mereka bertemu. Wajah wanita itu sangat cantik dengan mata berwarna hijau muda. Sayangnya, terdapat lebam pada bibir dan juga area wajahnya. "Ma--maaf!" ucap wanita itu."Apa Anda baik-baik saja?""Saya...""Apa ada ya
Read more
PREV
1
...
56789
...
32
DMCA.com Protection Status