All Chapters of I am The Real King: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Chapter 18 - Telisik
"Bagaimana, Nona Gabriela?""Ah, itu... Tentu saja tidak mungkin Yang Mulia. Mana ada bangsa jin yang memiliki kekuatan sebesar itu? Kalaupun ada, kemungkinan besar ia akan tewas karena kekuatan yang digunakannya jauh melebihi batas kemampuannya. Jadi, itu tidak mungkin."Erry menganggukkan kepalanya. Ia terus menatap wanita itu, menelisik. Tatapannya jatuh pada jemari-jemari wanita itu yang sedikit mencengkram gaun merahnya.'Tak diragukan, ia pandai dalam bersandiwara. Tatapannya, suaranya, ekspresi wajahnya, terlihat begitu meyakinkan meski aku bisa melihat kegugupan yang ia sembunyikan lewat jari-jari tangannya.'Erry kembali tersenyum hangat, tentu saja tidak dalam hatinya. Rasanya ia ingin menguji wanita ini lebih dalam. Ia juga penasaran, seperti apa wanita yang diam-diam menjaga atau mengikutinya selama ini, 'tunggu sebentar lagi, ia pasti akan membalikan pertanyaan,' pikirnya.Lucy melirik Erry dengan sorot matanya yang menggoda. Wanita itu merubah posisi duduknya sedikit men
Read more
Chapter 19 - Mempelajari Seluk Beluk Valeoryea (2)
"Kekuatan?"Ekspresi Erry kembali seperti semula. Datar, seolah tanpa emosi. Padahal beberapa detik yang lalu ia tertawa. Sekarang ia ingin pembahasan ini cepat selesai. Rasanya membosankan.Pembahasan selanjutnya ia hanya ingin membahasnya bersama Devian.Ya, itupun jika ia benar-benar ingin memiliki teman diskusi."Nona Lucy, anda tolong beritahu bibi saja. Dan bibi, maaf, tolong bibi keluar. Aku ingin sendiri," ujar Erry.Deanna dengan sigap berdiri dan segera membungkuk hormat. Sedang Lucy yang tidak terima membantah, tergagap. Dan menyuruh Deanna untuk membujuk Erry agar keduanya tidak keluar."Aku tidak ingin dibantah, keluarlah."Lucy menatap lelaki muda itu dengan pandangan memohon. Sayang Erry tak memedulikannya. Ia telah mengambil ensiklopedia itu dan membacanya. Deanna paham, ia segera menyeret Lucy keluar ruangan."Erry...""Sekarang panggilan ku Arvian. Kau amnesia? Dan jangan pernah memanggilku dengan nama itu!"Deg!Jantung Lucy rasanya mencelos. Meski sudah lama memanta
Read more
Chapter 20 - WAKTUNYA JALAN-JALAN!!
"Bibi, kemana Paman Ken?" Tanya Devron (Erry) saat Deanna datang ke kamarnya membawa setumpuk buku tebal——yang kemungkinan Devron harus membacanya, lagi."Tuan Kenio sedang ada pertemuan penting Yang Mulia. Sejak malam ia pergi bersama pegasus miliknya. Secara mendadak.""Bibi, tolong panggil aku seperti yang lainnya. Akan sangat aneh jika bibi memanggilku seperti itu. Hm, dia pergi? Mendadak sekali?""Ya, Tuan Muda.""Hm, pantas saja pagi ini tumben sekali dia tidak membangunkan ku," gumam Devron sembari menggaruk dagunya."Apakah anda merindukan Tuan Ken, Tuan Muda?" Tanya Deanna dengan ekspresi yang menggoda. Mungkin lebih tepatnya meledek.Devron menatap datar bibinya, 'sungguh, itu sama sekali tidak lucu', pikirnya. Tunggu,, 'pegasus?'"Pegasus? Sebentar, di dunia ini pegasus juga benar-benar ada?""Tentu saja Yang Mulia."Devron berseru senang, ia seketika berlari meninggalkan Deanna yang kini terkejut atas tindakan tiba-tibanya tersebut. Deanna membereskan sebentar semua buku y
Read more
Chapter 21 - Pria Yang Kehilangan
Senyum riang tak henti-hentinya terlukis di wajah Devron. Ia benar-benar merasa di dunia baru yang sesungguhnya. Menatap manusia-manusia aneh yang selama ini diceritakan dalam dongeng ataupun legenda di dunia sebelumnya.Ia sedari awal takjub dengan bangunan-bangunan yang berada di wilayah vampir tersebut. Area yang kebanyakan hutan, berkabut, membuat suasana cukup mencekam.Para vampir lebih senang hidup individual, tentu saja. Bisa Devron lihat rumah atau bangunan mereka letaknya berjauhan yang masing-masing dipisah oleh hutan yang gelap. Rumah-rumah mereka terletak di daerah yang cukup tinggi dan memiliki desain seperti bangunan-bangunan klasik di Eropa. Ada 3 bangunan yang seperti kastil yang sudah Devron lihat. Dan tentunya ketiganya berada di tempat yang tinggi.'Ini baru rumah rakyatnya. Kau belum melihat kerajaannya,' Devian berujar.'W, wahhh, ku kira kediaman Paman Kenio awalnya adalah kerajaan!''Kenio memang bangsawan kelas A, tetapi dia bukan anggota keluarga kerajaan. Me
Read more
Chapter 22 - Sebuah Batu Yang Menarik Perhatian
Tap, tap, tap.Semua orang yang berada di sana seketika tergopoh-gopoh menyambut kedatangan seorang gadis muda berusia 13 tahun yang baru saja turun dari kereta kudanya. Rambut panjang merah muda keperakannya tersebut seolah bersinar di bawah cahaya matahari. Gadis itu tersenyum lembut menatap semua orang yang kini menundukkan kepalanya. Kedua manik hijau pudarnya itu menyorot teduh."Paman paman dan para bibi, berdirilah. Kalian tidak perlu bersikap seperti ini, tidak masalah untukku. Bangunlah," titahnya dengan suara lembut khasnya.Semua orang di sana kembali menegakkan badannya dan ikut tersenyum hangat. Salah seorang dari mereka membalas, "suatu kehormatan bagi kami bisa melihat anda dari dekat seperti ini Tuan Putri, dan kami begini juga karena menyayangi Tuan Putri. Tetapi maafkan kami jika sikap kami ini malah membuat tidak nyaman.""Ah, tidak paman. Tidak apa-apa. Aku justru berterimakasih kepada kalian. Terimakasih," ucapnya sambil mengangkat sedikit kedua sisi gaunnya dan m
Read more
Chapter 23 - Berkshire & Brook?
