Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 301 - Bab 310
326 Bab
Sampaikan maafku
"Sus, tolong jangan diangkat." Ucapku lirih. Untuk bersuara saja, aku sangat irit. Tenaga yang tersisa di tubuh, serta kesadaran yang harus kujaga penuh, harus kukerahkan demi buah hatiku. Walau sakit di perut tiada terkira, bahkan seperti dikuliti sungguhan, setidaknyan aku harus kuat. Aku ingin melahirkan anakku dengan selamat bahkan ketika dia lahir aku berharap masih memiliki tenaga untuk menimangnya. "Maaf, Bu Audrey. Saya pernah melahirkan, jadi saya tahu bagaimana susahnya jika harus mandiri setelahnya. Tidak mungkin suster yang berjaga akan terus fokus pada Ibu Audrey, karena kami juga memiliki tugas yang lain." Akhirnya panggilan itu dihubungkan suster lalu meloudspeaker dan mengarahkannya tepat dihadapanku. "Halo, Drey?" "Ha... halo, Mel." "Ada apa tadi nelfon? Sorry gue baru kelar rapat." Suster kembali mengangguk meyakinkan jika aku harus mengatakan kondisiku pada Amelia. "Mel, sorry kalau gue ganggu." Ucapku masih lirih karena berbarengan dengan perih yang ter
Baca selengkapnya
Tangis Putriku
"Tante, aku cuma mau minta maaf biar dilancarkan. Apalagi, aku mau lahiran." Tante masih setia mengusap punggung dan pinggangku bergantian. "Lebih baik, kita terus berdoa semoga kamu diberi kelancaran melahirkan. Nggak usah mikir yang lain-lain, Sha."Gelombang nyeri itu kembali menggilas perutku dan rasanya makin lama makin sakit saja. Sampai aku mendesis lalu menggigit bibir bawah. "Tante, apa Rado masih nggak suka sama aku?" "Sha, udah. Jangan bahas yang lain. Tante mau cucu Tante lahir dengan selamat." Dan tidak berapa lama, perawat yang tadi sempat membantuku mengurus surat tes DNA kembali membuka suara sambil menyodorkan kertas yang harus kutandatangani. "Tes DNA calon bayinya akan dicocokkan dengan sampel milik siapa, Bu Audrey?" Tante memandangku tidak percaya begitu aku memutuskan tes DNA. "Dengan putra ibu ini, Sus. Tapi orangnya tidak ada." Jawabku sekenanya sambil meringis menahan sakit. "Bisa diwakilkan dari ibunya karena pertalian DNA masih dekat." Aku menatap w
Baca selengkapnya
Kritis setelah melahirkan
"Maaf, Bu. Silahkan tunggu di luar. Pasien memerlukan tindakan gawat darurat!"Itu suara suster yang ikut membantu Sasha saat persalinan. "Menantu saya kenapa, Sus?" "Maaf, Bu. Nanti bisa ditanyakan kembali."Tubuh Ibu Kian hampir luruh di lantai jika tidak segera berpegangan pada kursi panjang di sebelahnya usai pintu ditutup rapat. Membayangkan Sasha berurai darah akibat pendarahan selepas melahirkan, membuat mentalnya turun seketika."Baru aja kita senang karena bayimu lahir sehat dan selamat. Tapi kenapa kamu jadi pendarahan kayak gini, Sha?"Bayangan Sasha tidak bisa di tolong lagi, justru memperunyam jalan pikirannya. "Tante harus bilang apa sama kedua orang tuamu, Sha? Tante kayak orang tua yang nggak becus! Yang nggak bisa jagain kamu." Sebagai seorang ibu dan nenek, Ibu Kian merasa begitu terpukul melihat Sasha yang masih muda harus mengalami banyak kesedihan sejak berkenalan dengan Kian, putranya itu. Hamil lalu ditinggalkan, bahkan rencana pernikahannya dengan Affar pun
Baca selengkapnya
Melunakkan hati beku Rado
