All Chapters of Secangkir Kopi Untuk CEO : Chapter 11 - Chapter 20
45 Chapters
Naik Jabatan
Belajar dari pengalamannya, untuk hari ini, Anita sudah membuat 50 gelas kopi sekaligus. Ia mengantar kopi sebanyak itu menggunakan meja troli seperti yang ada di restoran-restoran. Awalnya ia merasa kesulitan saat membawa kopi sebanyak itu. Namun Anita tetap melakukan hal berlebihan tersebut sebagai bentuk protesnya atas sikap Sagara yang kian menjadi. “Hoi! Kau mau membunuhku? Untuk apa kau membawa kopi sebanyak ini? Apa kau lupa kalau aku punya mag? Aku bisa mati karena kopi sebanyak ini!” protes Sagara saat mejanya sudah dipenuhi 20 gelas kopi, sisanya masih ada di meja troli. “Memang lebih baik Bapak mati saja! Aku sudah lelah membuatkan kopi untuk Bapak. Sudah hampir 500 gelas kopi dalam 2 minggu ini, dan Bapak masih t
Read more
Perasaan Sagara
Di dalam sebuah mall. Dua wanita berparas cantik sedang berjalan sambil membawa barang belanjaan yang jumlahnya cukup banyak dan menyusahkan. Mereka adalah Anita dan Cecilia. “Hei, apa sebanyak ini barang yang mesti dibeli?” tanya Cecilia cemberut sambil membawa berkantung-kantung belanjaan di kedua tangannya. “Ya,,, begitu lah. Pokoknya kita harus membeli semua yang ada di catatan itu. Tidak kurang tidak lebih,” jawab Anita sambil tersenyum senang. Cecilia mengernyitkan kening. Dia merasa ada yang tak beres pada Anita. Dugaannya bukan dilandasi akan jumlah belanjaan yang cukup banyak. Namun, pada ekspresi Anita yang sudah begitu bahagia sejak berangkat dari rumah. Dan ekspresi itu tetap bertahan sampai detik ini juga.
Read more
Pagi Yang Tak Diharapkan
Suara dengkuran lirih terdengar dari bibir tipis tanpa lapisan lipstik, yang di mana di ujung bibir itu terdapat genangan air yang membasahi batal bersarung putih dengan motif bunga di pinggirannya. “Cih, dasar wanita. Di luar selalu tampak rapi dan anggun. Tapi jika sudah di tempat tidur seperti ini, penampilannya menjadi sangat mengerikan!” gerutu Sagara yang sudah berpakaian santai namun tetap menampilkan sosok cool serta tampannya. Ia kini berdiri tepat di samping Anita sambil terus memandangi wajah tidurnya. “Hoi, bangun! Mau sampai kapan kamu tidur? Ini sudah siang, bukankah seharusnya kamu membangunkan aku jam 7?” seru Sagara dengan kesal. Kemarin malam Sagara sudah berpesan pada Anita untuk membangunkan dirinya
Read more
Berbelanja atau Kencan
Wajah lesu tergambar jelas di wajah Sagara sepanjang mobil membawanya bersama Anita menuju sebuah mall terdekat di kota itu. “Apa ada masalah, Pak?” tanya Anita merasa tak tahan melihat wajah Sagara yang tercetak cukup jelas di kaca mobil. “Tidak ada,” jawab Sagara singkat. Pandangannya masih menatap luar jendela. Anita menghela nafas. “Apa karena wanita itu?” tebak Anita. Sebelumnya Anita sempat melihat Antonio dan Anindita yang duduk santai bersama Sagara sebelum akhirnya pergi terlebih dahulu sebelum ia datang. “Tidak.”
