All Chapters of Tak Kusangka Istriku Presdir: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
11. Gosip
"Alaan, sini-sini. Kenalin ini temen Kakak. Dia masih single, looh," seru Lian dengan semangat memperkenalkan adiknya dengan kerabat yang sedang bersamanya.Melly tak mendengar jawaban dari suaminya. Mungkin ia hanya tersenyum untuk menghargai seorang tamu."Siska ...," sapa wanita itu."Oooohh ... Siska namanya." Melly meracau sendiri sambil tersenyum geli."Alan," katanya membalas sapaan temannya Lian."Oooh, Aalaan ... ya, ya. Ckckck.""Gimana ... cantik, kan, teman Kakak, Lan?""Preet ... cantikkan juga istrinya kali. Apa lagi kalo lagi berduaan di kamar, tiada tanding, ha-ha-ha," ujarnya memuji diri sendiri."Oh, ya. Dia kerja di perusahaan logistik, looh. Jabatannya udah tinggi. Nah, itu mobil merah yang di luar punya Siska, Lan," paparnya mencoba memuji dan menaikkan derajat temannya."Ooh, jadi maksudnya ini tuh perkenalan untuk menjodohkan suami aku dengan horang kaya. Liaan ... Liaan ... rumpu
Read more
12. Pemimpin Terbaik
"Siapa Siska!" bentak Pak Hakim yang tidak tahu apa-apa.Melly terkesiap. Ia lupa kalau papinya terlampau sayang dengan menantu perempuannya."Emm, te-teman Lian, Pi.""Ada perlu apa teman wanita kamu sampai ngajak Alan ketemu!" hardiknya.Pak Hakim orang yang tegas, tetapi baik pada orang yang memang perlu diperlakukan dengan baik. Ia tak segan memarahi orang lain, sekalipun itu anaknya sendiri."C-cuma mau ketemuan aja, kok, Pi. Beneran …." sahut Lian meyakini papinya."Tidak boleh! Kamu, kan, tau Alan udah beristri dan punya dua anak. Gak pantas ketemuan sama wanita lain berduaan, baik dia masih sendiri ataupun udah menikah. Bisa jadi fitnah buat mereka! Kamu sebagai seorang kakak harusnya berperilaku bijak, bukan malah menghakimi ipar kamu terus!""I-iya, Pi," jawab Lian seraya menundukkan kepala dan merapatkan bibirnya."Atau jangan-jangan kamu mau jodoh-jodohin Alan? Iya?!""Eng-enggak, Pi.”
Read more
13. Ular Berkepala Dua
"Selamat siang," ucapnya sambil membuka pintu. Ia menohok melihat yang ada di ruangan itu. Seorang bayi yang sedang bermain di atas stroller-nya."Mohon maaf, saya baru dari toilet. Itu keponakan saya,” ucapnya. "Silakan duduk," lanjut seorang wanita muda masuk dan duduk di kursi."Terima kasih," ucap pelamar bernama Siska itu.Lima belas menit proses wawancara selesai. Semua pelamar yang masuk kriteria akan mulai bekerja pekan depan. Dari dua puluh lima orang pelamar hanya tujuh orang yang diterima bekerja di cabang dekat rumahnya."Mala, gimana permintaan Kakak tadi?" tanya Melly."Beres, Kak. Mala udah kerjain seperti yang Kakak minta.""Dia kamu terima di bagian apa?""Accounting, Kak," jawab Mala."Oke, bagus," sahutnya.Setelah jam makan siang Melly pulang bersama anak-anaknya diantar oleh sebuah mobil sport hitam sampai depan rumahnya. Lalu, ia masuk sembari menggendong Alga dan menuntun Alea di
