Semua Bab Dikira Miskin Saat Pulang Kampung: Bab 161 - Bab 170
304 Bab
Rahasia Kalila
***"Tapi apa, Mbak?""Calon bayimu tidak selamat, Kus!"Tubuh Kusaini luruh di lantai rumah sakit. Air matanya mengalir begitu saja tanpa bisa dia cegah. Tidak peduli tatapan orang yang melihat ke arahnya. Kus merasa hancur, dia merasa dejavu dengan keadaan yang sedang menimpanya saat ini. "Setelah bayi Gina, sekarang kenapa harus bayi Kalila, Bu ...."Eni menutup matanya rapat membuat air mata semakin mengalir deras. Hesti yang sedang menggendong Feli pun membuang muka, tidak kuasa melihat tangisan adik laki-lakinya yang terlihat hancur. Meskipun sejak awal Kus tau jika bayi itu bukanlah bayinya, tapi kasih sayang Kusaini benar-benar tulus. Dia berharap Kalila dan calon bayinya selamat. "Kenapa hukuman Tuhan seberat ini," ucapnya tersengal. Kusaini menangis tergugu dengan mencengkeram lututnya. "Apa sebegitu tidak pantasnya aku menjadi seorang Ayah? Apa Tuhan begitu marah, Bu ....?"Kus menutup wajahnya dengan duduk diantara dua kakinya. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan kesediha
Baca selengkapnya
Langkah Handoko
***"Setidaknya aku bisa menjaga Gina, Pak. Bagaimana kalau hal seperti tadi terjadi lagi," sahut Tomi tegas. Dia merasa apa yang dia inginkan sudah benar, tapi berbeda lagi dengan pemikiran kedua orang tuanya. "Aku takut jika aku dan Gina akan terpisah lagi."Karim manggut-manggut mencoba memahami kekalutan putranya. Bagaimana tidak, mereka sudah mengalami banyak sekali permasalahan yang membuat keduanya sulit bersatu. Sangat wajar jika Tomi tiba-tiba takut kehilangan Gina kali ini."Beri waktu agar Gina bisa menjaga dirinya, Tom. Kamu tau kan kalau semua ini terjadi juga karena Gina yang ceroboh? Dia terbiasa pergi kemana-mana sendiri sehingga memberikan peluang bagi laki-laki di luaran sana."Tomi nampak mencerna ucapan Karim. Bapaknya benar, selama ini Gina merasa aman dan baik-baik saja meskipun keluar rumah sendirian tanpa memperhitungkan apa yang akan terjadi apalagi di hari-hari menjelang pernikahan mereka."Jangan gegabah, pernikahan bukan sebatas akad lalu kamu bebas mengatu
Baca selengkapnya
Satu per satu mulai membaik
***"Apa maksudmu, Pau?" Nani kembali bertanya dengan raut kebingungan.Paula melengang meninggalkan Nani dan Handoko di ruang tamu. Paula pikir Handoko akan kembali menemui Tirta setelah mendapat penolakan beberapa hari yang lalu. Tapi dia salah, Handoko ingin memberi sedikit pelajaran pada Asvia.Tidak ingin larut dalam pertanyaan-pertanyaan Nani nanti, Handoko memilik pergi saat itu juga dan mencoba abai pada ucapan Paula."Kamu mau kemana, Han?" teriak Nani. "Kalau sampai kamu berbuat kriminal lagi, Ibu lepas tangan!"Handoko hanya mengangguk tanpa menyahut. Dia hanya ingin menemui Asvia dan meminta rumahnya kembali. Itu saja! Sepanjang perjalanan menuju rumah Asvia, Handoko tiba-tiba terketuk ingin meminta maaf pada Tomi. Bagaimanapun Tomi adalah korban dari kesalahpahaman yang dia ciptakan. Dia merasa jika Tomi sudah mencuci otak Tirta dan membuat bocah itu tidak mau bertemu dengannya, tapi ternyata pemikirannya selama ini salah. Handoko menyadari jika yang membuat Tirta memben
Baca selengkapnya
Pernikahan