Read more
Cinderela
Dalam kamar hotelnya, Anita sedang asyik berbaring di atas kasur sambil pandangannya tertuju pada sebuah lampu gantung yang terlihat begitu klasik dan indah. Mata bening dengan kornea berwarna coklat gelap itu menatap lampu gantung itu, dalam. Semakin lama matanya menatap semakin larut dirinya dalam pikirannya. Mendadak seraut wajah menyergap masuk dalam pikirannya. Wajah tegas dan terlihat begitu menawan itu membuatnya dirinya tanpa sadar menyunggingkan senyuman tipis. “Ah,,, seandainya saja kamu normal sedikit saja.” Entah sosok siapa yang sedang Anita bayangkan. Namun yang pasti sosok itu sudah mulai merasuk dalam pikiran dan siap mengetuk pintu hatinya yang tidak terkunci. Entah itu di dunianya, atau pun dalam hatinya, Anita s
Read more
Resign
Anita tampak lesu dan suram semenjak Anniversary hotel Cempaka Indah malam itu. Dirinya menjadi tak bersemangat seperti biasanya. Ia bahkan tak banyak protes saat Sagara memintanya untuk membuatkan kopi lagi, lagi dan lagi. Ocehan dan gerutuan yang biasanya keluar dari mulutnya saat Sagara meminta kopi berulang kali, tak terdengar sama sekali. Anita hanya menanggapi setiap perintah Sagara dengan anggukan dan ucapan iya tanpa ada tambahan kata lain di belakangnya. Hal itu membuat Sagara menjadi ke pikiran dan membuatnya tak bisa bekerja dengan tenang. Ia merasa ruangannya jadi terasa sepi, hampa dan tak nyaman. “Kamu sakit?” tanya Sagara saat Anita meletakkan kopi ke-15. Ia sudah tak tahan untuk tidak bertanya soal perubahan sikap
Read more
Penolakan (bagian 1)
3 hari sejak Anita keluar dari perusahaan besar DA.crop. Dalam kontrakannya yang hanya sebesar 3x5m², Anita terlihat sedang menghitung persediaan mie instan di dapur mininya. “Ini cukup buat sebulan sih. Tapi kalau setiap hari makan mie,,,” wajah Anita mengerut cemas. Ia tentu tahu resiko bagi orang yang makan mie setiap hari. Resikonya cukup besar. Dan dirinya tak ingin sampai mendapatkan masalah perut karena setiap hari harus makan mie instan. Di tengah kegalauannya melihat isi dapurnya yang hanya berisi 2 dus mie instan yang ia beli 5 bulan lalu, tiba-tiba suara ketukan terdengar dari arah pintu kontrakannya. Anita menoleh ke arah pintunya, i
Read more
Penolakan (bagian 2)
Sagara duduk termenung di sebuah kafe sambil membaca selembar puisi di tangannya.   Bait demi bait, ia baca. Puisi karya Pena Langit ini sebenarnya tidak terlalu buruk jika diperhatikan baik-baik. Meski pemilihan kata-katanya kaku. Namun apa yang ingin disampaikan dalam puisi ini cukup menarik. Tidak terlalu muluk-muluk. Namun sayangnya apa yang tertulis indah dalam puisi ini belum bisa tersampai ke telinga Anita karena ia buru-buru mengusirnya.   “Gagal juga. Sepertinya, dia benar-benar membenciku. Tapi kenapa?” gumam Sagara dalam kesendirian.   Sagara mulai memikirkan kembali soal alasan Anita keluar dari pekerjaan yang tak beralasan dan mengapa ia begitu membencinya. Namun, karena mendapatkan penolakan yang cukup keras tadi, membuat Sagara tak mampu berpikir terlalu keras.   Penolaka
Read more
Kafe Jasmine
Sehari sebelum Sagara datang membawa tumpukan lowongan pekerjaan untuk Anita. Cecilia sudah terlebih dahulu mengajaknya ke sebuah kafe yang berada di jalan Anggrek seusai ia pulang kerja. Sepanjang perjalanan menuju kafe yang akan mereka tuju. Cecilia menerangkan beberapa hal. Hal pertama yang ia jelaskan adalah, bahwa kafe yang akan mereka tuju merupakan kafe milik saudara kekasihnya, Abyas. Hal yang kedua adalah kafe itu hari ini sedang melaksanakan pesta pembukaan yang dihadiri oleh beberapa teman, kerabat dan karyawan yang besok mulai bekerja. Dan hal ketiga yang Cecilia beritahukan adalah..... “Kau bisa bekerja di sana besok,” kata Cecilia dengan gaya seorang HRD. Untuk beberapa detik Anita tak mampu berkata. Ia hanya membeku
Read more
Pengganggu (bagian 1)
Matahari di pagi ini terasa sangat cerah dan hangat. Membuat semua orang yang terkena sinarnya merasa bersemangat dan bahagia. Puluhan karyawan yang baru sampai di halaman kantor terlihat begitu bersemangat. Mereka terlihat begitu siap untuk menghadapi pekerjaan kantor yang monoton. Pekerjaan yang selalu mereka kerjakan tanpa ada fariasi dalam pekerjaan itu. Hanya duduk dilayar komputer berjam-jam hingga bokong dan mata mereka lelah. Di antara karyawan yang datang dengan penuh semangat. Seorang pria berumur 30 tahun baru saja turun dari mobil mewahnya dan kini sedang berjalan menuju pintu masuk gedung kantor. Wajah tegas penuh karisma dengan rambut hitam legam belah samping yang terlihat rapi. Serta jas berwarna biru tua yang tersemat pada tu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status