All Chapters of Noda di Seragam Putriku : Chapter 81 - Chapter 90
126 Chapters
Tangis Laila
Pria itu melihat bayangan wajahnya pada cermin sekali lagi karena belum yakin rambutnya telah tersisir dengan benar. Setelah memastikan, baru dia letakkan sisir di tempat semula. Ia mengambil jaket dan helm, tak lupa kunci motor yang tergeletak di atas meja.Duduk di atas jok motor dan memakai helm. Percuma saja tadi dia bercermin beberapa kali memastikan rambutnya rapi kalau ujung-ujungnya ditimpa helm."Mas, tunggu!" Aji menghentikan aktivitasnya memakai helm ketika Adrian memanggilnya."Ya, kenapa?" Aji menoleh ke arah adiknya."Mas Aji mau ke mana?""Ke rumah Rani, ada hal yang harus aku bicarakan dengannya.""Sendirian?""Iya," jawab Aji heran. Kenapa Adrian jadi se-kepo itu."Mas Aji tidak kapok ya, pergi ke rumah Mbak Rani sendirian? Nanti kena fitnah lagi bagaimana?"Aji nampak berpikir sejenak."Iya juga, ya. Kok aku sampai lupa.""Kalau begitu aku ikut!" Tanpa menunggu persetujuan dari kakaknya, A
Read more
Saat Laila Viral
aila ViralMelihat keadaan Laila yang sangat terpuruk, Aji merasa kasihan. Dia tidak tega kalau Laila terus menangis. Mata gadis itu sudah bengkak, Rani juga sudah berusaha menenangkan dengan berbagai cara. Tapi Laila tetap tidak mau makan ataupun bicara. Ia hanya duduk memeluk lutut di atas kasur sambil sesekali terisak.Aji bingung harus berbuat apa, sebagai laki-laki dia tidak begitu paham apa yang harus dilakukan ketika hati seorang gadis sedang bersedih.Dia berpikir mungkin kehadiran orang yang disayang akan banyak membantu.'Oh iya, bukankah Laila menangis karena Aris pergi!' batin Aji.Pria itupun pergi ke ruang tamu dimana Ardian adiknya sedang duduk. Lalu Aji mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Aris. Namun nomor Aris tidak aktif.Melihat Aji mencebik, Ardian yang sejak tadi hanya memperhatikan kini bersuara."Siapa, Mas?""Aris.""Tidak diangkat?""Tidak aktif," jawab Aji sam
Read more
Pencarian
Ajeng duduk di tepi ranjang mencoba untuk mencari tahu, tapi Lintang tetap tak mau menjawab.Akhirnya ia membiarkan anak gadisnya itu menangis sampai puas.Selang beberapa menit tangis Laila mereda, gadis itu bangkit lalu memeluk Mamanya. Air matanya kembali keluar meski dia terlihat lebih tenang."Katakan saja, Nak! Ada apa? Kalau kamu nggak ngomong Mama 'kan jadi bingung." Ajeng mengusap punggung anaknya pelan."Aku malu, Ma," ucap Lintang lirih."Malu kenapa?""Berita tentang kasus pemerkosaan Heru terhadap anak tirinya sudah menyebar, Ma. Dan teman-teman Lintang di sekolah 'kan tahu kalau Heru itu adalah Ayah tiri Laila. Jadi otomatis mereka terpikir kalau Laila adalah korban Heru. Parahnya, teman-teman Laila tahu kalau dia itu pacarnya kak Aris." Lintang kembali terisak.Sementara Mama nampak geram mendengar penuturan Lintang. Itu artinya aib keluarganya karena Aris menikahi korban pemerkosaan tidak bisa ditutupi lagi.Lal
Read more
Pembalasan Untuk Heru
Dengan mengendap-endap, Lintang keluar dari kamarnya. Melihat sekeliling dan segera pergi. Tujuannya adalah ingin mencari tahu tentang keberadaan Aris.Dia ingat beberapa teman kakaknya itu, dan mulai dihubungi satu persatu setelah terlebih dahulu mencari tahu kontak mereka.Tapi satupun tidak ada yang tahu keberadaan Aris."Kira-kira teman yang paling dekat sama kak Aris siapa, ya?" tanya Laila pada orang terakhir yang dia hubungi setelah sebelumnya gagal mendapat informasi dari beberapa teman Aris."Eum, kalau tidak salah dia deket sama Fanno. Kamu udah hubungi dia?""Belum, kak.""Coba hubungi dia, sebab aku lihat di kampus juga mereka selalu bersama.""Oke, aku minta alamat rumahnya saja, kak.""Alamat persisnya aku nggak tahu. Tapi Fanno itu tinggal di perumahan elite di pusat kota kalau aku denger. Dan perumahan elite di pusat kota itu cuma ada dua, coba kamu cari tahu ke satpam komplek saja!""Terimakasih, kak."
