All Chapters of Yang Terpilih: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
Bab 11
Tidak banyak penambahan dekorasi untuk acara ulang tahun Giselle malam ini. Dari luar bahkan tidak menampakkan keramaian. Mobil yang berdatangan telah memenuhi halaman rumah, tidak ada yang diparkir di luar.            Acara ulang tahun ekslusif, bagi kerabat saja. Orangtua Giselle dan David saling mengobrol di sofa. Adik David yang baru datang dari Inggris juga terlihat di antara kerumunan. Emma terlihat baru datang, bersama anak dan pengasuh anaknya.            Ruang keluarga hanya dihias beberapa vas dengan bunga mawar berwarna-warni berukuran besar dan satu rangkaian besar bunga lily sebagai pusat perhatian di ruangan itu.            Giselle? Iya, dia pun menjadi Putri Jelita malam ini, ditambah keanggunan luarbiasa yang memesona. Rambutnya tergerai, bergelombang indah, menutupi sebagian besar
Read more
Bab 12
Mobil meluncur perlahan keluar dari sebuah butik baju ibu hamil dan bayi.Untuk kesekian kalinya Giselle membelikan Rosa berbagai perlengkapan. Kali ini lengkap dengan baju senam dan matras untuk senam. Rosa membayangkan dirinya senam SKJ sedirian di atas matras itu, seperti saat dirinya masih di Sekolah Dasar.            Tapi kali ini Rosa tidak banyak bertanya, karena sebenarnya pikirannya sedang berkelana di tempat lain. Dia tidak berani mengutarakan pada Giselle, jadi sepanjang perjalanan hanya diam membisu.            “Tumben kamu diam terus. Kamu lagi sakit?” tanya Giselle.            Rosa menggeleng.            “Kamu harus terang kalau mau apa, sakit apa, apalah apalah, biar nggak membahayakan si bayi,&r
Read more
Bab 13
Rosa berselonjor santai di atas ranjangnya. Badannya bersandar di kepala ranjang yang terasa empuk. Kakinya bergerak-gerak santai, mengikuti alunan musik yang sayup-sayup terdengar merdu. Tubuhnya merasa nyaman. Tadi sempat merasa enek, tetapi sejak beberapa waktu lalu pulang dari dokter kandungan rasa mual itu tidak begitu menyiksanya lagi. Antara tersugesti atau takut pada Giselle.            Rosa mengelus lengannya, sesekali menciumi telapak tangannya. Dia sangat menyukai wangi sabun pemberian Giselle. Sabun mahal yang harganya bisa membeli sabun mandi biasa puluhan batang. Belum lagi sampo yang ada di kamar mandi, katanya sampo sehat tanpa deterjen. Entahlah apa maksudnya itu. Yang pasti rambutnya kini semakin sehat bercahaya.            “Halo…” Rosa mengangkat ponselnya yang berdering.       &
Read more
Bab 14
Airmata Giselle bagai anak sungai, bercabang-cabang mengalir di pipinya. Pemandangan yang baru saja disaksikannya, seperti lahar panas menerpa dirinya dalam sekejapan mata. Suaminya mengelus perut perempuan lain??? Apa maksudnya???            “Sayang, percaya aku. Nggak ada apa-apa tadi. Aku berani bersumpah aku nggak bohong,” ujar David, berusaha menjelaskan dengan tenang.            “Nggak ada apa-apa bagaimana?! Aku lihat pakai mata kepalaku sendiri, Rosa mengangkat bajunya di depan kamu!!! Apa yang nggak ada APA-APA?!”            “Aku udah jelasin tadi, kan? Aku hanya penasaran bagaimana rasanya pegang perut yang ada bayinya. Itu saja. Kenapa kamu mesti marah-marah begini?” David berusaha merengkuh bahu Giselle, tetapi Giselle mengelak dan menjauh. Suara tan
Read more
Bab 15
Memasuki bulan ke delapan kehamilannya membuat dirinya bertambah malas. Hanya saat senam hamil dan berenang tubuhnya terpaksa bergerak. Atau saat tanpa sengaja mendengar suara David di lorong depan kamarnya, maka dia akan turun dari ranjang, mengendap, membuka pintu hanya berupa celah lalu menikmati sosok David diam-diam.            Musik klasik menggema lembut di kamar Rosa.            “Rosa!” panggil Giselle di luar pintu kamar. Rosa segera turun dari singasananya. Berusaha secepat mungkin turun, tetapi perutnya yang besar menghalanginya untuk terlalu tergesa-gesa.            “Iya, Mbak,” sahut Rosa sambil membuka pintu. Di awal-awal, Giselle biasanya langsung membuka pintu kamar Rosa, tetapi sejak dia memergoki David memegang tangan Rosa, dia seolah menghindari kemungkin