Read more
14. Pembukaan Klinik
"Alea mau digendong Papa, ya? Nih, Papanya, nih," sahut Siska yang mendekati Alan melalui Alea."Hhh, Dasar Ular!" gumam Melly melihat tingkah laku Siska."Tolong berikan Alea pada istriku!" sahut Alan."Loh, kenapa, Lan? Itu, kan, Siska udah gendonginAlea. Dia minta digendong kamu itu," hardik Lian."Dia bukan mahromku, Kak!" tegas Alan dengan raut wajah datar.Lian dan Siska sontak terdiam dengan jawaban Alan dan segera menurunkan Alea.Melly yang sudah terkekeh lantas menggendong Alea dan menyerahkan Alea pada suaminya. Ia pun melihat mereka berdua saling bertatapan kaku dan tak tahu mau menjawab apa.Melly masuk ke dalam bersama Alea dan suaminya, menyiapkan baju ganti untuk Alan. Setelah itu mereka menghampiri meja makan dan duduk menunggu hidangan disiapkan oleh asisten bule Jawanya itu.Lian terlihat jalan menghampiri meja bersama Siska yang menuntun Rachel."Ayo duduk sini, Sis," ucap Lian mempe
Read more
15. Lelaki Asing
"Apa perlu saya pecat dia, Mbak!” tegas Linda.“Belum saatnya, Lin. Kalau waktunya udah tepat aku akan buat dia menyesal dulu dan meminta maaf,” ujar Melly sembari duduk, dagunya berpangku di atas kepalan tangannya.Ia membuka file-file yang yang ada di meja kerjanya, di antaranya beberapa lamaran para pekerja dan membuka lamaran milik Siska.“Aku mau tahu sampai mana dia akan bertahan,” ujarnya sembari menunjuk foto yang menempel di halaman depan lamarannya.“Terus kalau Alan tergoda sama wanita buas itu gimana, toh, Mel? Emangnya kamu udah siap jadi janda atau dimadu?” tanya ibu yang mengkhawatirkan putri keduanya itu.“Kalau Alan berpaling, Melly akan tahu ketulusannya hanya sampai saat itu, Bu. Sebaliknya, kalau Alan bertahan, Melly tahu bahwa ketulusannya benar-benar mahal. Sekarang Melly gak takut kalau dia berpaling dan ninggalin Melly. Melly punya kalian semua.” Kedua orang tuanya dan Linda merasa lega mendengar penutura
Read more
16. Fitnah tak Masuk Akal
"Iya, dong, kan—" ucapannya terhenti."Kan, aku udah lama kenal sama Mbak Mel," sambungnya."Ngomong-ngomong, kamu nggak punya pacar, Lan? Mbak gak pernah liat kamu bawa teman perempuan ke rumah kaya temen-temen kamu," tanya Melly."Aku enggak punya pacar, Mba. Aku, tuh, naksir sama perempuan udah sekitar kurang lebih lima tahunan yang lalu, tapi dia udah punya pasangan." Dengan tatapan mata yang serius, Dilan mulai bercerita."Oh, ya? Kok, bisa selama itu? Mbak mau tau dia orangnya kaya gimana sampai kamu gak bisa berpaling ke yang lain?""Aku suka banget sama dia, Mbak. Dia itu ceria, selalu tersenyum, dewasa, dan pekerja keras. Yang pasti sholeha juga. Yaah … kaya Mbak Mel ajalah.""Kamu ngapain aja selama itu? Kejar, doong! Gercep langsung kamu lamar aja biar gak ditarik sama cowok lain," seru Melly antusias setelah menghabiskan baksonya."Gitu, ya, Mbak ...," jawab Dilan dengan mata yang menerawang ke sana kemari.
