Semua Bab Pemuda yang tidak terduga: Bab 61 - Bab 70
154 Bab
BAB 61
Rencana apakah itu? Yang akan dilakukan Hendrik.. Hendrik santai di atas ranjangnya, berbaring sambil memandang langit langit ranjangnya dan terbayanglah kembali , bayangan anak kecil itu. Hendrik kecil siuman dari pingsannya dan dia mendapati terbaring di kamar diatas ranjang mewahnya sendirian, tanpa ditemani oleh siapapun. Sayup sayup dia mendengar suara seseorang yang mengatakan:” Anak itu tidak ada cedera apapun, hanya kaget dan sebentar lagi juga siuman, saya sudah suntikan obat untuk membuat dia sadar.” Mendengar itu Hendrik kecil hanya dapat menarik nafas , ya, dokter mana yang bisa mengetahui dia kena sihir dan tentu saja tidak menyadari badannya penuh luka, untung ada bibi yang menolong saya, sehingga rasa sakit itu sudah tidak terasa, Siapakah bibi itu?
Baca selengkapnya
BAB 62
Apa tindakan Hendrik melihat Harvey menyiksa kakeknya?Hendrik melihat tindakan Harvey dan dia melihat mata Baskoro, Tuan besar Baskoro menjerit kesakitan sambil melihat Hendrik dan terlihatlah percikan sinar yang bahagia dalam sekejap sebelum dia menjerit.Tanpa disadari siapapun Hendrik menyalurkan energi tingkat tinggi ke kakeknya untuk melindungi dia dari rasa sakit,Kartara, Hardy, Margareta dan Kuntara diam diam melihat Hendrik dan mereka sungguh tidak menyangka Hendrik hanya memandangi Tuan Baskoro tanpa reaksi apa juga.“Hendrik, kamu benar cucu durhaka, melihat kakekmu disiksa, sama sekali tidak ada reaksi.” Kata Kuntara lagi.“Ohh, yang kalian maksudkan kakek saya adalah Tuan lemah ini, benarkah di
Baca selengkapnya
BAB 63
Hendrik membiarkan Kevin dan Kaivan memapah dirinya sampai ke kamarnya dan dibaringkan di ranjangnya. Kaivan keluar dari kamar tapi Kevin tetap diam di kamar dan dia memarahi Hendrik yang dengan teganya menghukum tuan besar Baskoro. “Hendrik, sungguh kejam kamu, menghukum tuan besar samapai begitu berat, sampai dia pingsan.” Kata Kevin marah. Hendrik tidak menjawab hanya terbaring lemah. Dengan marah Kevin memukul hendrik dengan tangannya tapi di pegang oleh Hendrik. “Jangan coba memukul saya, jika tidak diperintah oleh Keluarga Kastara, kamu tidak pantas memukul saya, bukan salah saya menghukum Tuan Besar Baskoro, itu saya lakukan atas perintah tuan Kuntara. Dan lagi ketika saya pegang pergelangan kaki saya dengan tenag
Baca selengkapnya
BAB 64
Menjelang pagi, Hendrik terbangun dengan badan yang lebih segar, tanpa disadari oleh mereka yang menghukumnya, kondisi Hendrik bukan makin menurun tapi dengan hukuman hukuman yang meletihkan dan menyiksa justru membuat badan , energi dan kekuatan immortalnya naik beberapa level sampai hampir mencapai puncaknya. Biarpun Badan Hendrik adalah badan manusia tapi Hendrik dapat membuat badan ini menjadi level tertinggi makhluk immortal. Tapi di depan Margareta dan Kuntara, Hendrik harus pura pura sakit dan menderita untuk supaya mereka tidak curiga dan siap siap, Hendrik harus membuat mereka lengah. Jadi begitu keluar dari kamar, Hendrik membuat badannya selemah mungkin, untuk taraf level Hendrik , itu adalah hal yang sangat gampang. Hendrik menunggu di ruang tamu kamar me
Baca selengkapnya
BAB 65
Hendrik terikat dengan kencang di kursi dengan kepala menjuntai ke depan dan….di antara sadar tidak sadar mereka menanyai Hendrik dengan pertanyaan bertubi tubi. “Siapa nama kamu?’ tanya Kuntara. “Hendrik.” jawab Hendrik masih menundukkan kepala. “Apa hubungan kamu dengan Tuan Besar Baskoro.” Tanya Margareta. “Tidak ada.” Jawab Hendrik lemah. “Kamu berasal darimana?” Tanya Kastara. “Tidak tahu.” Jawab Hendrik mengangkat kepalanya dengan mata bingung. “Dimanakah saya? Kalian siapa? Mengapa saya terikat disini? Apa yang telah saya lakukan? Panas…. Panas… badan saya panas….” Kata Hendrik sambil berontak.
