All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 121 - Chapter 130
189 Chapters
Bab 121. Raja Edgar Lepas Kendali
Aku membuka karena sinar matahari yang cerah telah menembus jendela dan menerangi pandanganku. Walau bagian kakiku sakit, tetapi seluruh tubuhku masih dalam keadaan baik. Hari yang indah ini justru membuatku ingin mengutuk keadaan.“Di saat situasi sangat runyam tadi malam, aku malah tidur dengan nyaman d atas Kasur ini?” batinku ingin menyangkal perilaku yang tidak waspada itu.Lebam di sekujur tubuhku masih terlihat kontras dengan warna kulitku yang normal. Bengkak di bagian lututku juga masih menggembung parah. Karena bentuk ruam dan bentuk lututku masih sama seperti sebelumnya, jadi tidak ada tanda-tanda bahwa lukaku itu akan sembuh dalam waktu dekat.“Hahhh….”Aku menghela napas dengan berat. Sekarang, aku bahkan tidak bisa bergerak dengan sesuka hati karena keadaan kakiku ini.“Apakah aku harus menjalani hari-hari yang membosankan di atas tempat tidur seperti ini? Aku bahkan harus menunggu seseorang datang
Read more
Bab 122. Firasat Tidak Enak
Ketika aku sudah tidak sabar seperti itu, Steein malah sedang tenang dan tenggelam dalam pikirannya. Aku pun menjadi semakin gelisah. Memang, bukan sikap yang benar untuk semakin gelisah di keadaan yang serius. Akan tetapi, sekarang situasinya sangat genting. Detik demi detik waktu yang berjalan membuat keringat dinginku semakin banyak bercucuran karena membayangkan bahwa posisi Raja Edgar untuk tiba di Kerajaan Dertaros akan semakin dekat.“Sepertinya tidak apa-apa, Lissa. Walaupun mereka memiliki kemampuan sihir seperti itu sekalipun, aku yakin kalau pihak kita akan menang. Kali ini, bayangan Raja Edgar juga ikut bertarung. Kamu tahu ‘kan kemampuan spesial bayangan Raja Edgar itu?” tanya Steein.“Kemampuan untuk menetralisasi efek sihir dan menghiangkannya?” tanyaku balik untuk memastikan.“Benar. Sekalipun bayangan itu tidak bisa menahan kemampuan beberapa anggota keluarga Kerajaan sekaligus, tetapi setidaknya ia bisa mence
Read more
Bab 123. Berita Kehamilan
Dokter itu menyentuh perutku, dan memeriksa urat nadi di lenganku secara bergantian. Ia bahkan melakukannya selama beberapa kali untuk memastikan bahwa diagnosanya benar.Selama dokter itu memeriksaku, aku melihat kalau wajah Steein sedikit pucat. Mungkin, Steein sudah memiliki dugaan akan keanehan yang ia maksud.“Nyonya...,” ucap Dokter itu pelan setelah ia menurunkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai.“Selamat Nyonya ... Nyonya hamil....” lanjut Dokter itu.“A...pa?” tanyaku lirih karena tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.“HAHAHAHA ... Dokter bercanda? Lihat Steein, dokter ini malah mengatakan kalau....”Aku segera menghentikan ucapanku karena melihat wajah Steein yang sudah pucat pasi. Kepalaku tertunduk lemas karena merasa sudah mendapatkan kepastian.Aku syok. Isi kepalaku kosong, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku bahkan lupa car
Read more
Bab 124. Hanya Steein yang Tahu