Siapa yang tidak bergetar hatinya ketika melihat bayi mungil yang baru saja lahir ke dunia tapi tidak didekap oleh ibunya?Bukan karena bayi itu sakit, tapi ibu si bayi yang tengah kritis. Berjuang bertahan diantara hidup dan mati.Sebenci apapun Sasha pada keluarga Kian, ia ingin pergi bersama anaknya tanpa permusuhan. Sekalipun cintanya pada Kian seluas samudra, ia ingin menjauh diam-diam tanpa harus ada drama yang membuatnya kembali luluh. "Cepat hubungi Masmu. Dia berhak tahu kondisi Sasha dan anaknya."Rado masih mematung menatap bayi imut yang menggemaskan itu. Memorinya berputar ke masa lalu saat ia dan ibunya kerap mengunjungi panti asuhan."Kenapa kamu diam aja, Do? Cepat hubungi Masmu."Rado tidak mendengarkan karena otaknya masih tertuju pada hal lain. Hingga dia menemukan satu benang merah yang baru disadari sekarang."Apa dulu Mama sengaja ngajak aku ke panti asuhan karena bayi ini?"Ibunya menoleh dengan menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Sasha."Iya. Apa kamu ma
Baca selengkapnya
Keegoisan Rado Berujung Fatal
Rado tidak seberani itu untuk mengakui kesalahan apalagi mempertanggungjawabkannya. Terlebih dihadapan Kian. Lebih baik dia menyimpan rahasia itu sendiri atau menutupinya dengan mencari kambing hitam daripada Kian murka padanya. Rado sangat menyayangi kakaknya itu melebihi apapun. "Mbak Sasha kayak gini itu bukan salahku, Ma! Dia pergi dari rumah juga bukan salahku. Itu pilihan dia sendiri! Dan aku nggak mau Mama nyuruh aku hubungin Mas Kian lagi." "Mama cuma minta kamu hubungi Masmu aja. Nggak ada maksud lain. Kecuali ada sesuatu yang kamu sembunyiin kenapa Sasha sampai keluar dari rumah bawa tas dan baju ganti." "Mama pikir aku ngusir Mbak Sasha?" "Mama nggak mikir gitu. Kecuali kamu sendiri yang bersedia bilang jujur kenapa Sasha bisa pergi dari rumah." "Aku pulang." "Rado! Mama belum selesai bicara!" Tanpa menunggu persetujuan Ibunya, Rado bergegas keluar dari gedung rumah sakit. Ia tidak siap terus menerus berdebat karena itu semakin membuatnya terpojok. Baru saja sampai
Baca selengkapnya
Bahagia ditengah kesedihan
POV PARALIODuniaku seakan runtuh ketika mendapat satu pesan singkat dari adikku, Rado. Pesan tentang kabar wanita yang sangat kucintai, yang beberapa minggu ini sengaja kutitipkan pada Mama di rumah. Sasha. Jika dulu aku hanya menjadikan dia sebagai gadis muda pelampiasan nafsuku, kini aku amat sangat menggilainya. Terlebih dia sedang mengandung anakku, yang lagi-lagi sempat tidak kuakui karena berpikir jika Sasha adalah perempuan gampangan.Saat aku sudah memantapkan hati dan mempersiapkan finansial yang bagus untuk Sasha dan kelahiran calon anakku, kabar yang mengatakan bahwa ia tengah kritis setelah melahirkan bagai petir menggelegar yang membelah kebahagiaanku.Tanganku bergetar, jantungku berdegub kencang, dan hatiku seperti ditusuk ribuan belati. Bagaimana bisa Sasha mendadak melahirkan lebih cepat dari perkiraan dokter? Dan bagaimana bisa ia kritis setelah melahirkan? Karena setahuku dia sehat-sehat saja ketika aku berpamitan kembali ke kota dua hari yang lalu. Bahkan aku m
Baca selengkapnya
Meragukan sekaligus membutuhkan
POV PARALIO"Ini adalah hasil tes DNA anakmu dan Sasha." Aku menerima hasil tes itu dengan perasaan kacau balau. Menduga-duga untuk apakah tes DNA itu?"Apa maksudnya, Ma?" "Sasha yang minta sama suster jaga.""Aku masih nggak ngerti, Ma.""Sasha pengen buktiin ke kamu kalau bayi itu anakmu, darah dagingmu. Dia nggak mau dicap pembohong atau dituduh mainin perasaanmu, Kian."Dengan tangan bergetar, aku membuka hasil tes DNA itu. Sample darah Mama yang menjadi acuan lalu dicocokkan dengan darah bayiku. Ada kecocokan DNA yang menjelaskan bahwa bayi yang baru saja dilahirkan oleh Sasha dan berada di hadapanku ini adalah benar-benar darah dagingku. "Mama nggak nyangka, setelah dia minta tes DNA lalu melahirkan, sekarang dia malah di ICU."Air mata Mama tidak terbendung lagi. "Gimana nasib cucuku? Maafin Mama, Kian. Mama teledor jagain Sasha. Sampai dia keluar rumah dalam keadaan mau lahiran pun Mama nggak tahu.""Mama nggak tahu kenapa Sasha nekat pengen pergi. Andai bukan suster rumah