Read more
Karena Emosi
Di rumah Lintang, malam itu tiba-tiba Fanno menghubungi gadis itu."Ada apa, kak Fanno malam-malam telepon?" Lintang merasa heran karena pemuda itu menghubunginya."Aris tidak ada di sini, apa dia pulang ke rumah?" Suara Fanno terdengar panik."Apa? Kak Aris pergi diam-diam? Tapi dia tidak ada di sini, kak!" jawab Lintang tak kalah panik."Aku tinggal sebentar ke belakang pas kembali dia sudah tidak ada. Aku kira dia ada di balkon tapi tidak ada juga. Sudah aku hubungi tapi tidak aktif.""Ya ampun, aku heran sama kak Aris, kenapa sih hobby banget bikin panik orang. Bukannya menyelesaikan masalah malah nambahin rumit." Lintang merasa geram kepada kakaknya."Ya udah aku mau coba hubungi teman-teman.""Makasih, ya Kak. Nanti aku juga coba hubungi dia .Kak Aris nggak ada kapoknya bikin masalah," geram Lintang sambil berjalan mondar mandir.Panggilan pun berakhir.Lintang menjauhkan ponsel dari telinganya."Dari siapa?
Read more
Melawan Badai
Aris pasrah ketika polisi membawanya ke kantor. Apapun yang akan terjadi ia sudah siap. Yang penting Aris sudah puas, tinju tangan kanannya mendarat sempurna di wajah Heru."Jadi benar kamu menyusup ke ruang rawat Heru?" tanya polisi yang memeriksa."Benar, Pak.""Apa tujuannya?""Saya dendam sama dia, karena perbuatan Heru yang menyebabkan saya dan Laila mendapat banyak masalah," jawab Aris jujur."Tapi kamu tahu caramu itu salah?""Ya, saya tahu.""Orang tuamu masih ada?""Masih, Pa.""Sekarang hubungi dia, biar saya yang bicara?" titah polisi kepada Aris.Pemuda itu lalu menghubungi Papanya, karena kalau dia menghubungi Mama, urusannya akan semakin ribet."Papa akan segera ke sana, kamu tenang saja, ya," kata Papa setelah ponsel Aris diberikan lagi padanya oleh polisi.Selanjutnya Aris kembali diberondong oleh beberapa pertanyaan terakhir aksinya di rumah sakit. Semuanya Aris jawab dengan jujur, k
Read more
Berkelas
Rani yang sedang berada di rumah bersama Laila terkejut mendengar suara riuh di luar. Laila mengintip dari balik kaca. Wajahnya seketika pucat melihat warga berkumpul di luat sambil berteriak.Aksi mereka sempat terhenti ketika sebuah mobil berhenti di depan rumah Rani. Dua orang dengan baju yang sama turun dari mobil dan salah salah satunya menenteng kamera.Laila terbelalak melihat mereka yang yang baru saja datang."Wartawan," gumamnya panik."Apa?" tanya Rani tak kalah panik."Ada wartawan di luar, Bun. Sepertinya mereka mau kepo dengan masalah kita. Dan mereka datang disaat para warga sedang berkumpul di sini? Makin viral lah kita, Bun," Laila menatap Bundanya khawatir."Kita diam saja, tidak usah keluar dulu!" titah Rani pada anaknya."Seandainya kak Aris ada disini, ya, Bun. Tentu kita ada yang belain, ada yang bisa kita ajak berdiskusi bagaimana seharusnya kita bertindak." Laila menahan sesak di dadanya mengingat ia sangat mem
Read more
Perasaan yang Tak Berubah