Baca selengkapnya
BAB 66
Sebenarnya apa rencana Hendrik dengan senang hati melukai dirinya sendiri? Hendrik dibaringkan di ranjang dan Kevin keluar untuk menelpon dokter keluarga memberitahukan ada budak yang terluka ditusuk pisau buah di pahanya.  Hendrik minta tolong Kaivan ambilkan air dan begitu Kaivan keluar, Hendrik menotok jalan darahnya menurut titik akupuntur untuk mencegah kerusakan lebih parah, Hendrik belum bisa memakai tenaga immortalnya, karena dia tahu, Kuntara dan Magareta sedang memantau sihir mereka untuk mengecek apakah benar Hendrik adalah manusia biasa yang tidak bisa sihir. Tidak lama kemudian, dokter keluarga datang dan dia adalah seorang manusia separuh immortal. Melihat Hendrik dia terkejut dan hampir berteriak tapi dicegah oleh Kevin.
Baca selengkapnya
BAB 67
Mau apa ya Harvey dan Hardy itu datang melihat Hendrik?”  Harvey mendorong Kaivan sampai terjatuh dan bersama Hardy dia menuju kamar Hendrik yang pintunya telah dibuka oleh Matius. “Bagaimana dekter, apakah lukanya parah? Setelah ini apakah dia tetap bisa kerja? Tanya Harvey congkak. “Jika luka ini tidak berdarah lagi. Dia tetap bisa kerja.” Jawab dokter itu, karena dia tahu seorang budak tidak ada istirahatnya, jika tidak meninggal, dia tidak ada istirahat. “Bagus, kalau begitu kamu jahit saja dan potong saja celana panjangnya sebatas luka itu, biarkan dia memakai celana panjang pendek dan jangan kamu ganti celana itu sampai besok, Kevin berikan dia celana pendek saja, jangan celana panjang, agar lukanya bisa terpantau oleh kami, awas kamu, budak kurang ajar be
Baca selengkapnya
BAB 68
Apa lagi yang akan dialami oleh Hendrik? Hendrik, Kevin dan Kaivan kembali ke kamar mereka untuk makan malam, makan yang sehari sekali untuk mereka, dan sudah tersedia tiga piring nasi bersama satu macam sayur, setelah selesai makan, mereka keluar dari kamar untuk menuju kamar makan keluarga Kastara, ketika mereka masuk, keluarga Kastara masih makan dan Hendrik dan Kaivan berdiri disamping pintu menunggu mereka selesai untuk ke kamar Tuan Besar Baskoro. Hardy dan Matius keluar dari kamar budak dan langsung ke kamar makan utama untuk makan malam, Matius karena bukan budak tapi sebagai pelayan setia keluarga Snowander, jadi makan di ruang dapur pelayan utama. Margareta, Kastara dan Harvey menunggu Hardy sampai untuk makan malam. “Mengapa lama? Apa yang terjadi? Kemana
Baca selengkapnya
BAB 69
POV MARGARETA. Saya bingung, kenapa untuk budak ini saya sudah timbul benci ketika Kastara dan anak anak membawa dia pulang, rasanya saya sangat mengenal dia, dan timbul keinginan untuk membuat dia menderita. Makin menderita dan makin kesakitan makin puas saya. Jadi ketika dia sampai pada hari pertama, saya sangat ingin menunjukkan kekuasaan keluarga kami sebagai penerus keluarga Snowander , karena itu saya sengaja membawa dia melihat tuan besar Baskoro dan sekretarisnya, saya ingin melihat perubahan raut mukanya. Karena perasaan saya curiga dia adalah cucu kakek renta ini. Sungguh disayangkan sedikitpun tidak ada reaksi apapun pada anak muda ini, apakah dia hilang ingatan sebagai Hendrik Snowander kecil setelah kecelakaan itu?  Saya juga curiga dia adalah Hendrik Snowander yang menyamar. Tapi saya bingung,
Baca selengkapnya
BAB 70
POV HARVEY Hmmmm, ketika pemuda itu memasuki kantor ayah bersama dengan pemuda yang lain, saya sendiri bingung, kenapa saya sangat tertarik dengan pemuda yang memakai pakaian murah itu. Pemuda yang terlihat sederhana tapi seperti menyimpan hal misterius. Pemuda yang terlihat lugu dan tolol itu dengan penampilan cuek, seperti tidak menyadari akan sesuatu yang akan terjadi padanya, apalagi dengan ringannya dia berkata mau mengganti nama saya dengan apapun juga boleh, apakah bagi dia sebuah nama itu tidak ada harganya? Mengapa dia dapat begitu ringan mengatakannya? Atau karena dia yatim piatu, jadi tidak ada kebanggaan nama keluarga, iya sih, ketika ditanya nama keluarganya siapa? Dia tidak tahu, dia itu yatim piatu. Saya curiga dia itu adalah suami Elisa yang sedang ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status