***"M-- Mas Handoko?" ucap Asvia gagap. "Bagaimana ... Bagaimana bisa kamu keluar dari penjara?"Wajah Asvia memucat. Dia menggendong bayinya dengan erat bersiap lari dan masuk ke dalam rumah. Tapi Handoko seperti mengetahui kuda-kuda yang Via persiapkan sehingga jalan menuju pintu rumah dia tutup menggunakan tubuhnya."Kenapa kaget, Vi? Apa kamu pikir aku tidak bisa keluar dari penjara? Kamu lupa siapa Ibuku? Istri almarhum Juragan Tanah di kampungnya.""Siapa, Via?"Seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam rumah. Kedua matanya melebar sempurna melihat mantan menantu yang selama ini dia pikir mendekam di penjara. "Apa kabar, Pak?"Handoko mendekat hendak menjabat tangan Husain. Tapi Asvia dengan sigap menahan langkah mantan suaminya agar tidak menyentuh keluarganya. Entah mengapa Asvia memiliki firasat buruk tentang kedatangan Handoko kali ini."Untuk apa kamu kesini?" tanya Husain tegang. "Kamu dan Asvia sudah bercerai, jangan mengganggu anakku lagi, Handoko!"Handoko terbah
Baca selengkapnya
Kejanggalan yang Gina Rasakan
***"Gin," panggil Tomi lirih. Dia menggenggam jemari istrinya dengan lembut. "Tenang! Ada Mas disini."Gina memejamkan matanya. Dia meraup udara dengan rakus berusaha membuang sesak di dalam dada dan menggantinya dengan udara baru.Kusaini menarik lagi uluran tangannya. Dia mati kutu saat tangannya dibiarkan mengambang di udara oleh mantan istrinya itu, sementara Kalila justru menunduk dalam. Ada rasa nyeri saat melihat luka di wajah Kusaini. "Ma-- Maaf, Mas Kus ... Kalila. Terima-- Terima kasih su-- sudah mau da-- datang," ujar Gina gagap. Dia mencengkeram jemari Tomi agar rasa takutnya bisa berkurang. Bayangan luka yang Kusaini ciptakan bagai menari-nari di pelupuk matanya. Kus dan Kalila mengangguk. Tanpa berjabat tangan atau melakukan adegan berfoto terlebih dahulu mereka seketika turun dari atas pelaminan dengan ekspresi menahan malu. Beruntung pada tamu tidak begitu memperhatikan, jika tidak ... maka keduanya pasti akan menjadi bahan gunjingan. Apalagi semua tetangga dan kera
Baca selengkapnya
Rahasia Diah
***Kalila membuang muka. Dia berharap Kusaini akan mengelak tuduhannya tapi ternyata ...."Aku terluka karena Gina terlihat begitu takut kepadaku, padahal dulu kita adalah sepasang suami istri yang saling mencintai," Kus terkekeh geli, "Tidak! Mungkin lebih tepatnya hanya akulah yang mencintai Gina, tapi dia tidak! Aku selalu berpikir positif jika sikap tak acuh dan ketus Gina adalah wujud dari keangkuhannya mengakui sebuah cinta. Tapi lagi-lagi aku salah, Kalila. Sejak kami menikah, Gina memang tidak mencintaiku dan aku baru menyadari itu."Kedua mata Kalila memanas. Cerita masa lalu Kusaini bagai momok di telinganya. Tapi rasa penasaran akan kehidupan di masa lalu Kusaini dengan Gina membuat Kalila sengaja menahan mulut agar tidak membuat Kus menghentikan ceritanya."Kamu benar sekali, Lila. Aku terluka karena melihat wanita yang dulu aku cintai terlihat hancur saat berhadapan denganku. Kamu benar!" Kus memeluk tubuh Kalila dan menangis di dadanya. Entah mengapa, perasaan nyeri di
Baca selengkapnya
Gairah Mertua
***"Diam kamu, Darto!" bentak Diah naik pitam. "Ayo masuk, kita bicarakan ini di dalam, Nia. Apa kamu mau Ibu berada di luar dengan keadaan tanpa baju, Ibu malu!"Dania menghalangi langkah Diah. Sorot matanya kini menyiratkan kebencian yang mendalam. Hingga sepersekian detik, tawa wanita itu menggelegar membuat semua yang ada di depan rumahnya menatap heran."Malu ...? Ibu bilang kalau ibu malu? Lalu saat berdua dengan lelaki busuk apa yang Ibu rasakan? Nikmat, mendesah atau menggelinjang jalang?"Tangan Diah melayang di udara, tapi Dania dengan cepat mencekal pergelangan tangan Ibunya dan menghempasnya kasar. "Aku selama ini rela menjadi wanita kotor demi siapa, Bu? Coba katakan! Demi Ibu aku melakukan semua perbuatan menjijikkan agar kita bisa bertahan hidup!" Suara Dania yang meninggi mulai terdengar serak. "Ibu selalu menganggap jika kematian Bapak adalah kesalahanku sehingga seumur hidup aku dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Aku mencoba memahami rasa kehilangan Ibu den
Baca selengkapnya