Read more
17. Drama Keluarga
"Maaf, Mi. Alan gak bi—"Tiba-tiba Rosa tersungkur ke lantai dan tak sadarkan diri.Roby yang ada di dekatnya terkejut dan bergegas bangkit dari kursi, lalu memegangi Lian yang berteriak histeris. Alan pun ikut turun dari kursi menghampiri maminya, lantas menyangga kepala dengan lengan kirinya. Lengan kanannya meraih kedua kaki maminya, kemudian mengangkat dan memindahkannya ke sofa."Hhh ... Harusnya dapet piala aktris terbaik, tuh," decak Melly sembari menggeleng-gelengkan kepala tanpa berpindah dari tempatnya makan. Ia kembali fokus makan dan menyuapi Alea sambil menikmati drama yang ada di hadapannya."Mi, mami banguun, Mii …!" Suara Lian pura-pura khawatir. Ia menepuk-nepuk pelan pipi maminya."Tuh, kaan, Laan! Kamu, sih, nolak permintaan Mami. Kamu gimana, sih! Jadi anak lelaki paling besar harusnya patuh sama Mami! Kalau gak bisa bahagiain Mami, minimal kamu nurutin kemauan Mami!" ujar Lian menegurnya dengan mimik wajah pura-pura k
Read more
18. Sertifikat Digadaikan
Melly berjalan mendekati meja Siska, lalu menggebrak keras meja hingga Siska terlonjak dan menutup mata karena begitu terkejut.“Emang ini perusahaan punya bapak kamu jadi bisa datang sesukamu, duduk di ruangan luas ber-AC, santai-santai main Hp?! Iya! Bukannya kerja!”Siska melirik ke arah Linda berharap diberi tahu siapa wanita yang sedang memarahinya itu."Siska, beliau adalah Vice President Melby Corporation." Linda menjelaskan dengan tegas.Siska tersentak. “Vi-vice Pre-president?” Setelah tergagap, ia segera berdiri menghampiri Melly lantas membungkuk berkali-kali sebagai permintaan maaf."Ma-maaf, saya tidak akan mengulanginya.”"Apa kamu masih ingin ingin bekerja di sini!""I-iya, Bu. Sa-saya butuh pekerjaan ini."Butuh? Kenapa butuh pekerjaan receh ini? Bukannya keluarga dia sudah kaya? Pekerjaan dia sebelumnya pun cukup bagus, pikir Melly."Kalau begitu tunjukkan kinerja terbaikmu! Kalau sampa
Read more
19. Ancaman Mengejutkan
Seminggu lagi, ya, Mbak, kita harus angkat kaki dari sini? Ehm, maaf maksudnya Mbak dan keluarga yang angkat kaki dari sini!" Melly hanya tersenyum dan itu membuat Lian bingung."Apa maksud kamu!""Karena Mbak yang bakal angkat kaki dari sini, jadi silakan cari rumah lain untuk Mbak tinggalin nanti!""Kurang ajar kamu. Aku enggak akan pernah pergi dari rumah ini. Ini adalah rumah adikku dan kamu gak ada hak di sini! Yang ada kamu angkat kaki dan siap-siap buat pisah sama Alan!" tukas Lian terpancing emosi.Melly melihat Bi Sum yang berlari menghampiri dan akan membantu majikannya itu, tetapi Melly memberi kode dengan lambaian tangannya agar jangan mendekat.Melly melirik ke lengan Lian yang masih menyentuh lehernya. Kemudian, merengkuh lengan dan mendorong tubuh Lian hingga tersungkur ke lantai."Kalau aku gak ada hak, lantas apa hak Mbak di sini? Sadar diri, ya, Mbak. Mbak itu punya suami yang masih sehat dan bekerja. Harusnya M
Read more
20. Pelecehan Mengejutkan
"Siapa kamu!" tanya Dilan ketika melihat pria bermasker dan bertopi yang sudah menghajarnya itu.Pria itu pun membuka masker dan topinya agar terlihat jelas."M-mas Bima?" Dilan mundur selangkah dari tempatnya tersungkur.Melly gegas bersembunyi di balik tubuh atletis kakak kandungnya. Ia pun kaget sekaligus bersyukur ada yang menyelamatkannya sebelum terlambat."Kamu sudah gila!" hardik Bima."Kenapa berani kurang ajar dengan iparmu sendiri!" tegasnya membentak Dilan yang tertunduk memegangi sudut bibirnya yang terluka."Ada apa ini!" suara Lian yang tiba-tiba muncul dari ruang tamu."Ooh, kalian beraninya keroyokan! Dilan kemari!" perintah Lian. "Aku laporin kalian ke Mami karena mengeroyok Dilan. Dasar! Keluarga gak berpendidikan gini, nih!" serangnya."Dasar Keluarga Gak Berakhlak!" gumam Melly.Bima melangkah pelan mendekati Lian. "Kamu itu gak tahu masalahnya, jadi tutup mulutmu!”"Aku li
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status