All Chapters of Anak Untuk Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
53 Chapters
Peringatan Dari Hillary
Hari ini Jeceline kembali lagi ke desa Hillary. Dia tak akan menyerah sebelum bertemu dengan kedua anak kecil itu, karena hanya dari mereka baru bisa mendapatkan informasi mengenai keberadaan ibunya Hillary tanpa menimbulkan kecurigaan orang dewasa. Namun sudah sampai sore, belum juga terlihat kedua anak, bahkan bayangan seseorang yang keluar dari pintu rumah.Tok … tok … tok…. Sontak Jeceline terkejut mendengar ketukan di jendela kaca mobil. Karena terlalu tegang hingga tanpa sadar sudah ada seorang lelaki yang berdiri di samping. Mengenal lelaki yang berdiri di luar mobil adalah lelaki yang saat itu berada di rumah Hillary, Jeceline cepat-cepat memakai masker, kacamata, dan menutupi kepalanya dengan syal menyerupai kerudung untuk menyembunyikan wajah aslinya. Dia menurunkan sedikit kaca mobil. “Ini bukan tempat parkir, Bu! Silakan cari tempat parkir lain!” Jeceline sontak mengangguk. Nada kasar dari lelaki itu menggerakkan jari tangan dan pergelangan kakinya untu
Read more
Bagai Malam Pertama
Bayangan Hillary di depan pintu menghilang begitu saja, meninggalkan Jeceline yang masih diam setelah mendapatkan kejutan. Ternyata Hillary telah mengetahui kedatangannya di desa waktu itu, tapi bagaimana bisa? Apa ayah Hillary yang memberitahu?Mobil itu!! Tiba-tiba Jeceline teringat tentang mobil yang sempat berpapasan saat berada di desa. Mungkin saja diam-diam Hillary telah mengawasinya. Dan kalau pun hal itu benar, berarti wanita yang dia hadapi tidak boleh diremehkan.*** “Seharian ini, kau sibuk ke mana saja? Kenapa sejak pagi nomor ponselmu susah untuk dihubungi?” Jemari tangan Jeceline yang mengetik keyboard laptop terhenti begitu mendengarkan pertanyaan yang tak pernah dia duga dari Kevin. Biasanya tidak seperti ini. Jeceline masih diam memperhatikan Kevin yang sibuk melepaskan jam tangan, dasi, serta setelan jasnya. Namun sorot mata penuh tanya tak lepas dari pandangan, menunggu jawaban dari Jeceline. “Um….” Jeceline berdiri dari kursi, “hari ini ada
Read more
Malam Terpanas
“Sudahlah, lupakan saja,” tepis Jeceline memutar posisi tubuhnya, menghadap lurus ke plafon kamar. “Lupakan, katamu?!” Dalam sedetik posisi tubuh Kevin telah berada tepat di atas Jeceline. Tidak menindihnya, tapi justru memberikan kehangatan dan sentuhan isyarat di bawah sana yang mulai menegang. Di posisi ini, Jeceline sudah tahu apa yang sudah seharusnya dia lakukan. Bahkan tanpa Kevin bersuara, respon anggota tubuhnya juga sangat cepat. Tentu saja dia bukanlah seperti gadis di malam pertama. Dia jauh lebih berpengalaman. Apalagi setiap sentuhan jemari tangan Kevin semakin membangkitkan keinginan liar yang terpendam di saat-saat seperti ini. Kevin benar-benar hebat dalam hal ranjang. Dia sangat tahu persis di mana letak kelemahan Jeceline, dan titik kesenangan yang bisa membuatnya mengerang tertahan. Bahkan sampai menggeliat tak berdaya di atas ranjang. Permainan itu belum berakhir. Sebab Kevin belum membenamkan keperkasaannya di dalam sana. Dia masih sibuk m
Read more
Pertanyaan Dari Kevin
Malam yang luar biasa membawa suasana hati sampai terbangun di pagi hari. Pemandangan pertama ketika Jeceline membuka mata, ada bidang datar polos yang begitu dekat. Pantas saja tubuhnya tetap terasa hangat, ternyata dia berada dalam rangkulan lengan berotot. Rahang tegas. Bibir membentuk sempurna dan tebal. Garis kening hitam menggaris melengkung, begitu rapih. Bahkan tidur saja tidak menghilangkan pesonanya. Perlahan tangan Jeceline mencoba keluar dari impitan kedua tubuh mereka yang melekat dalam rangkulan. Jari telunjuknya mendekat ke ujung hidung, hingga tanpa sengaja tersentuh dan membuat Kevin mengerutkan alis kening seolah merasakan ada yang mengusik tidur nyenyaknya. Jeceline menarik cepat tangannya, berpura-pura masih tertidur. Namun begitu sentuhan lembut terasa di bibir, sontak telah menggagalkan sandiwaranya. Mata Jeceline terbuka, menatap dekat dan sangat jelas manik hitam itu. “Hari ini banyak kegiatan, kau jangan keluar rumah dulu. Kalau ada sesuatu
Read more
Ada Apa dengan Tujuh Tahun?