Petaka Hasrat Mertua
***Diah menarik selimut membiarkan tubuh Darto bugil di depan banyak orang, sementara dirinya berjalan penuh emosi menghampiri ...."Bangsat kamu, Hesti!"Tangannya melayang di udara, Hesti dengan sigap mencekal pergelangan tangan Diah. Beruntung Feli tidak dalam gendongannya saat ini sehingga dia bisa leluasa mengajar Diah setelah bertahun-tahun lamanya memendam kebencian."Jauhkan tangan kotor ini dariku!" desis Hesti dengan kilat amarah."Persetan!" teriak Diah lantang. Dia menghempas tangannya sehingga bisa lepas dari cekalan Hesti. "Kamu pikir kamu menang setelah aku dan Dania bertengkar hebat seperti ini, hah?" "Asal kamu tau, Hes ... aku bukan merebut Darto dari Dania, tapi menantuku sendiri yang mendatangiku dan mengatakan jika tidak puas dengan pelayanan Dania. Lalu apa aku salah jika berusaha menggapai cintaku?"Di ambang pintu, Dania begidik ngeri mendengar Ibunya yang hampir kepala 5 mengatakan tentang cinta. "Apa ini yang namanya puber kedua?" batinnya."Lalu ... apa hu
Baca selengkapnya
Penyesalan dari Masa Lalu
***Tirta bergeming. Ingin menghambur di pelukan Handoko, tapi bayang-bayang masa lalu membuatnya takut. Bertapa Handoko sudah membuat mentalnya hancur hingga saat ini."Tidak! Aku tidak mau! Papa pergi!" teriak Tirta.Handoko luruh dengan bertumpu lutut. Air matanya mengalir deras, tidak peduli dengan tatap bingung pada pengendara dan lalu lalang siswa di sekolah Tirta. Di pikirannya hanyalah bagaimana dia bisa memeluk putra semata wayangnya bersama Astri yang selama ini sudah dia sia-siakan. Ternyata sakit rasanya saat darah daging sendiri tidak mau mendekat. Atau mungkin inikah yang Tirta rasakan selama ini? Hancur! Benar-benar merasa seperti seonggok daging yang tidak pernah Handoko anggap kehadirannya. Yang ada di mata lelaki itu hanyalah Asvia dan anaknya. Betapa bodoh ketika orang tua menjadikan anak sebagai korban dari keegoisan."Maafkan Papa, Nak ...," lirihnya dengan bibir bergetar. Tangis pertama di depan Tirta yang dia lakukan bukan tanpa sengaja. Dia sengaja karena panta
Baca selengkapnya
Ujian Belum Berakhir Untuk Astri
***Setelah kedatangan Handoko ke rumahnya, keadaan Astri tentu saja tidak baik-baik saja. Harapan untuk bisa hidup tenang tanpa mengingat betapa kasar perlakuan mantan suaminya itu pada Tirta kini musnahlah sudah. Handoko terlihat semakin ingin mendekati anaknya karena merasa bersalah yang teramat menguasai dirinya.Berkali-kali mata sendu itu mengerjap menatap jam yang tergantung di dinding. Tekadnya sudah bulat jika siang ini dia akan menjemput Tirta meskipun jarak antara rumah dan sekolahan anaknya tidaklah jauh. Tapi tetap saja, ucapan Handoko yang meminta kesempatan kedua untuk menebus rasa bersalahnya pada Tirta membuat Astri tidak tenang. "Tenangkan dirimu, As," tegur Sumi. "Jika Ibu boleh memberi saran, seharusnya kamu tidak punya hak penuh jika Handoko ingin mendekati Tirta. Jangan egois, anak sekecil dia masih butuh Mama dan Papanya saat ini. Kamu mau dia terus menerus murung karena kehilangan Tomi?"Astri bungkam. Sisi hatinya yang lain mengatakan jika apa yang Sumi katak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
31
DMCA.com Protection Status