All Chapters of Terjebak Mantra!: Chapter 31 - Chapter 40
102 Chapters
Rencana Penyerangan
Setiap manusia akan menganggap dirinya benar walaupun salahDewan Kota tengah merencanakan penyergapan terhadap makhluk asing.Dewan Kota telah setuju untuk melakukan ekspedisi besar-besaran. Mereka esok pagi akan menyebarkan pasukan udara untuk menyusuri seluruh bagian Kulstar, tidak ada yang dikecualikan. Bahkan, mereka sudah mengirim pasukan shadow untuk masuk wilayah Kali Asin, wilayah yang memutuskan diri dari Kulstar.20.000 pasukan udara akan berangkat pagi-pagi benar, tanpa apel pemberangkatan, tanpa momen pelepasan oleh Dewan Kota Kulstar. Mereka tidak banyak cakap, namun sigap dalam bertindak. Tidak sama dengan pemimpin kebanyakan di bumi, banyak cakap namun jarang bertindak.Tidak hanya itu, 5.000 pasukan juga akan menyusuri jalur darat, ditambah lagi dengan 3.000 pasukan laut. Tidak tanggung-tanggung mereka memperlihatkan keseriusan. Sebab, kedatangan makhluk bumi itu adalah sebuah ancaman besar bagi kedamaian Kulstar, lebih-lebih pengaruhnya
Read more
Berangkatlah Sekarang
Pagi benar, Kanisan mendapatkan panggilan dari ketua Kali Asin, Kabisan.“Cobalah sekali lagi kamu periksa semua pasukan, Kanisan!” kata Kabisan.“Bukankah misi ini sudah ada ketuanya?” tanya Kanisan.“Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan lewat orang yang berbeda. Karfan telah melaporkan kepadaku bahwa semua sudah siap berangkat. Namun, aku ingin mendapatkan laporan dari orang lain selain dia.” Katanya.“Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, saya akan melakukannya.” Kata Kanisan akhirnya.Kanisan berjalan menuju barak pasukan yang tidak terlalu jauh dengan lokasi utama. Terlihat di sana semua pasukan telah siap diberangkatkan.Benar, pagi itu semua pasukan berangkat menuju misi pertama.***Dari lantai dua, Alkasi melihat pasukan-pasukannya berangkat. Terlihat dari raut wajahnya rasa bersalah, entah kenapa dia berpikiran seperti itu.Moter-moter mulai beterbangan, sua
Read more
Berita Kehilangan
DI BUMIBerita kehilangan itu telah membuat warga kompleks Melati kebingungan, resah, bahkan sampai ada beberapa orang yang sempat dicurigai. Iya, Safara Yunan, hampir tiga Minggu tidak kembali ke rumahnya. Sang ibu mengaku bahwa terakhir kali ia melihat putrinya tengah berada di dalam kamar, sebab keseharian anaknya adalah begitu. Namun tiba-tiba pada keesokan harinya, Safa tidak terlihat batang hidungnya. Hingga sekarang, puluhan bahkan ratusan kertas berisikan foto Safa dan data diri singkat telah tersebar, bahkan pihak kepolisian juga tengah menangani kasus ini. Nihil, belum ada hasil sama sekali.“Ke mana lagi aku harus mencari!” keluh sang ibu kepada dirinya sendiri.Namun di tengah kesibukannya mencari anak semata wayang tersebut, ibu Kina harus tetap melakukan kegiatan keseharian yang lain, seperti merawat rumah, bekerja, sampai mengurus suaminya. Sebenarnya dia tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebab gaji suaminya sudah leb
Read more
Lembah Agung