“Meskipun begitu, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya menganggapmu sebagai mata pencariannya.” “Dia juga karena terpaksa, Selin,” protes Kevin menyela perkataan Jeceline. Tatapan tak senang itu muncul, “kalau aku tahu dia melakukan hal itu hanya demi mendapatkan uang untuk membiayai keluarga, tentu saja aku….” Kevin menjeda ucapannya, seolah tak ingin meneruskan pembicaraan. Jeceline masih memandang dalam diam, tapi saat dibantah emosinya memuncak lagi, “aku apa?” sorot mata tegas yang menyimpan kekecewaan tepat menuju ke manik Kevin. Jeceline masih menunggu jawaban, tapi bibir Kevin mengatup kaku. “Kau akan memberikannya uang yang sangat banyak begitu saja pada seorang gadis yang sama sekali tidak memberikan keuntungan terhadapmu? … atau kau akan menolak gadis secantik dia yang datang menjajahkan tubuhnya sendiri untuk kau nikmati?” lagi Jeceline melemparkan tumpukkan pertanyaan. Kevin menunduk penuh penyesalan. Dia menggelengkan kepala lalu meluruskan kembali w
Read more
Kevin Cemburu?
“Ibu, cukup!” gertak Kevin dengan suara lantang. Aura di dalam ruangan semakin dingin. Kedua orang ini selalu tak pernah akur setiap kali bertemu. Untung saja mereka berada dalam ruang VIP, jadi tak akan ada yang melihat atau pun mendengar seperti apa konflik di antara ibu dan anak ini. Jeceline menenangkan Kevin dengan menyentuh pahanya, “tenanglah. Jangan bicara terlalu kasar pada Ibu.” Bagi Jeceline singgungan ini sudah menjadi makanan sehari-hari setiap kali bertemu dengan Leanora. Jadi telinganya sudah kebal, perkataan itu tak akan berpengaruh lagi. “Kalau kamu mendengarkan perkataan Ibu untuk mengikuti program bayi tabung, pasti sudah ada seorang anak dalam keluarga kita … kamu juga, Selin! Sama sekali tidak bertanggung jawab menjadi seorang Istri! Sudah tujuh tahun mengerami telur, tapi belum bisa menetaskannya!” Seakan menipis oksigen di dalam ruangan hingga membuat napas Jeceline terasa sesak ketika mendengar bentakkan Leanora. Kesabaran juga telah hab
Read more
Rahasia Kakaknya Kevin
Jeceline mengangguk beberapa kali. Senyum muncul di wajahnya, “sangat puas dan sangat menikmatinya.” “Hmp!” dengus Kevin menyingkirkan tangan Jeceline yang masih merangkul tubuhnya, tapi tindakan itu tak berhasil sebab tangan Jeceline semakin erat. “Kevin, apa kau pikir kekhawatiranku terhadapnya karena alasan lain?” “Aku tahu, tapi tetap saja aku tak suka kau mengkhawatirkannya. Bagaimana pun kalian berdua pernah memiliki perasaan satu sama lain. Aku takut—” “Tidak lagi, Kev!” sela Jeceline meletakkan cepat jemari tangannya menempel di bibir Kevin. “Perasaanku terhadapnya telah menghilang sejak lama. Sejak aku memilihmu untuk menjadi pasangan hidupku.” Jeceline berucap pelan hingga terdengar suara serak lembutnya. “Aku mengkhawatirkannya karena aku takut dia melakukan kesalahan yang sama, mencelakaimu seperti dulu. Bagaimana pun aku masih mengingat apa yang dia katakan di saat terakhir, aku takut dia membalaskan semuanya pada kita.” Kira-kira hanya sep
