All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 61 - Chapter 70
326 Chapters
62. Bukan pemuas nafsu
-CINTA itu menggenapkan yang ganjil, dan menyempurnakan yang kosong.- Audrey    Pria dewasa yang kucintai ini sedang tidur dengan pulasnya setelah merengkuh kenikmatan dunia. Seperti bukan Bapak Affar yang terhormat ketika berjalan dengan wibawanya di area perkantoran. Aku mengambil baju kerja yang dibuang Affar sembarangan dekat sofa. Setelah memakai semua pakaian aku menatap seonggok kunci mobil baruku dengan gantungan menara Eiffel. Mobil yang Affar berikan secara cuma cuma asal aku menjadi gadis pemuas nafsunya.  Ketika perempuan lain merasa biasa dengan label itu asal mendapat hujaman harta dari pasangannya, tapi itu tidak berlaku bagiku. Aku perempuan tidak haus atau gila harta. Cinta masih menjadi prioritasku hingga hari ini bersama pasangan. Karena dengan cinta aku bisa menjalani hubungan tanpa kepura puraan. Namun
Read more
63. Gadis pemuas menyedihkan
Affar menyuruhku untuk mempercepat apa yang dia inginkan dengan lebih cepat. Ah .... tidak terkira bagaimana rasanya.Walau aku sangat mencintainya, tapi tidak seperti ini juga. Karena kini aku tidak lain telah menjadi budak hasratnya. Sekali aku menolak apa yang dia inginkan, maka andalannya adalah melepaskanku. Alias kami putus. Sedang aku sudah memberikan banyak hal untuknya.Martabat, harga diri, dan hati ini.Meski tidak dengan keperawananku karena ini adalah hal yang akan benar-benar kujaga untuk Affar ketika menjadi suamiku kelak. Itu pun jika Tuhan mengizinkan. Masih jadi simpanan gelapnya saja aku sudah sangat lelah jiwa raga, apalagi menjadi istrinya. Belum puas dengan apa yang kulakukan, dia sudah menyuruhku untuk berpindah posisi."Ganti di atas, sayang."Aku menuruti apa yang dia inginkan demi memuaskan 'keinginannya' yang liar itu. Apapun akan kulakukan asal ia tidak meminta keperawananku. Dan semoga saja aku bisa menjaga satu-satunya hal yang kumiliki itu hingga hubun
Read more
64. Boneka nafsu
-Akan ada laki laki yang baik untuk wanita yang terus mau memperbaiki diri sendiri.- Audrey      "Aduuuh." Ringisku merasakan nyeri dan panas di lubang a**s.   Bersamaan dengan itu mataku memanas mengingat kejadian dua malam lalu. Karena ulah Affar yang brutal dan kesetanan, dia memaksaku untuk melayaninya seperti wanita murahan di club malam. Padahal aku ini perempuan baik-baik yang telah ia rusak.   "Tega kamu Far." Ucapku lirih sambil mengusap air mata yang menetes.   Dengan kondisi seperti ini, aku tidak mungkin pergi ke kantor. Gaya berjalanku saja mirip bebek betina selepas bertelur. Jika aku memaksa berangkat kerja, itu hanya mengundang atensi rekan-rekan kerja lalu mereka menertawa
Read more
65. Akhirnya kami putus
Tidak biasanya Affar tidak menghubungiku meski ia sedang sibuk rapat. Setidaknya, ia akan menghubungiku untuk sekedar memberitahu kesibukannya atau bertanya aktivitasku. Tapi kali ini ia seperti menghilang tiba-tiba.  Kepergiannya selama satu minggu ke Malaysia pun tanpa ada kabar apapun. Setidaknya jika kami berbeda negara, dia bisa mengirim surat elektronik padaku. Tapi ini tidak, surelku pun tidak menunjukkan ada kotak masuk dari Affar. Basa-basi, aku bertanya tentang Affar ketika naik ke lantai lima, namun sekretarisnya menjawab jika Affar belum kembali dari cuti. Kemungkinan lusa, dan itu tidak membuatku merasa lega. Seperti sebuah pertanda, hatiku terus berkata jika Affar mulai tidak beres. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Hingga lusa itu tiba, hari dimana Affar seharusnya sudah mulai masuk kerja, tidak ada pesan atau telfon darinya. Aku sangat gusar dan risau, kali ini aku tidak bisa mengabaikan kata hatiku untuk tidak menyelidiki Affar.
Read more
66. Sesal pun tiada guna
Akhirnya Affar meninggalkanku tanpa alasan jelas setelah kebutuhan biologisnya tuntas. Perempuan mana yang tidak meradang mendengar kekasihnya mengucapkan kata perpisahan padahal sebelumnya kami baik-baik saja. Alibiku hanya berani menduga jika Affar sudah menemuka yang jauh lebih menggoda dariku. Benar kata Amelia, jika Affar pria dewasa banyak harta yang tidak akan mempermasalahkan jumlah uang yang ia berikan pada pasangan asal ia terpuaskan. Setelahnya ia bebas meninggalkan mangsa dengan harta yang telah ia berikan. Manis janjinya di awal hanya berakhir kiasan. Tidak ada keseriusan. Dan aku menganggapnya sebagai akhir dari pelabuhan. Walau selama menjalin hubungan, aku tidak melakukan salah yang berarti. Malah Affar lah yang sering memaksakan
