All Chapters of Ikatan Tak Dirindu: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
Bab 41 | Siapa Namanya?
 Sore itu, dua ruangan di rumah Ustaz Reza dipenuhi jamaah. Ruangan satu dipenuhi oleh kaum ibu majelis taklim. Sedangkan ruangan lainnya dipenuhi kaum bapaknya.Safira dan ibu mertuanya turut berdoa di antara jajaran ibu-ibu. Sedangkan Sagara dan Ustaz Reza duduk di antara kaum Bapak.Ustaz Reza sendiri yang memimpin pengajian. Acara dimulai dengan tausiyah dari Ustaz Reza. Selanjutnya ada pembacaan surah Al-Quran. Dan terakhir ditutup dengan doa.“Terima kasih atas kehadiran bapak dan ibu semuanya. Silakan hidangannya dinikmati,” ucap Ustaz Reza saat pengajian telah selesai.Para jamaah mencicipi hidangan. Dan ketika mereka pulang, mereka pun diberikan nasi kotak.Safira dan Ibu mertuanya membagikan nasi kota itu di depan pintu kepada jamaah yang pulang. Dia juga dibantu oleh kayak Sagara yang perempuan.Demikian pula dengan Ustaz Reza dan Sagara. Kedua membagikan kepada jamaah laki-laki. Mereka melakukannya hanya
Read more
Bab 42 | Musibah Saat Resepsi
“Aku punya beberapa pilihan nama. Tapi ini untuk nama depannya dulu aja. Nama belakangnya nanti cari ide lagi,” kata Sagara setelah berpikir selama beberapa menit.“Coba sebutin, aku penasaran,” pinta Safira sambil bergelayut di bahu suaminya.“Reina...” kata Sagara.“Hmmm… bagus,” ungkap Safira. “Terus apa lagi?”“Yang kedua, Tiara.”“Oke, noted. Yang lainnya?”“Moana,” ucap Sagara sambil tersenyum.“Kok Moana sih… kayak karakter di film aja.”“Kan yang ketiga ini biar sama maknanya kayak aku, Samudra. Kalau yang pertama, maknanya udah dekat sama namamu, dari nama batu mulia, Tiara itu Mutiara. Reina itu permata, kata itu dari bahasa Jepang.”“Ooh gitu, ya. Kamu suka yang mana?” tanya Safira.“Yang pertama atau yang kedua. Dua-duanya bagus.”“Ak
Read more
Bab 43 | Malam Duka
 Safira berbaring di tepi ranjang, memandangi putrinya yang berada di tabung kaca dengan berlinang air mata. Putrinya terlahir prematur.“Jadinya siapa nama putri kita?” tanya Safira.“Tiara Sagara Putri,” kata Sagara.“Aku ikut saja, nanti panggilannya Tiar aja,” kata Safira tersenyum.“Tiar, wah kedengarannya sangat bagus. Pasti dia sangat suka dipanggil begitu.”“Kamu jangan sedih ya, insya Allah malaikat kecil kita akan kuat,” kata Sagara sambil merangkul istrinya.“Makasih, Sayang. Kamu sudah mendampingiku di saat-saat kritis.”Safira membayangkan kesakitan saat dia menjalani persalinan. Sagara tak beranjak sedikitpun di sisinya. Bahkan saat itu, pegangan tangan Sagara menguatkannya.“Nggak perlu makasih, Yang. Tugas dan kewajibanku sekarang adalah menjagamu. Enggak hanya kamu, sekarang ditambah aku harus menjaga Tiar.”
