Semua Bab Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain: Bab 11 - Bab 20
23 Bab
Membangkitkan Manusia Serigala Yang Tersesat
Sebuah kejadian yang mengejutkan! Tim Mata Bintang telah melakukan ekspedisinya tak sampai memakan waktu seharian, lebih tepatnya lebih dari setengah hari. Tapi yang mengejutkannya adalah hanya ada seorang saja yang keluar dari sana. Orang-orang segera dapat mengenalinya. Dialah pemimpin Tim Mata Bintang, seorang pemburu berperingkat A. Penampilannya saat ini sungguh berantakan dengan sekujur tubuh dan perlengkapannya dipenuhi warna merah yang berbau amis. Dia berjalan tartatih-tatih dan memandang sekitar dengan tatapan bengis, seolah dia menyalahkan orang-orang yang ia lihat saat ini. “Kalian, bantu aku!” serunya dengan tegas yang bercampur nada ancaman kepada sekelompok kecil orang yang berada di dekatnya. Sudah jelas dia berada dalam situasi yang tak memungkinkannya untuk bersikap seperti itu kepada orang lain. Enggan sebenarnya meminta bantuan kepada orang lain, apalagi di hadapan publik seperti ini. Tapi, dia tak memiliki pilihan lain dan berpasrah menggunakan popularitasnya un
Baca selengkapnya
Ekspedisi Ulang Bersama
“Salah pengukuran? Bukankah kalian sengaja menipu mereka?” Yang berani berbicara seperti itu secara terang-terang tidak lain adalah Jeremy Rainbownose. Dia adalah pemimpin Serikat Maung Bodas generasi ini. Perawakannya yang kekar dan tinggi, dia terlihat seperti seorang raksasa. Terlebih, tempramennya yang kasar dan selalu terlihat penuh amarah itu menjadi momok yang sangat ditakuti oleh kebanyakan orang. Dia memang adalah seorang pemimpin dari sebuah serikat, tapi dia tak tampak memiliki sikap dari seorang pemimpin seperti yang seharusnya. Bisa dibilang, dia termasuk pakar kejahatan yang tak teridentifikasi oleh para penyidik karena memiliki topeng yang tebal dari serikat yang dipimpinnya. Sedangkan, sebuah serikat yang memiliki visi dan misi yang sama seperti yang lain seharusnya menjadi perisai bagi masyarakat. Tapi, dia melanggar lalu lintas yang telah dibuat dan menyelewengkan kekuasannya. Topengnya sungguh tebal untuk menutupi semua kejahatannya. “Maaf. Saya selaku komandan p
Baca selengkapnya
Makhluk Mitos Aul
“Saat situasi menjadi bahaya, segeralah kabur secepat mungkin!” Begitulah rencana sederhana yang telah diperintahkan oleh Jeremy kepada seluruh anak buahnya beberapa waktu sebelumnya. Meski terbilang sederhana, tampaknya rencana itu akan berjalan dengan lancar. Terlihat, masing-masing dari mereka berada di baris pinggir setelah lapisan terluar formasi. Sebuah posisi yang aman dan mendukung untuk kabur pada saat situasi yang membahayakan terjadi. Entah bagaimana mereka dapat melakukannya tanpa ada yang menaruh kecurigaan. Semua orang tampaknya sedang berkonsentrasi penuh memperhatikan sekitar, takut bila sewaktu-waktu mendapat serangan kejutan. Langkah kaki semua orang senada, cukup untuk mengurangi kebisingan dan ada celah untuk mendengar kondisi sekitar dengan jelas. Formasi yang sedang digunakan adalah formasi yang cukup umum. Hal itu, karena formasi ini cukup baik untuk digunakan oleh semua pemburu dari semua spesialis. Para penyidik yang ikut bersama beberapa pemburu yang bersp
Baca selengkapnya
Tunduk di Hadapan Vampire Lord