"Tapi kita harus pergi kemana?" Rani nampak bingung."Sekarang kalian berkemas! Biar nanti saya yang pikirkan," ucap Papanya Fanno."Maksud Bapak?" Rani menautkan alisnya."Papa saya ingin membantu kalian dari amukan warga." Fanno menjelaskan.Rani dan Laila kembali berpandangan."Baiklah, kami ikuti saran kalian. Terima kasih sebelumnya."Keduanya tak menunda lagi, segera mempersiapkan beberapa baju dan barang-barang lainnya.Begitu mereka keluar rumah, warga yang  masih berkerumun segera mencemooh. Mengeluarkan kata-kata yang tak pantas di dengar. Rani berusaha untuk tenang dan seakan tidak mendengar ucapan mereka.Wajah Laila nampak merah menahan amarah. Disaat dia merasa terpuruk, para tetangganya bukannya menguatkan malah sebaliknya. Mereka menambah beban di hati dan cenderung menekan.Laila dan Rani duduk di jok belakang. Sedangkan Papanya Fanno duduk di samping anaknya yang fokus menyetir.Rani terus m
Read more
Pertemuan Air dan Api
Fanno melajukan mobilnya menuju rumah yang mereka tinggali. Ia merasa lega telah berbuat sesuatu untuk membantu keluarga Laila. Setidaknya Aris akan senang mendengar kabar ini."Eum, Papa boleh minta tolong sama kamu Fann?" Papa berucap ragu."Papa ada apa sih, serius amat?" Fanno tersenyum kecil mendengar ucapan Papanya."Papa serius.""Hmm.""Papa tahu kamu dan Aris, kalian ... sahabat dekat .... ""Ya, terus?""Tapi untuk saat ini, kamu bisa 'kan untuk sementara jaga jarak dulu dengan Aris?"Fanno menatap Papanya tidak percaya."Maksud Papa apa? Aris sedang dalam masalah, sudah seharusnya aku ada buat dia, Pa.""Iya, justru itu. Justru karena Aris sedang dalam masalah. Bukannya Papa benci atau bagaimana pada Aris, tapi kamu tahu posisi Papa 'kan. Bahaya kalau ketahuan Papa melindungi dia, bisa-bisa nama baik Papa sebagai pejabat ikut tercemar.""Enggak bisa, Pa. Aku enggak bisa lepas tangan pada Aris. Pa
Read more
LDR
Sedetik kemudian, Heru tersenyum miring dan terlihat bahagia melihat pemuda tempo hari menghajarnya di rumah sakit."Bagus, akhirnya kamu merasakan dinginnya jeruji besi, anak kecil.""Dasar bajingan!"Aris menegang kuat jeruji besi. Tubuhnya seperti ingin keluar dan menghajar Heru tapi tertahan jeruji."Jangan sok-sokan melawan orang tua. Anak kecil saja sombong banget!" cibir Heru sambil melirik sinis."Orang tua tidak tahu malu!" Emosi Aris semakin tak terkendali. Nafasnya tersengal dan mata menatap tajam ke arah Heru.Tak lama terdengar gelak tawa Heru, sebelum dua orang sipir meraih tangannya dan segera membawa Heru pergi."Huuuhh .... " Terdengar cemoohan dari napi lain dari sel yang dilewati oleh Heru.Namun pria itu nampak biasa saja, seakan kesalahan yang telah ia lakukan itu adalah hal yang wajar.Beberapa temannya memegangi tangan Aris, ada yang mengusap punggungnya juga menepuk pundaknya. Aris sudah bercerita
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status