Read more
Bab 44 | Hujan Air Mata
 “Mohon maaf, kami hanya bisa berikhtiar. Takdir Allah berkata lain,” kata seorang dokter laki-laki memberikan kabar pedih itu di hadapan Safira dan seluruh keluarganya.“Tidak… anakku masih hidup. Kamu bisa bertahan, kamu akan kuat, Nak,” Safira tergugu. Tubuhnya yang lunglai ditopang oleh Sagara.Saat tiba di rumah sakit, nyawa si kecil Tiar tak terselamatkan. Dia sudah tak bernyawa. Dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakitSafira menatap jasad putrinya dengan berlinang air mata.“Nak, kamu akan tumbuh besar. Kamu akan hidup bahagia bersama Mama dan Papa,” Safira mengajak jenazah si kecil Tiar.Semua yang menyaksikan pemandangan itu, tentu amat tersayat.Sagara memeluk Safira dengan erat. “Sayang, kamu harus kuat. Benar kata pak dokter, ini sudah takdir Allah. Sekarang kita harus bersiap mengurus pemakaman Tiar,” ucap Sagara.“Tidak. Dia nggak boleh d
Read more
Bab 45 | Berburu Ketenangan Hati
 “Aku hanya ingin tidur sendiri,” jawab Safira datar.“Apa aku mengganggu dan mengancammu?” Sagara benar-benar gemas pada istrinya.“Aku takut kamu menyakitiku lagi,” kata Safira.Sagara tertawa. Sungguh dia sangat menyayangkan, kenapa trend perubahan istrinya bergerak ke arah negatif?“Sayang, kamu lupa ya. Mana mungkin aku melakukannya. Kamu kan lagi nifas. Kalau aku memaksamu di saat seperti itu lagi-lagi aku menambah dosa. Percayalah, aku masih bisa bersabar menunggumu.”Safira kalah strategi. Dia benar-benar lupa. Memang benar dia sedang nifas.Namun sebenarnya bukan itu masalahnya. Entah mengapa dia merasa benar-benar muak dan tidak ingin berada di dekat suaminya.Namun Safira tak mau jujur. Dia tak ingin hati Sagara sakit. Dia tak bisa membayangkan jika malam ini dia harus tidur seranjang bersama suaminya.Malas banget. Tapi kalau aku blak-blakan, hatimu bisa r
Read more
Bab 46 | Sahabat Sejati
 Benua dan Berliana tampak mengobrol sangat akrab.“Kasihan sekali Kak Fira. Semoga Allah segera mengganti segala derita yang dialaminya dengan kebahagiaan,” kata Berliana.“Kurasa dia sangat terpukul,” ucap Benua.“Aku ingin sekali membuat Kak Fira terhibur, tapi gimana caranya ya?”“Mungkin kamu harus sering ajak dia jalan-jalan kali. Oia aku punya ide, tapi nggak tahu juga apakah ini ide yang bagus atau enggak?”“Apa, Kak?”“Mungkin biar Fira nggak terus-terusan bersedih, kita bisa jalan bareng ke mana gitu. Kita bisa liburan bareng. Yang aku tahu, dia itu pengen banget menginjakkan kaki di Menara Eiffel. Kita bisa ajak dia ke sana, kali aja itu bisa membuat dia lebih bahagia.”“Aku sih oke-oke aja. Coba aja nanti kita beli tiketnya. Nanti berangkat ke sananya siapa aja?”“Kita bisa berangkat berempat. Aku, kamu, Safira, da
Read more
Bab 47 | Tetangga Sebelah
 “Tahun depan aja… ” Safira gemas. “Ya udah buruan kita berangkat sekarang aja.”“Ya, udah aku siap-siap ya,” kata Sagara. Dia pun mengganti pakaian. Safira juga demikian. Dia mengenakan hijab syar’i terbaiknya.Setelah keduanya siap, mereka masuk mobil. Dan mobil pun melaju menuju kawasan Bintaro Sektor 9. Tangerang.Selama di dalam kendaraan mereka asyik berbincang. Keduanya membicarakan berbagai rencana masa depan rumah tangga.“Yang, kapan rencana kamu kuliah lagi?” tanya Safira.“Dalam waktu dekat. Tapi untuk saat ini aku prioritas ke kamu dulu. Aku ingin kamu bisa bisa hidup bahagia dulu dengan aku. Kalau kamu udah baikan, ya aku bakal segera daftar kuliah S2.”“Lha kenapa kok jadi bergantung ke aku… kok gitu sih?”“Ya kan aku sekarang imam kamu. Aku harus mastiin makmumku aman dulu. Kalau urusan rumah tangga selesai, l
