Semua Bab Trap For My Stepfather: Bab 11 - Bab 20
52 Bab
Mengakhiri Hidup
Drrt ... drrt ... drrt Ponselku bergetar tanda ada panggilan yang masuk dari seseorang. Aku mengambil ponselku yang sengaja aku letakkan di atas meja. Terlihat nama Ethan tertera di layar ponsel. Aku mengerutkan keningku karena Ethan tidak pernah meneleponku sejak kejadian itu. “Kenapa Ethan meneleponku?” tanyaku dengan kening berkerut lalu menggeser logo berwarna hijau dan mendekatkan ponsel ke arah telinga. “Hallo, Ethan. Ada apa kau menelponku?” “Kiran....” Terdengar suara isakan tangis di sebrang telpon sana membuat kedua alisku hampir saja menyatu mendengar Ethan yang terisak. Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres. “Ethan, kenapa kau menangis? Ada apa?!” “Adriani bunuh diri tadi malam.” Sebuah fakta yang terucap dari bibir Ethan membuatku terkejut bukan main. Aku langsung berdiri dari dudukku karena tidak percaya dengan ucapan Ethan barusan. “Apa?!” Aku terpekik, suaraku bahkan tercekat. Air mataku lolos begitu saja tanpa perinta
Baca selengkapnya
Hanya Ingin Disayang
“Kiran, Adriani menyelamatkanmu ketika Julian membuangmu!” tegas Ethan membuatku langsung menoleh ke arahnya karena tidak percaya. “Apa maksudmu berkata seperti itu?” tanyaku dengan kedua alis yang hampir menyatu. Rasanya tidak mungkin ayahku membuang aku begitu saja. Aku sangat mengenalnya dan ia adalah pria pertama yang aku kenal dengan baik selama hidupku. Ethan terdiam seraya menutup mulutnya dengan salah satu tangannya seolah ia baru saja mengatakan sesuatu yang salah. “Lupakan!” Aku mengerutkan keningku dan melihat Ethan dengan tatapan menyelidik. Aku berpikir jika Ethan sedang menyembunyikan sesuatu dariku. *** Pemakaman mommy sudah selesai beberapa jam yang lalu. Aku kembali pulang dengan perasaan hampa. Aku hanya duduk sendirian dengan air mata yang memerah karena habis menangis. Ethan hanya menyuruh orang lain untuk mengantarku pulang. Aku tidak tahu, Ethan pergi kemana karena sampai sekarang pun aku belum melihat batang hidungnya. A
Baca selengkapnya
Terjatuh
“Ethan, aku adalah istrimu. Hanya karena kau memberiku uang setiap bulan padaku. Bukan berarti, aku bahagia, Ethan.” “Lalu, apa yang kau inginkan dariku? Kasih sayang dan cinta?” tanya Ethan sambil tersenyum mengejek membuatku merasa marah. “Apa salah jika aku meminta belaian kasih sayang dari suamiku sendiri?” tanyaku seraya menatap nanar ke arah Ethan. Bagaimanapun setelah pernikahan itu aku sudah sah menjadi istri dari seorang Ethan. Aku juga merasa pantas mendapatkan kasih sayang dan juga cinta dari suamiku sendiri. Apalagi sekarang aku sedang mengandung, membuatku sangat membutuhkan kasih sayang dari seorang suami untuk menguatkan diriku sendiri. Memang, bayi yang aku kandung bukanlah darah daging dari pria yang sudah kujebak itu. Namun, apa salah jika aku meminta sedikit rasa kasih sayang kepada Ethan? Seperti yang selalu Ethan lakukan kepada mommy dulu. “Kiran, apa kau tidak merasa canggung denganku? Kematian Adriani saja baru beberapa bulan ya
Baca selengkapnya
Tidak Sadarkan Diri