Baca selengkapnya
Air mata pertamaku untuk Sasha
POV PARALIO"Kian, ngapain kita buru-buru pulang? Sasha nggak ada yang jagain di rumah sakit." Ucap Mama.Aku masih saja fokus mengendarai mobil, bahkan sedikit mengebut agar segera sampai di rumah. Aku begitu penasaran dengan satu hal yang Sasha tinggalkan untukku di rumah. "Kata Amelia tadi, Sasha ninggalin satu hal buat aku di rumah. Aku pengen tahu apa alasan dia pengen ninggalin aku, Ma.""Apa? Ninggalin apa maksudnya, Kian?" Tanya Mama terkejut."Aku juga nggak ngerti, Ma. Yang jelas, Sasha niat pergi ninggalin aku lalu bawa anakku juga. Sampai dia abai sama kehamilannya lalu jadwal melahirkannya maju. Dia sengaja pengen lahiran tanpa ada satu pun dari kita yang tahu!"Mama mengangguk pelan. "Mama udah tahu kalau itu. Tapi sama sesuatu yang ia tinggalin di rumah, Mama nggak ngerti."Beruntung jalanan tidak ramai sehingga aku lebih cepat sampai rumah. Begitu gerbang otomatis rumah Mama terbuka, aku segera memarkir mobil di halaman lalu berlari menuju kamar. Tidak ada bayangan te
Baca selengkapnya
Kritisnya sang tulang rusuk
POV PARALIO Aku mengeluarkan satu benda yang kusimpan baik-baik di satu bilik lemari panjang kamarku. Sebuah buku nikah yang sengaja telah kupersiapkan secara diam-diam dengan bantuan seseorang. Satu buku milikku dan satu lagi untuk Sasha. Kupikir Sasha menemukannya karena bersebelahan dengan bilik lemari yang dipakai Sasha menata semua bajunya. Ternyata dia tidak menemukan buku nikah ini. Karena keduanya masih berada di tempat yang sama tanpa berubah posisinya. Dihadapan Rado dan Mama, aku menunjukkan kedua buku itu dengan perasaan hancur. Terserah jika Rado tidak menyukai ideku ini. Karena aku jauh lebih tidak bisa hidup tanpa Sasha dari pada tanpa Rado. "Sasha itu tulang rusukku yang sebenarnya, Ma. Dia itu sebagian dari jiwaku. Tanpa dia, mungkin aku nggak akan nikah lagi." "Kian, Sasha pasti sehat lagi, nak." Mama berucap dengan lelehan air matanya. "Aku harap Sasha kembali sehat, Ma. Aku pengen berbagi senang dan susah sama dia. Aku pengen kami besarin anak-anak kami, Ma."
Baca selengkapnya
RESTU
POV PARALIO "Saya ingin meminta ijin sama Ayah kandung Audrey untuk menikahinya, Om.""Iya, akan aku sampaikan sama Mamanya Audrey.""Tidak, Om. Maksudnya saya minta nomer beliau sekarang.""Lho, mau kamu telfon langsung?""Iya, Om.""Kok ndadak banget, Kian? Bukannya kalian nikahnya setelah Audrey lahiran?"Dengan hati yang masih remuk redam karena kembali teringat kondisi Sasha yang tidak baik-baik saja di rumah sakit pasca melahirkan, aku menguatkan hati untuk menjawab pertanyaan Ayah tiri Audrey."Audrey, sudah melahirkan, Om."Mama dan Ayah tirinya berhak sekali tahu kondisi Sasha karena mereka adalah orang tuanya, keluarganya. "Benarkah? Kok kamu nggak ngasih kabar sih, Kian?!" Tanyanya kesal."Maaf, Om. Tadi... masih repot. Karena Audrey jadwal lahirannya maju dua minggu.""Terus gimana kabarnya sekarang? Bayinya laki-laki apa perempuan?"Sejak awal USG, Sasha tidak pernah meminta dokter kandungan mengatakan jenis kelamin calon bayinya. Wajar jika kami semua tidak tahu pasti j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
282930313233
DMCA.com Protection Status