Read more
Bab 48 | Meramu Bahagia
 “Banyak pilihan, bisa jalan-jalan di dalam negeri keluar negeri,” jawab Benua. Dia sudah mulai mengarahkan rencananya.Ngapain dia ngomong gitu. Jangan-jangana ada udang di balik batu lagi, pikir Sagara.Sagara sejujurnya tidak menghendaki kebersamaan yang mendekatkan Safira dan Benua. Dia bertekad untuk melakukan apapun agar Benua dan Safira tidak terlalu sering ketemu.Tapi bagaimana caranya kalau sebentar lagi mereka akan hidup berdekatan, rumah mereka bersebelahan."Yuk ah jalan yuk," ajak Sagara. Dia sudah merasa bosan dengan keberadaan Benua."Bro, kok buru-buru amat sih, ngobrol-ngobrol dulu aja di sini, Bro," ujar Benua mencoba mengakrabkan diri dengan Sagara. Niat dia sebenarnya baik.Mungkin sudah saatnya bagiku untuk mengikhlaskan semuanya. Aku harus belajar mencintai Lian sepenuhnya. Tidak baik juga aku menyimpan perasaan kepada kakak iparku sendiri. Aku akan berjuang melawan perasaan ini, pikir Sagara.
Read more
Bab 49 | Surga Cinta
 Di kamar hotel, Sagara dan Safira bangun untuk menunaikan salat Subuh. Keduanya menunaikannya dengan berjamaah."Yang, kita bobo lagi yuk," kata Sagara usai berzikir bakda Subuh."Jangan dong, kan nggak boleh tidur lagi habis Subuh. Bisa mewariskan kefakiran. Nanti rezeki kita keburu dipatok ayam," kata Safira."Iya, aku juga tahu kok. Maksud aku bobo lagi ya bukan bobo dalam yang sebenarnya. Kita ngobrol aja gitu pillow talk. Mau kayak malam juga nggak apa-apa," ungkap Sagara sambil membayangkan malam terindahnya yang ia habiskan bersama Safira di kota romantis ini."Idiih, lagi udah mandi juga kali. Kamu kok jadi ketagihan sih," Safira menyikut suaminya, masih menggunakan mukena."Bukannya bagus ya, kalo suami addict sama istrinya. Yang nggak boleh itu kan zina. Harusnya kamu seneng.""Iya juga sih," Safira tersipu. Kali ini dia sudah menanggalkan mukenanya.Sagara masih terbayang malam indah bersama istrinya. Dia bena
Read more
Bab 50 | Doa di Bukit Cinta
  Sesuai rencana, sepulang dari Paris, mereka berempat bersiap untuk berangkat ke Tanah Suci. Sagara mengurus semua biaya akomodasinya. Papa Sagara memang punya sebuah unit bisnis tour and travel haji dan umrah. "Makasih ya, Sayang. Semoga sepulang kita dari Tanah Suci. Allah selalu membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat untuk banyak orang." Sagara mengaminkan. "Insya Allah, semoga ini jalan salah satu jalan yang bisa menguatkan cinta kita pada Allah dan mengukuhkan cinta di antara kita." Bahkan, ternyata tidak hanya mereka berempat yang berangkat. Begitu keluarga mereka tahu, orang tua Safira, orang tua Sagara dan orang tua Benua memutuskan untuk ikut. Jadinya, ini menjadi umrah sekeluarga. Mereka sekeluarga bergabung bersam rombongan umrah yang dibimbing langsung oleh ayah Sagara, Ustaz Reza. Pesawat pun terbang dari Jakarta menuju Jeddah. Mereka mengikuti rangkaian prosesi ibadah umrah. K
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status