Read more
Pilihan Jalan Keluar
Leanora menundukkan wajahnya, “anggap saja Ibu tak pernah mengatakan hal ini. Dan tolong jangan memberitahukan pada Kevin kalau Ibu telah mengatakannya padamu. Dia akan marah besar pada Ibu.” ?? Apa hubungannya dengan dia? Rahasia keluarga apa lagi yang tersembunyi? “Aku justru akan mencari tahu lewat Kevin jika Ibu tidak mengatakannya dengan jelas.” Sorot mata Jeceline menjadi tegas. Diamnya mengartikan penantian penjelasan dari Leanora. Beberapa detik berlalu Leanora terlihat gelisah dengan tatapan Jeceline. Baru kali ini dia bimbang untuk mengatakan sesuatu. Biasanya dia tak pernah mementingkan perasaan orang lain dengan kata-kata menusuk, tapi sekarang seperti ada yang membungkam bibirnya agar tak berucap. “Karena Ibu sudah datang, apa salahnya jika memberitahukan semua padaku.” “Selin, sebenarnya….” Leanora menghentikan perkataannya, dia merogoh ke dalam tas lalu mengeluarkan map dan segera disodorkan ke arah Jeceline. Tanpa ragu-ragu, Jeceline yang ter
Read more
Menyambut Bryan
“Lama tak jumpa, Selin. Bagaimana kabarmu?”!!! Mata Jeceline memaku melihat seorang pria yang tak asing berdiri di depan, menghalangi jalannya. “Bryan?—” “Sudah begitu lama, aku pikir kau telah melupakanku, Selin. Tak menyangka kau mengenaliku. Apa kau tak merindukanku?” Jeceline masih terpaku. Potongan rambut dan bentuk tubuh Bryan telah banyak berubah, tapi tetap saja cara berbicara dan tindakannya tidak berubah. “Berhenti di sana!” cegat Jeceline mengarahkan telapak tangannya ke depan hingga menghentikan langkah kaki Bryan yang sebentar lagi memposisikan begitu dekat jarak mereka berdua. “Kenapa? Apa Nyonya Andriko malu karena berbicara dengan seseorang sepertiku? Apa ini alasannya kalian tak menjemput kepulanganku?” “Bukan seperti itu, Bryan. Aku tak mau menimbulkan rumor buruk jika kita berdua bertemu di tempat umum seperti ini. Kevin dan Ibu baru-baru saja ke penjara tapi kau telah keluar sebelu
Read more
Makan Malam Keluarga
Bryan melerai rangkulannya lalu tertawa kecil melihat Leanora, “apa Ibu sedang mengkhawatirkanku? Terima kasih! Aku sangat terharu. Kalau aku tidak di penjara hal semenarik ini tidak akan pernah aku nikmati.” “Apa maksudmu, Bryan? Kau adalah anakku juga—” “Sayang sekali,” sela Bryan memotong perkataan Leanora, “ucapanmu ini sedikit tak masuk akal. Diakui anak olehmu setelah keluar penjara membuatku merasa berada dalam mimpi.” “Tapi tak masalah, semua itu hanya masa lalu. Sekarang adalah lembaran baru bagiku, dan bagi keluarga besar kita, bukan?” “Baik! Kalau begitu lakukan saja sesukamu,” sambung Jeceline mengakhiri topik pembicaraan, “aku dan Ibu akan menyiapkan makan malam kita. Kevin, kau juga harus beristirahat.” Jeceline melirik Kevin sebelum menarik tangan Leanora untuk pergi meninggalkan mereka berdua. “Kau lihat, sikap anak itu sama sekali tidak berubah! Dia sama sekali tidak menghormatiku dan tidak mengan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status