Read more
Bab 16
“Rosa!” panggil Giselle tidak sabar memanggil Rosa dari ujung tangga. Rosa yang berada di kamarnya berusaha secepat mungkin meneliti penampilannya di kaca. Setelah itu bergegas keluar dari kamarnya.            “Iya, Mbak!” sahut Rosa tak kalah kencang. Dengan perut sudah membesar sempurna, Hari ini jadwal kontrol terakhir ke dokter kandungan. Rosa menuruni tangga perlahan-lahan. Setiap kali kepalanya menengok ke ujung kakinya dari samping. Dia sudah tidak bisa melihat ujung kakinya karena ukuran perutnya sudah menghalangi pandangan.            “Hati-hati!” seru Giselle.            “Iya, Mbak…” sahut Rosa. Rasanya ingin dia berlari saja.            Mereka berdua segera keluar rumah,
Read more
Bab 17
Giselle menatap nanar tumpukan dus-dus berisi susu formula yang baru datang beberapa hari lalu di ruang tamu. Dia sudah konsultasi dengan dokter anak, susu yang terbaik bagi Raynar. Dia bahkan sudah memesan susu itu sebelum Raynar lahir.            Sekarang upayanya percuma. David dan ibunya tidak setuju rencananya agar Rosa segera keluar dari rumahnya. Dia berusaha menguatkan hati, dengan mantra yang selalu disebutkannya setiap saat hatinya merasa pedih: demi Raynar.            “Apa itu, Sayang?” tanya David matanya menunjuk pada tumpukan susu mahal.            “Buat Raynar,” jawab Giselle singkat.            “Kan Raynar masih nyusu sama Rosa?” kata David lagi. Sungguh, laki-laki ini kurang peka pad
Read more
Bab 18
Rosa melamun di ruang tamu. Tadi Raynar dibawa Giselle untuk vaksinasi di rumah sakit dan menolak keras Rosa ikut.            “Kamu nggak perlu ikut, Ros,” kata Giselle kalem saat menggendong Raynar. “Ayo, Sus,” ajaknya ke penjaga Raynar.            “Tapi, Mbak…” Rosa berusaha membantah.            “Saya bisa sendiri, dan memang saya harus melakukannya sendiri,” kata Giselle. “O, ya, asal kamu tahu saja, Raynar sudah punya akta lahir dan masuk ke dalam Kartu Keluarga di sini, jadi kamu mengerti maksudnya, kan?” Giselle mengangkat dagunya ke arah fotokopi dokumen yang tadi dia keluarkan dari tas.            Rosa menghampiri berkas itu, nama Raynar Wicaksono tercetak di b
Read more
Bab 19
Giselle menimbang-nimbang kapan waktu terbaik untuk berbalik mengancam Rosa seperti yang diajarkan Emma. Setiap kali dia mundur, begitu mengingat Rosa adalah pemberi ASI terbaik buat Raynar. Mulutnya terasa terkunci. Kalau Rosa stress gara-gara dirinya, lalu David mengetahui, apa yang akan dikatakan oleh suaminya? Mungkin malah memperburuk situasinya saat ini.            Pagi ini Giselle berniat mengajak Raynar berjalan-jalan ke kebun, mandi matahari. Dia menggendong Raynar, mengecup anaknya yang baru bangun tidur berkali-kali hingga membuat Raynar menangis. Lalu Giselle tertawa, menciumi lagi anaknya yang malah tersenyum padanya. Mungkin Raynar merasakan besarnya cinta kasih yang dimiliki oleh Giselle.            “Raynar berjemur dulu, yuk, sama Mommy, nanti minum susu. Okay?” kata Giselle.        &
Read more
Bab 20
Sudah sebulan berlalu sejak insiden Rosa ketahuan belangnya. Sekarang Rosa sudah pulih sama sekali dari luka bekas operasi. Mungkin karena Rosa masih sangat muda, kemarahan orangtuanya tidak begitu membekas, seperti anak kecil ketahuan nakal—dia cepat pula melupakannya. Dia yakin orangtuanya pasti akan memaafkannya.            Rosa kembali ceria dan menikmati hidupnya yang penuh kemewahan. Apalagi Giselle sudah membayar lunas haknya dan David memanjakannya dengan uang jajan. Walaupun kini dia jarang menggendong Raynar, tapi air susunya masih sangat dibutuhkan. Dia merasa masih memiliki “senjata” untuk bertahan di rumah Giselle.            “Bo’… Rosa mau kirim lagi seratus juta…” kata Rosa minggu lalu melalui telepon.            “Tak perlu, Ep
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status