"Bagaimana keadaanmu?” tanya Steein sambil memberikan segelas air minum padaku.Setelah melampiaskan emosiku dengan menangis tadi, dan kemudian tertidur, sekarang aku merasa sudah jauh lebih stabil. Pertanyaan mengenai keadaanku juga tidak begitu mengerikan lagi ketika aku mendengarnya.“Aku baik-baik saja,” jawabku sambil mengulurkan tangan untuk menerima gelas air yang diberikan Steein dan meminumnya. Steein terus memperhatikan setiap gerak-gerik yang aku lakukan walau aku hanya meminum air.“Terima kasih,” ucapku kepada Steein sambil memberikan gelas itu kembali.“Steein, apakah di dunia ini adalah hal yang mungkin untuk mengetahui seseorang itu hamil atau tidak hanya dalam waktu dua minggu?” tanyaku pada Steein untuk memulai percakapan mengenai topik ini.“Tidak juga, Lissa. Namun ... mungkin saja kasusnya berbeda karena kamu adalah Saintess. Sampai beberapa saat lalu, ketika aku memeriksa keadaan
Read more
Bab 125. Kepulangan Raja Edgar yang Tiba-Tiba
"Kenapa kamu tidak ingin memberitahukannya kepada Raja Edgar? Ia penyebab ini semua. Bukankah seharusnya ia yang pantas untuk tahu mengenai masalah ini?” tanya Steein heran.Aku tahu alasan Steein merasa bingung, dan ia juga benar. Namun, aku tetap belum bisa untuk membiarkan lebih banyak orang untuk mengetahui hal ini.“Aku perlu waktu untuk menata hatiku untuk menerima semua ini, Steein. Jadi, aku belum siap jika fakta tentang kehamilanku menjadi topik pembicaraan di istana,” jawabku.Steein pasti paham. Memiliki anak Raja, akan membuatku harus menikah dan menjadi seorang Ratu. Seandainya aku menolak, anak ini akan tetap direbut oleh pihak Kerajaan, karena ia adalah keturunan pertama Raja. Jika bayi ini wanita, mungkin ia akan dijadikan sebagai Saintess berikutnya. Namun, jika ini pria, maka ia menjadi kandidat Putra Mahkota yang akan menjadi Raja berikutnya di masa depan.Di saat-saat seperti ini, aku malah bersyukur bahwa Raja Edgar
Read more
Bab 126. Kebohongan yang Canggung
“Kenapa kamu menyuruhnya begitu?” tanya Raja Edgar lagi untuk meminta kepastian.Aku memang ingin membela Steein agar kemarahan Raja Edgar tidak tertuju padanya, tetapi sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku katakan selanjutnya.“Saya tidak tahan melihat dan mencium bau darah. Jadi, bisakah Yang Mulia mandi terlebih dahulu?” tanyaku dengan maksud mengalihkan topik pembicaraan. Setidaknya, untuk sekarang aku bisa menghindari pertanyaan yang menyulitkan dari Raja Edgar dan menggunakan kesempatan itu untuk menyuruh Steein pergi.“Kamu berbicara formal? Apakah kamu terlalu gugup karena sedang menyembunyikan sesuatu?” tanya Raja Edgar curiga.Aku telah ceroboh. Bisa-bisanya aku membuat kesalahan di depan Raja Edgar yang peka. Aku bahkan sampai berbicara formal saking takutnya. Itulah sebabnya aku tidak mau membuat kebohongan sekecil apa pun, karena aku tidak pandai untuk menyembunyikannya.Raja Edgar yang tahu sia
Read more
Bab 127. Kunjungan Diam-Diam
Rasa pusingku lebih menguasai seluruh tubuhku, hingga membuatnya jadi oleng.“Lissa!” seru Raja Edgar sambil menahan tubuhku, dan mencegahnya untuk membentur sisi sandaran tempat tidur.Dengan sigap, Raja Edgar menyingkirkan nampan, semua makanan, dan segala macam benda yang menyemakkan di tempat tidur. Setelah ia membantuku untuk berbaring, Raja Edgar terburu-buru ingin beranjak turun dari tempat tidur.“Yang Mulia!! Ughh...,”Setelah tanpa sadar mengerahkan seluruh tenaga dalamku untuk memanggil Raja Edgar, aku jadi kembali ingin muntah. Untung saja, aku berhasil menangkap ujung jubah Raja Edgar dan mencegahnya pergi.“Kenapa, Lissa?!” tanya Raja Edgar dengan panik.Karena tidak sanggup lagi membuka mulut untuk memberi jawaban, aku hanya menggelengkan kepalaku dengan lemah.“Apa? Kamu tidak mau aku pergi?” tanya Raja Edgar lagi.Aku bermaksud untuk melarang Raja Edgar untuk mema
