Semua Bab Dendam Dan Cinta: Bab 11 - Bab 20
23 Bab
Kutukan dari Anjani
  "Apa yang akan papa lakukan, apa papa ingin pergi memukuli mereka satu persatu, yang ada papa akan di pukuli mereka, sadar pah, sadar." Dengan emosi Anita memarahi suaminya.  Sejenak Ridwan terdiam mendengar ucapan istrinya. Dia akhirnya sadar jika apa yang di katakan Anita ada benarnya juga. Ia dengan langkah lunglai berjalan menuju putrinya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.  "Maafkan papa nak, karena sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu. Papa gagal menjagamu  hingga kejadian ini terjadi padamu." Dengan derai air mata ia memeluk putrinya dengan erat. Bi Imah menyaksikan ketiga majikan menangis, membuatnya tidak bisa menahan air matanya juga.  "Hiks, kenapa hidupku bisa seburuk ini pah, kenapa!" Dengan  perasaan yang hancur lebur, Anjani mengeluh akan nasibnya yang begitu malang.  Ridwan hanya terdiam mendengarnya karena tidak tahu apa yang haru
Baca selengkapnya
Percobaan bunuh diri
    Di saat panggilan itu berahir, Anjani langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Ia benar-benar deprsi dengan keadaannya, karena sudah tidak tahan lagi ia berteriak seperti orang gila. Namun, suara yang serak menghalau orang mendengar  teriakannya.    "Kenapa ... kenapa... kenapa!" Anjani menjambak rambutnya sendiri serta menariknya , rasa sakit pun tidak ia rasakan sama sekali.   "Aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak kuat lagi. Aku ingin mati!" Kesadaran akan nalurinya sudah benar-benar hilang, di dalam pikirannya saat ini hanya satu yaitu ingin mengakhiri semuanya. Dengan kondisinya yang seperti orang gila, dia bangkit dari tempat tidur berniat mencair sesuai untuk di pakai mengakhiri hidupnya.    "Dimana... dimana!" Ia menghancurkan semua barang-barang di kamarnya sampai akhirnya ia menemukan sebotol obat  di dalam laci. Ada hal yang tidak
Baca selengkapnya
Duka
    "Oh ya sudah hati hati." Siska pun mengijinkannya pergi.    Bryan hanya mengangguk, setelah itu bergegas pergi menuju kediaman keluarga Ridwan.  Setelah tiba di sana, Bryan dengan ragu ragu memencet bel rumah berharap ada yang membukanya. Benar saja, baru sekali ia memencetnya, Bu Imah langsung membuka pintu.   "Den Bryan, ada apa den?" bi Imah kemudian bertanya mengapa Bryan datang kesana.    "Bi, A-aku ingin bertemu Anjani Bi." Jawab Bryan dengan terbata.    Mendengar niat Bryan membuat ni Imah menundukkan kepala karena bersedih. Bryan heran mengapa bi Imah seperti itu, kemudian ia pun bertanya.   "Loh, bi ada apa?"   Bi Imah kemudian menceritakan apa yang tadi pagi  di saksikan kepada Bryan. Sontak Bryan syok mendengar perkataan bi Imah hingga tanpa pamit ia cepat cepat masuk ke mobil  dan tancap
Baca selengkapnya
Kemunculan Shelia
  Tujuh hari sudah kepergian Anjani, akan tetapi Ridwan dan Anita masih di landa kesedihan yang  teramat mendalam. Kehidupan keduanya seolah mati bersama putrinya, hancur sudah harapan mereka,  seperti hidup tiada  artinya lagi.    "Sayang hiks, mama sangat merindukanmu kenapa kau tega meninggalkan kami nak." Di dalam kamar mendiang anaknya, Anita tidur di  ranjang memeluk foto putrinya.    Sedangkan Ridwan, dia berada di taman belakang rumah menyendiri. Dia duduk di ayunan di mana dulunya tempat itu merupakan tempat Favorit Anjani semasa kecil dulu.    "Secepat itu kau pergi nak, maafkan ayah karena telah gagal menjadi ayah yang terbalik untukmu, yang telah gagal melindungi mu, kepergian mu ini sangat menorehkan luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh." Ridwan menangis tersedu-sedu membayang momen indah bersama dengan putrinya dahulu.   ***
Baca selengkapnya
Serangan Misterius
  Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela. "Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan. Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua.  "Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini. "Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran. "Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.  ***Di luar, saat anak buah Rath
Baca selengkapnya
Siapa dia?
      Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan  tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan.   "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh.   "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore.    "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan  penuh amarah.   "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang,  karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah.    Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Baca selengkapnya
Menjalankan rencana
Menjalankan rencana   "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal.    "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore.    ***   "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore.    "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar  untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera.   Pada saat rekaman itu di putar,  mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah.    "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
Baca selengkapnya
Kecurigaan Rahtore
 Pagi menjelang terjadi kepanikan di kediaman Alvin , setelah Siska menemukan surat yang di tinggal Bryan. Dia pun berlari mencari suami untuk memperlihatkan isi surat tersebut.  "Papa... Bryan pergi pa!" Dengan wajah begitu panik dia menghampiri suami dan putrinya yang tengah sarapan.  "Apa yang mama katakan, kemana dia pergi?' Alvin pun merasa terkejut mendengar ucapan istrinya.  "Mama juga tidak tahu pa, tapi mama menemukan surat ini di kamarnya." Siske kemudian memberikan suara itu pada suaminya.  Setelah membaca surat Alvin terlihat cemas, dia tahu bawah kepergian putranya adalah demi ingin membalas sakit hati atas meninggalnya Anjani. Alvin tanpa mengatakan apapun seketika pergi meninggalkan meja makan menuju keluar rumah. Mustika dan Siska kebingungan dan hanya memilihnya berlalu pergi.   "Ohh tuhan, Kemana anak itu pergi,
Baca selengkapnya
pertemuan yang pertama kali
Bryan hari mencoba pergi keluar sekalian mencari ide tentang bagiamana dia akan masuk ke tempat Rahtore nantinnya. begitu[un dengan Shelia yang sekarang ini tengah bersenag senang belanja di sebuah mall seorang diri. "Wah ini sangat menyengkan setelah sekian lama akhniya aku bisa bebas untuk bersenag senag seorang diri." ucapnya begitu girang.Usai belanja ia pun akhirnya keluar dari mall dengan begitu banyak bag belanjaan di tangannya hingga dia sendiri merasa kesulitan membawanya."Loh mobilku mana kok nggak ada?" seketika ia terkejut saat tiba di parkiran dan dia tidak melihat mobilnya. Shelia kemudian buru buru menekan tombol penanda pada kunci mobilnya dan baru tersadar jika tadi dia memarkir mobil di sebrang di parkiran cafe tempat ia sebelumnya. "Ohh ya ampun, shelia kenapa kau begitu pikun." ucapnya pada diri sendiri. Ia pun berjalan ketepi jalan untuk menyebrang akan tetapi karena barang belanjaannya membuatnyan tidak sad
Baca selengkapnya
Teringat Anjani
Usai menceritakan kisah tragis sang kekasih, Leo bingung menatap Bryan yang hanya diam seperti tengan melamun  dengan mata serta wajah yang memerah seperti sedang menahan sesuatu. Leo sedikit panik melihatmya seperti itu hingga kemudian dia menyentuh bahu Bryan untuk  menyadarkannya.“Kau kenapa sepertinya kau kurang sehat apa semua baik baik saja?” Tanya Leo.Akan tetapi tidak ada jawaban dari Bryan, bukan hanya itu bahkan bryan tidak mendengar bahkan merasakan sentuhan Leo. Saat ini dia seolah berada didalam dunia yang berbeda dimana dia menyaksikan setiap peristiwa yang Anjani alami malam itu sampai akhinya dia bunuh diri.“Ini semua salahmu, andai malam itu kau tidak membiarkan aku pergi semua ini tidak akan terjadi.” Terdengar suara rintihan  Anjani yang menyalahkan Bryan atas peristiwa yang dia alami.Bryan menutup telinganya karena kalimat itu terus berulang ulang hingga membuatnya frustasi. Di sisi lain Leo m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status