Aku tidak mendengarkan ocehan Ethan padaku karena terfokus dengan rasa sakit yang luar biasa di bagian perutku. Rasanya benar-benar sakit sampai aku kesulitan untuk bernapas. Aku menoleh ke arah Ethan dengan air mata yang sudah berderai. “Ethan, perutku terasa sakit!” Aku berteriak sambil mengerang kesakitan. Suaraku begitu lirih dengan raut wajah yang begitu panik. Ethan terdiam setelah melihatku yang menatapnya dengan tatapan minta tolong. Ia hanya mematung dan tidak bergeming sedikit pun. “Ethan, tolong ... aku,” lirihku lagi. Ethan tersadar lalu berjalan menghampiriku. Kedua matanya langsung membulat setelah melihat sudah banyak darah segar yang membasahi pakaian bagian bawah. “Kiran, apa yang terjadi?” tanya Ethan dengan raut wajah yang mulai panik. Ia hanya terdiam membeku sambil menatap cairan kental berwarna merah yang terus saja keluar tanpa henti. “Ethan, apakah kau bisa menolongku untuk membawaku ke rumah sakit?” “Te
Baca selengkapnya
Tidak Tertolong
Aku terbangun di sebuah danau yang terlihat begitu indah dan juga menenangkan. Banyak sekali bunga-bunga yang bermekaran di sekitarnya. Aku berdiri dengan pakaian serba putih di tubuhku. Aku tidak mengingat keberadaanku sekarang. Tidak ada siapa pun di tempat ini, selain aku seorang. Aku mengerutkan keningku karena tempat ini begitu asing. Aku tidak pernah ke tempat seindah ini sebelumnya. “Kiran,” panggil seseorang yang tiba-tiba saja berada di sampingku sambil menepuk pundakku. Aku menoleh, lalu membulatkan kedua bola mataku karena terkejut dengan siapa yang kulihat. Untuk beberapa detik aku hanya terdiam mematung, hingga akhirnya aku bisa kembali bergerak dengan air mata yang berderai. “Mommy?!” Suaraku tercekat. Aku tidak bisa berkata-kata lagi karena begitu senang dan terharu bisa bertemu dengan mommy lagi. “Apa aku berada di surga?” Mommy menggelengkan kepalanya, ia meraih tanganku lalu menarik tubuhku untuk memeluknya. “Tidak, Kiran. Ini bukan
Baca selengkapnya
Aku Tidak Terima
"Apa yang terjadi?" tanyaku dengan suara yang bergumam. Aku mencoba mengingat-ingat kenapa aku bisa terbangun di rumah sakit. Hingga sekelebat bayangan terlihat di pikiranku ketika perutku terasa nyeri karena terbentur sudut meja yang cukup tajam. Kemudian, aku melihat ke arah perut yang ternyata sudah terlihat datar. "Bayiku?" tanyaku setelah tersadar jika perutku sudah rata. "Di mana bayiku, Ethan?" Ethan terdiam seraya menatapku sendu. "Maafkan aku, Kiran." "Apa maksudmu? Kenapa kau meminta maaf padaku? Apa yang terjadi kepada bayiku?" Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Melihat ekspresi Ethan yang tidak biasa itu membuatku merasa yakin jika terjadi sesuatu kepada bayiku. "Maaf, Kiran, bayimu tidak tertolong," ucap Ethan dengan suara lirih. "Apa?" Suaraku tercekat, air mataku luluh begitu saja ketika mendengar bayiku tidak tertolong. Untuk beberapa saat aku hanya terdiam mematung dengan air mata yang terus mengalir, hatiku begi
Baca selengkapnya
Kembali Histeris
"Aku tidak mau kau terluka jika harus turun-naik tangga setiap hari. Jadi, aku memindahkan kamarmu ke kamarku. Begitu pun dengan sebaliknya," jelas Ethan yang mengerti dengan raut wajahku. Aku hanya terdiam lalu kembali berjalan tanpa ingin menjawab pertanyaan sedikit pun dari pria itu. Entah kenapa, tetapi hatiku tiba-tiba saja membenci Ethan karena sudah membuat bayi di dalam kandunganku meninggal. Ethan mendudukkanku di atas ranjang dengan perlahan. "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggilku." "Aku tidak perlu bantuan apa pun dari pria pembunuh sepertimu," timpalku seraya menatap wajah Ethan dengan nanar. Aku tidak salah kan memanggilnya seperti itu? Untuk beberapa saat Ethan terdiam, ia membulatkan kedua bola matanya seraya menatapku tidak percaya. Tampaknya Ethan sedang mencerna perkataanku barusan. "Kiran, apa yang baru saja kau katakan?" tanya Ethan seolah yang aku katakan barusan adalah kesalahan, atau mungkin ia takut