Brak...Sekali lagi terdengar sebuah benda menghantam bagian belakang moter, seisi moter terguncang oleh getaran hebat yang membuat moter menjadi tidak seimbang.“Hati-hati, Kanisan!” pinta Nai, wajahnya menunjukkan kegelisahan. “Mungkin dia adalah salah satu musuh yang harus segera kita singkirkan.”Kanisan berusaha menjaga keseimbangan moter dengan susah payah, moter saat ini terguncang kanan-kiri. Bahkan, benda yang menabrak moter yang berisi beberapa orang itu tidak hanya satu, lebih dari tiga. Kanisan segera mengaktifkan perisai moter. Setelah itu Kanisan menginjak gas dalam-dalam, moter melesat dengan kecepatan lima kali lebih cepat dari pesawat di bumi. Seisi moter berpegangan dan memasang sabuk pengaman masing-masing.Safa terlihat sibuk memasang sabuk pengamannya, tapi tidak kunjung juga selesai. Akhirnya Nai yang mengetahui hal tersebut langsung bertindak memasangkan sabuk pengaman untuk Safa. “Aku bantu” kata
Read more
Kematian Peri
“Aku yakin, meskipun selama ini aku tidak mengetahui secara pasti, bahwa semua planet mempunyai kehidupan yang layak sesuai dengan keadaannya.” Ujar Nai kepada Safa, malam itu mereka berdua tengah menikmati malam dengan sepinya.“Sepertinya demikian,” sahut Safa. “Semua planet mestinya mempunyai kehidupan yang sesuai dengan keadaan alamnya.” Lanjutnya.Nai memulai sebuah kisah pada masa lalu, dan itu benar adanya. “Safa, percaya tidak percaya, kulstar pernah mempunyai kehidupan yang sangat menyeramkan, lebih seram dari saat ini. Kulstar adalah planet yang dahulunya dihuni oleh para PERI. Kau tahu?”Safa mengernyitkan dahinya, membenahi rambutnya yang tertepa angin seraya berkata, “Apa yang kamu maksud dengan peri mungkin berbeda dengan peri yang dimaksudkan oleh manusia bumi.”“Di kulsta, peri adalah sebuah makhluk yang bisa menjelma menjadi dua hal, keindahan dan keburukan. Ada peri yang b
Read more
Dendam Lama
Malam benar-benar sunyi, bahkan suara angin gugur bersama bintang yang mulai meredup, berpindah posisi, dan akhirnya tidak tampak dari Lembah Agung. Lembah itu sekarang benar-benar lengang.Di dalam moter transparan itu, sebagian besar bahkan hampir seluruh pasukan telah terlelap. Hanya menyisakan beberapa yang masih berjaga di beberapa moter, terkantuk-kantuk pula mereka.Samar-samar dari kejauhan terdengar suara ribuan langkah kaki. Semakin lama suara itu semakin mendekat menuju lokasi peristirahatan pasukan Kali Asin. Tidak ada yang menduga bahwa pada dini hari seperti ini akan ada penyerangan, meski tidak terlalu besar jumlahnya.Ratusan manusia, bahkan ribuan jumlahnya, telah tampak menaiki bukit terakhir sebagai rintangan untuk mencapai pasukan Kali Asin. Mata mereka tampak menggunakan benda kecil, seperti teropong tapi pipih, dengan bundaran sebesar kaca mata, dan tengahnya adalah kaca untuk melihat benda-benda transparan. Hampir sama seperti kaca mata, y
Read more
Kaum Tertindas
Blar... bum...Ledakan demi ledakan sunyul-menyusul membuat telinga berdenging seandainya tidak menggunakan teknologi mutakhir untuk membendung suara.Sedang di luar ledakan demi ledakan silih berganti, di dalam moter, Kanisan dan beberapa orang lainnya tengah mengatami dari posisi terjauh, menjaga jarak aman. Mereka mengamati ledakan-ledakan yang terjadi di atas sebuah bukit, sekitar tujuh kilo meter jaraknya. Namun dengan jarak yang begitu jauh, dengan layar monitor yang kini terpampang besar di bagian depan moter, mereka bisa menyaksikan sebuah peperangan yang sangat mengerikan. Pasukan yang dipimpin oleh Bada terus-menerus menembakkan amunisi-amunisinya, sedang pasukan Kali Asin berusaha untuk membalas bahkan berusaha untuk melumpuhkan mereka. Peperangan sengit yang sebenarnya tidak imbang pun terjadi. Pasukan Bada yang disenjatai hanya dengan peralatan perang seadanya memaksakan diri untuk melawan pasukan Kali Asin yang jelas unnggul dalam segala hal, termasuk per