Aisyah seperti biasa menunggu kepulangan anaknya di depan pintu rumahnya. Tampaknya, dia akan selalu melakukan itu, bila anaknya belum pulang setelah matahari terbenam. Sungguh, dia adalah ibu yang hebat. Tak peduli tubuhnya yang telah cukup tua itu masih kelelahan setelah bekerja, dia tetap melakukannya. Nathan menyesal untuk yang kedua kalinya, karena dia tak dapat mengajak Alina untuk segera pulang sebelumnya. Dia tak tega melihatnya. Apalagi, keduanya sama-sama kelelahan dan terlalu memaksakan diri. “Saya akan lebih tegas nanti...” “Kami pulang, Nyonya...” “Ya ampun, lihatlah putriku ini...” Aisyah segera mengajak Nathan masih dan menyuruhnya untuk langsung ditempatkan di kamarnya. Nathan sebenarnya sedang terburu-buru, tapi dia tak enak hati untuk memontong curahan hati seorang ibu. Dia mendengarkan dengan sabar dan berharap tak terjadi sesuatu yang berakibat pada korban jiwa di Gerbang Monster itu. “Apa Tuan Nathan bisa membujuk Alina untuk tak pulang terlalu larut. Setidakn
Baca selengkapnya
Nama, Sebuah Kehormatan
Sebuah pemandangan yang aneh bagi semua orang. Mereka melihat monster aul itu sedang tertunduk dengan hormat kepada seseorang yang mengenakan jas hitam rapi. Pria berjas hitam itu nampak biasa saja dalam pandangan mereka. Karena, kekuatannya memang takkan pernah dapat mereka ukur atau bahkan hanya sekedar merasakannya. Sebuah entitas pada tingkatan yang berada di dunia yang berbeda sungguh membuat mereka merasa konyol.“Apa-apaan!?” Seseorang tampaknya tak terima melihat makhluk yang mereka takuti itu merendahkan diri dengan konyolnya. Tentu saja siapapun akan merasa seperti sampah atau bahkan lebih rendah dari itu saat sesuatu yang lebih tinggi darinya ternyata merendahkan diri di hadapan sosok yang bahkan tak terasa adanya energi kacau terpancar darinya seperti, hey tidakkah aku lebih jelek dari seekor keledai.“Eh? Aku sepertinya pernah melihat bentukan wajah menawan itu dan mata merah gelapnya...” seorang perempuan tentunya takkan melupakan pesona Nathan begitu saja. Kalaupun bisa
Baca selengkapnya
Kekuatan Yang Lembut
Awan disinari matahari pagi, tampak begitu indah dipandang dari atas dahan pohon. Nathan duduk berdampingan dengan seekor burung yang terbujur kaku tak berani untuk bergerak sembarangan. Nathan tak menghiraukan tingkah burung itu atau mungkin dia tak mengerti akan ketakutan yang burung itu rasakan, dia malah mengelus bulu-bulunya dengan pelan. “Waktunya telah tiba, saya harus pergi ke tempat Nona Alina untuk menemaninya berjualan lagi...” Nathan beranjak pergi setelah berpamitan dengan seekor burung dan tak mempedulikan, apakah perpisahannya itu ditanggapi atau tidak. Sebenarnya, Nathan bisa saja mencari pihak lain yang membantunya memperkenalkan dunia ini lebih cepat dan rinci. Tapi, dia adalah makhluk abadi. Tak ada kata bosan atau terlalu lama, seperti waktu tidak berlaku baginya. Sedangkan, dia telah hidup selama 50 abad lebih yang melewati banyak generasi kehidupan di dunia sebelumnya. Membantu seorang gadis kecil yang memiliki tekad dan niat yang baik tentunya membuat Nathan
Baca selengkapnya
Keramaian Di Pusat Kota
Hampir memakan waktu dua jam sampai akhirnya, keduanya tiba di pertigaan jalan. Yang satu menuju wilayah terpelosok lainnya, yang satu lagi menuju ke Pusat Kota Mutiara. Sedangkan yang satunya lagi, tentu saja adalah jalan di mana Alina dan Nathan datang dari sana. Tertera pada papan kecil di samping jalan, ada pemberitahuan bahwa setengah kilometer lagi mereka akan sampai di kota yang hendak dituju. Nathan cukup merasa penasaran dengan pemandangan tempat yang disebut Kota Mutiara ini. Di dunianya dahulu, kotanya masih berupa perumahan yang mirip di sekitaran Jalan Ambarkasih. Masih sederhana, karena di sana lebih terfokus pada kekayaan alam dan peperangan. Tempat tinggal Alina yang berada di pinggiran kota saja telah dapat dibandingkan dengan perkotaan di dunia dahulunya, lalu bagaimana dengan keadaan di pusat kota? Memikirkannya saja membuat Nathan tak dapat membayangkannya sedikitpun. Setengah dari jarak yang telah ditempuh pada pertigaan sebelumnya, keramaian mulai terasa. Di p