Read more
67. Jatuh cinta lagi?
Hari ini aku pergi ke kantor dengan penuh percaya diri. Memakai setelan kerja terbaik, make up sedikit glamour, dan mengendarai mobil pribadi. Meski mobil hasil pemberian pria kurang ajar itu.  Reputasiku yang hanya seorang staf keuangan biasa, bisa membeli sebuah mobil adalah pencapaian luar biasa. Terkadang bisik-bisik rekan sampai ke telinga perkara bagaimana bisa penampilanku makin hari makin cetar membahana dengan gaji yang tidak jauh berbeda dari mereka.  Bahkan ada beberapa mata karyawan laki-laki yang secara tidak langsung mengagumi kecantikanku. Tapi sayang, saat itu aku masih ada yang punya. Lalu, bagaimana dengan sekarang? Sudah pasti, sekarang aku seorang perempuan single. Namun penampilan cantikku kali ini tidak untuk siapapun, hanya untuk ekspresi diri setelah galau berpisah dari Affar. Jika ada yang me
Read more
Kegalauan Berujung Petaka
Semakin aku menghindari sesuatu maka takdir membuatnya semakin mendekat. Menyebalkan! Masalahnya, aku tidak yakin bisa berbicara dengan nada yang santun padanya meski itu konteksnya mengenai pekerjaan. Karena bagaimanapun, perpisahan kami diakhiri dengan pertengkaran yang membuatku tidak bisa menerimanya dengan mudah. "Bu, saya … eh … saya merasa kurang kompeten menghandle mega proyek ini." "Kamu harus siap dengan segala proyek, Drey. Nggak bisa pilih-pilih proyek sesuai kapabilitas kamu. Itu nggak profesional namanya." See!!! Beliau sudah mengeluarkan taringnya tanpa mau mendengar keluhanku. Dan sebagai bawahan aku bisa apa? Jika aku tetap menolak menghandle proyek ini sudah pasti Bu Fatma akan jauh lebih murka dan imbasnya pada kinerja dan nasib kontrakku. "Baiklah, Bu. Mohon bimbingannya selama mengerjakan laporan ini." Jika sudah begini itu artinya aku akan sering melakukan rapat atau berkonsultas dengan bajingan tengik itu. Melihat wajahnya saja aku sangat emosi dan geram.
Read more
Benarkah Dia Duda?
"Hei! Hentikan!!!" Terima kasih, Tuhan. Akhirnya bantuan datang. Tetapi Maling itu justru menarik tubuhku lalu melingkarkan pisau tajamnya ke leherku. Nampak di depan mataklu jika ujung pisau itu nampak sangat mengkilap meski mengandalkan penerangan dari lampu yang terpancar dari lobby kantor. Dan itu cukup menciutkan nyaliku yang sebelumnya tidak pernah bermain-main dengan senjata tajam. ‘Jangan ambil nyawaku Tuhan! Bertemu jodoh saja belum,’ bisikku dalam hati dengan hati ketakutan. "Lepaskan dia!!" Lengan perampok itu mendesak leherku hingga aku merasa sulit bernafas. "Jangan ikut campur! Atau aku habisi perempuan ini!" "Pak Lio! Tolong saya, Pak! Saya takut!" “Diam cerewet!” ujung pisau itu justru digoyangkan dihadapanku. "Ambil yang kamu mau. Lalu lepaskan perempuan itu," ucap Pak Lio dengan sikap waspada. "Mundur! Atau aku bunuh dia!" Jambret itu menarikku mundur karena Pak Lio melangkah pelan ke arah kami. Kejadian heroik seperti di film ini membuatku takut
Read more
Hot Duda!
Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata usianya terpaut sebelas tahun di atasku. Tapi wajahnya sama sekali tidak terlihat setua usianya. Pantaskah aku menyebutnya 'hot duda'? Masih 33 tahun sudah menyandang status duda dengan wajah tampan memikat. Dialah Paralio, arsitek idola para perempuan di kantor yang menyimpan banyak rahasia unik *** Hari itu juga Pak Lio dipindahkan ke ruangan rawat inap VVIP. Karena ia telah menyelamatkanku maka aku yang bertugas menjaga dan memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuknya. Meski sudah pindah kamar, Pak Lio tetap tertidur dengan baju yang sama. Lalu perawat meninggalkan pakaian ganti untuknya jika sudah siuman. Malam itu pula, aku menghubungi Amelia sambil menjaga Pak Lio di kamar. Aku menceritakan runut detail kejadiannya lengkap dengan rasa bersalah dan menyesalku. Ini semua karena aku yang terlalu syok dengan kehadiran Affar bersama perempuan lain di lobby kantor. Amelia menasehatiku untuk benar-benar melupakan Affar atau
Read more
Sah! Halal!
Kata orang, cinta sejati itu meskipun jauh dari seseorang yang dicintai tapi posisinya tidak akan bisa terganti. Tapi, untuk apa mempertahankan cinta yang diingini jika itu hanya melukai hati dan diri sendiri. Seperti yang kualami saat ini. Aku terluka secara hati tapi Pak Lio yang harus terluka secara fisik. Teman-teman kantor berencana menjenguk Pak Lio hari ini setelah pulang kerja. Tadi siang, pihak kantor, keamanan, bahkan Bu Fatma menginterogasiku secara langsung untuk mengetahui kronologi penjmabretan yang berakhir dengan penusukan. Syukurlah kantor segera melimpahkan masalah ini pada pihak kepolisian untuk ditangani dan meminta bagian keamanan kantor agar tidak lalai dan memperketat penjagaan. "Malam, Pak," salamku di depan pintu. Setelah dia menganggukkan kepala, kemudian kembali fokus pada siaran berita luar negeri yang sedang tayang di televisi kabel rumah sakit. Tas kecil berisi beberapa keperluan, kuletakkan di dekat sofa kemudian aku memilih duduk di sana sambil me
Read more
PREV
1
...
56789
...
33
DMCA.com Protection Status