Read more
Kaum Buangan
Pasukan yang membantu Bada ternyata adalah pasukan yang berasal dari tempat jauh. Mereka dengan mencari tahu apa yang terjadi setelah dengan teknologi yang mereka punyai mengetahui bahwa tengah terjadi peperangan besar. Itu adalah salah satu teknologi yang mereka punyai. Dengan mendeteksi ledakan-ledakan besar, bahkan dengan mengaktifkan kamera alam, besar kemungkinan mereka mengetahui dengan sangat cepat lokasi pertempuran. Dan kini, mereka datang dengan moter canggih dengan kecepatan yang sangat fantastis. Tapi jangan salah, moter Kanisan dan moter beberapa yang lain, moter pasukan Kali Asin maksudnya, tidak lebih rendah dari moter pembantu pasukan yang dipimpin oleh Bada.“Ini adalah pertempuran yang mempertaruhkan harga diri.” Kata Kanisan serius. Dia terus berkonsentrasi dalam mengendalikan moter maupun dalam melepaskan tembakan. Pasukan Kali Asin salah besar. Ternyata, pasukan yang dipimpin oleh Bada membawa sebuah tameng untuk masing-masing orang. Sehingga,
Read more
Kematian Besar
Hingga matahari terbit, pertempuran belum berhenti sama sekali. Tapi setidaknya sampai sekarang ini, pasukan Kali Asin tidak ada yang tumbang atau moternya meledak. Tidak ada sama sekali. Bahkan hingga saat ini, Safa telah terbiasa untuk menembakkan tembakannya. Ia sekarang telah hampir mahir dalam menggunakan alat tersebut meskipun baru beberapa jam memegang dan menggunakannya.Blar... bom...Suara-suara ledakan masih bergemuruh dari segala arah. Bahkan jika dibandingkan dengan perang dunia pertama, atau bahkan kedua, kedua-duanya tidak ada artinya, dalam artian perang pasukan Kali Asin ini lebih besar, bahkan hingga sepuluh kali lipat. Mungkin Indonesia sudah luruh dengan semua peluru itu seandainya sasaran peperangan adalah Indonesia.Kanisan mulai terlihat geram dengan keadeaan yang terjadi, di mana lawan masih saja memajukan diri, tidak ada tanda-tanda siapa yang akan memenangkan peperangan. ‘Nai, aku lelah. Aku serahkan kemudi kepadamu.” Kata K
Read more
Pohon Kehidupan
Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Malam itu adalah malam yang rencananya mereka akan mengadakan musyawarah besar dalam rangka menyusun rencana selanjutnya. Mengapa tidak menentukan langkah sejak awal ketika akan berangkat pertama kali? Tidak, mereka tidak menentukan rencana pada awalnya, namun tetap mempunyai sebuah target. Sebab, pada dasarnya mereka tidak mengetahui apa saja yang akan terjadi selama perjalanan. Seperti tadi malam adalah sebuah gangguan yang tidak sempat diperkirakan. Hal demikian cukup mengurangi bahan-bahan perbekalan, baik berupa bahan makanan atau bahan lain seperti senjata dan bahan bakar kendaraan. Terutama yang sangat dibutuhkan adalah perbekalan mental untuk dapat menghadapi gangguan selama perjalanan.Lembah Agung masih berupa lembah yang dominan dengan warna abu-abu. Semua pepohonan berwarna abu-abu, pegunungan berjajar rapi, berjajar tak beraturan, berwarna abu-abu pula. Siang tadi, Safa sempat melihat ribuan burung yang melintas dengan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status