Baca selengkapnya
Kriminalis
“Aah... Maaf telah mengejutkan anda, nona...”Cahaya merah di matanya meredup dan digantikan dengan tatapan hangat dibaluti senyuman Nathan yang membuat Alina kembali merasa tenang.“Tak apa. Um... Tadi Kak Nathan kenapa? Kok matanya ada cahaya merahnya gitu lho. Jadi, mata kakak semakin indah, tapi juga terasa menyeramkan...” Alina memandang mata Nathan sangat lekat. Dia seolah menunggu mata itu kembali bercahaya.“Oh... Apa Nona Alina tak merasa silau tadi? Lihat! Dia melayang seorang diri dengan tenang di balik awan...” Nathan menunjuk ke langit. Di bawahnya, burung-burung beterbangan dengan bebas. Alina pun mengerti maksud dari ucapan Nathan.“Apa saat terkena sinar matahari, mata kakak akan bersinar juga?” tanya Alina dengan wajah polos, seolah dia baru mengetahui hal itu.“Iya. Tiap orang akan memiliki cahaya pada mata yang berbeda-beda, bila nona memperhatikannya dengan baik. Saya juga telah beberapa kali melihat mata nona bercahaya...”Nathan memang sedang berbincang-bincang d
Baca selengkapnya
Pemegang Kartu Takdir
Ketujuh orang itu tampak berantakan dengan napas yang memburu setelah kurang dari lima menit bertarung melawan Nathan yang hanya berdiri di tempatnya tak bergeming sejak awal dimulainya pertarungan. Mereka mestinya merasa geram diremehkan seperti itu, tapi juga sadar bahwa kemampuan yang Nathan miliki memang mumpuni.Alina tak mampu untuk berkata-kata melihat kemampuan Nathan yang hebat seperti itu. Dia memang tahu Nathan mampu melawan beberapa pria seperti saat dia menolong dirinya, sedangkan dia tak tahu bagaimana cara Nathan bertarung. Namun, melihat kemampuan bertarungnya secara langsung membuatnya berpikir kembali tentang gambaran Nathan dalam benaknya.“Kalian semua, minggir! Menghadapi pria cungkring seperti dia saja tak mampu. Enak sekali ya, kalian menjadi anak buahku dan selalu harus aku yang turun tangan. Merepotkan saja memiliki anak buah seperti kalian...” seru seseorang, dia adalah pria yang hanya menonton sejak pertarungan dimulai, akhirnya mulai bergerak.Pria itu berj
Baca selengkapnya
Nathan-Ku
Nathan berjalan perlahan ke arah Pemegang Kartu Takdir, orang yang berpenampilan seperti badut, yang masih mematung.Alina mengikutinya dari belakang. Dia tampak mengintip-ngintip dari samping lengan Nathan, yang mana, dia sebenarnya tak tahu apa yang baru saja terjadi secara pastinya.Pria Pemegang Kartu Takdir masih mematung mengetahui kenyataan bahwa dia telah menyinggung orang yang salah. Namun, dia juga masih sadar untuk mengetahui Nathan sedang berjalan ke arahnya, pasti hal yang buruk akan segera menimpanya. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini, pikirannya masih kacau. Namun dia tahu, harga dirinya telah hancur di hadapan orang-orang, apalagi di hadapan anak buahnya. Dengan memikirkan hal itu, dia berniat kabur dan melarikan diri dengan sekuat tenaga.Imajinasinya memang telah membayangkan tubuhnya menjauhi Nathan dan meninggalkan anak buahnya. Namun tiba-tiba, pipinya yang sedang terluka akibat dikenai oleh kartu miliknya sendiri yang dilempar oleh Nathan mendapat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status