Baca selengkapnya
Ethan Meminta Maaf
Sementara, aku malah menangis di pelukan Ethan histeris. Aku memegang baju Ethan dengan erat dan terus saja menangis di dada bidang miliknya."Baiklah, keluarkan semua rasa sakitmu. Kau boleh menangis, atau menumpahkan semua emosimu, keluarkan semuanya agar kau bisa tenang," ucap Ethan dengan suara berbisik namun juga menenangkan.Ethan, aku tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaanmu padaku? Kemarin-kemarin kau tidak peduli padaku sama sekali, seolah hidupku tidak ada artinya untukmu. Lalu sekarang, di saat aku sedang terpuruk seperti ini, kau datang seolah menjadi penyelamat. Kau melakukannya sebagai mantan Ayah tiriku atau Suamiku, Ethan?***Aku terbangun ketika sinar matahari masuk ke celah-celah jendelaku. Aku terbangun dan merasakan pusing, kepalaku terasa berat namun aku tetap terbangun. Aku melihat ke arah sekelilingku, ternyata aku berada di kamar Ethan yang sudah disulap menjadi kamarku. Aku lupa kapan aku tertidur, tapi aku bisa mengingat jika
Baca selengkapnya
Tidak Mudah
Sebenarnya aku ingin pergi saja karena muak melihat wajah Ethan, tapi … perutku terasa lapar dan tidak mungkin menahannya. Akhirnya, aku duduk di kursi kosong itu dan membuat Ethan tersenyum karena senang.Ethan duduk di depanku sambil terus saja melemparkan sebuah senyuman padaku. Aku hanya membalasnya dengan tatapan jengah dan tidak terlalu memperdulikannya. Aku berniat untuk segera menghabiskan makanan ini lalu pergi ke kamar atau ke suatu tempat."Kiran, aku tahu apa yang kau rasakan setelah kehilangan bayi yang berada di dalam kandunganmu. Aku benar-benar merasa bersalah dengan semua yang terjadi. Aku tidak tahu akan berakhir seperti ini. Selama beberapa hari ini, aku menyesali semua perbuatanku padamu. Tapi Kiran, maukah kau memaafkanku dengan setulus hatimu?"Aku terdiam selama beberapa saat ketika .Ethan meminta maaf padaku. Haruskah aku memaafkannya? Pria yang sudah tega menghilangkan nyawa bayiku. Namun, setelah dipikir-pikir apa bedanya
Baca selengkapnya
Berniat Mengajak
Aku keluar dari kamar setelah selesai membersihkan diri dan memakai baju santai seperti biasa. Aku berjalan ke arah dapur setelah mencium wangi makanan di dalam sana. Seperti biasa, terlihat Ethan yang sedang memasak. Ethan tersenyum saat melihatku berada di ambang pintu. Namun, pakain Ethan yang sekarang dikenakannya sedikit berbeda. Biasanya, Ethan akan memakai baju setelan kantoran, tetapi sekarang Ethan memakai baju biasa. Padahal hari ini bukanlah hari minggu.“Ethan, apakah kau tidak akan berangkat kerja?” tanyaku sambil didik di salah satu kursi kosong menunggu masakan matang.“Ah, ini … aku tidak akan bekerja hari ini,” jawab Ethan sambil kembali melakukan aktivitasnya tanpa melihat ke arahku.“Kenapa? Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku lagi yang merasa penasaran. Karena tidak biasanya Ethan seperti ini.“Apa yang akan aku lakukan?” tanya balik Ethan membeo ucapanku. “Coba kau tebak!&rd
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status