Read more
Bab 128. Tertangkap Basah
Setelah tidak berapa lama, Steein merogoh kantung di balik jubahnya, ia kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan. Bentuk sapu tangannya tidak biasa. Sapu tangan itu dilipat kuat dan menggembung, seperti ada sesuatu di dalamnya.“Katanya ini bagus untuk wanita hamil. Makanlah,” ujar Steein sambil menyodorkan sapu tangan itu ke hadapanku. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah beberapa kacang bernilai tinggi.“Itu Almond!!” seruku girang. Sudah lama sejak aku melihat kacang mahal seperti yang ada di duniaku.“Apa? Al-Almon?” tanya Steein bingung karena baru pertama kali mendengar nama itu.“Bukan Almon, Steein, tetapi Almond. Ini juga ada di duniaku. Kacang Almond, yang merupakan salah satu kacang dengan harga yang cukup fantastis,” jelasku dengan bersemangat.“Fantas ... Apa?” tanya Steein lagi.Karena perasaan yang menggebu-gebu, aku sempat lupa untuk memilih kosa-kataku di hadapan
Read more
Bab 129. Kebenaran Terkuak
Seketika tubuhku gemetar karena merasakan tekanan dari aura seorang Raja. Raja Edgar yang pintar memang begitu peka dan sulit dikelabui, jadi aku juga perlu menggunakan upaya ekstra.Setelah menelan ludah dan mengendalikan pita suaraku agar tidak bergetar, aku menjawab, “Aku berkata jujur, Yang Mulia.”“Kamu yang mengundang Steein untuk datang ke sini? Untuk apa?” tanya Raja Edgar lagi dengan nada suara dan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa ia belum mempercayaiku sepenuhnya.Hanya satu jawaban yang kemungkinan bisa ditoleransi oleh Raja Edgar. Jadi, aku menggunakan jawaban itu. “Aku memintanya untuk membawakan makanan untukku, Yang Mulia,” jawabku.Sepertinya upayaku untuk melembutkan hati Raja Edgar cukup berhasil, karena setelah itu Raja Edgar membalasku dengan kalimat yang lebih lembut.“Kamu mau makan? Apa makanan yang kamu suka?” tanya Raja Edgar.Hampir saja aku terpancing emosi karen
Read more
Bab 130. Pengumuman Pernikahan
"Terkuak sudah!” Itulah yang aku ucapkan dalam hati dengan pasrah.Napasku sempat terhenti ketika mendengar ucapan dokter itu. Namun, tidak berapa lama kemudian, hatiku malah merasa sangat lega. Rasanya seperti ada beban berat yang selama ini menekan jantungku di kedua sisi, tetapi sekarang beban itu menghilang dan membuat jantungku menjadi bebas.“Ini adalah kebebasan yang sejati. Sangat sulit untukku berbohong selama ini kepada Raja Edgar. Biarlah semua ... Jika sudah ketahuan, ya ketahuan saja ... Toh juga rasanya tidak terlalu buruk,” batinku.Selama aku berpikir dalam hati, keadaan di sekitarku menjadi hening. Aku bisa membayangkan bagaimana terkejutnya orang-orang yang ada di sana. Raja Edgar pasti merasa terkejut karena berpikir fakta bahwa bayi yang ada di kandunganku itu adalah anaknya. Sementara itu, Steein terdiam karena ketakutan dan merasa bersalah karena tidak bisa menjaga janjinya padaku untuk menjaga rahasia ini. Di sisi lain, p
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status