Seon berjalan menyusuri lorong demi lorong di Kediaman Kenio. Sesekali ia berhenti, merasa keberadaan makhluk lain tak jauh darinya, memastikan siapapun tak ada yang melihatnya. Secepat kilat ia bersembunyi di balik sebuah patung prajurit yang dipajang di sana. Membiarkan dua pelayan yang datang dari arah berlawanan melewatinya. Terasa cukup jauh, Seon segera keluar dan melanjutkan langkah kecilnya di sepanjang lorong itu.Ia mengintip, ada satu penjaga berpedang lengkap dengan perisainya sedang menjaga pintu yang ingin dimasukinya. Salah satu pintu menuju ruangan bawah tanah. Kucing bersurai abu gelap kebiruan itu kembali terlihat waspada. Mata coklat gelap bulatnya yang jernih menatap tajam sekelilingnya.Ia menatap lekat dua lampu minyak yang digantung di lorong itu. Lalu melihat satu lagi patung prajurit yang tak jauh dari sana. Menimbang apakah dirinya mampu melakukan seperti apa yang ada dipikirannya. Melangkah sedikit lagi mendekati dua lampu minyak, sambil benar-benar memastik
Read more
Chapter 24 - Abumérta Xadioussé
"Batu itu selain bisa membuat seseorang terpana, ia juga bisa membuat seseorang terlena dan kehilangan kesadaran. Membuatmu berhalusinasi dan membayangkan hal-hal menyenangkan. Tenang saja Tuan Muda, kau mungkin hanya akan 'sedikit' kehilangan 'akal' sekarang," jelasnya masih dengan seringainya.Devron terdiam, tak lama ia tersenyum riang menatap lelaki berkacamata itu dengan pandangan yang terlihat bahagia.Membuat Devian di sana terkejut seketika, sulit memercayai hal mendadak ini. Ditambah lagi, Devron sepertinya tak bisa diajak bicara sekarang. ....Devron yang masih terpaku itu masih juga tak bergerak. Cahaya amethyst yang dikeluarkan batu itu tiba-tiba saja seolah menembakan cahaya putih setelah beberapa saat asyik memandanginya. Otaknya blank, hanya warna putih yang terpampang jelas di hadapannya. Dan ia sama sekali tak bisa berpikir!Perlahan dinding besar berwarna putih di hadapannya memudar, digantikan dengan sebuah gambaran kehidupan
Read more
Chapter 25 - Abumérta Xadioussé (2)
Ia yakin, jika ia bisa melumpuhkannya, energi dan kekuatan yang ia dapat akan termasuk luar biasa.Abumérta tak sabar menantikannya. ...Tetapi sepertinya... Apa yang telah diperkirakan nya justru malah bertolak belakang. Lebih jelasnya... Tidak sesuai harapannya.Pria berkacamata antik itu———Abumérta jelas saja sangat terkejut, otaknya dipenuhi tanda tanya besar mengapa hal ini bisa terjadi. Selama ini, para makhluk yang terlena oleh batu tersebut benar-benar hanya kehilangan akal dan berubah menjadi orang gila sesaat. Mengapa... Mengapa malah menjadi seperti ini???Ia mundur dua langkah, memutuskan untuk menengok ke belakang dan terkejut melihat cahaya amethyst transparan yang tiba-tiba saja mengelilingi tokonya. Ia menelan ludah, merasakan rasa bahagia yang tiba-tiba membuncah di dadanya, diikuti rasa menggelitik yang tiba-tiba saja menyerang tubuhnya. Membuatnya merinding.'Apa-apaan ini?'Ia mencoba berfikir positif, mungkin saja efeknya
Read more
Chapter 26 - Akhir Dari Abumérta Xadioussé dan Sang Peri Amethyst
"Cukup, Amethyst."Batu yang melayang itu masih bercahaya terang, mengeluarkan pancaran energinya yang kuat. Membuat Devron membuka kedua matanya dan menatap tajam. Pendar amethyst dan emas masih belum menghilang. Mengartikan bahwa batu tersebut... Masih berada dibawah perintahnya."Amethyst, ku perintahkan kau untuk berhenti, sekarang juga!"Terdengar suara tawa lembut seorang wanita tanpa wujud di toko itu. Devron masih tampak tenang, lalu fokus, "keluarlah," bisiknya.Batu itu mengeluarkan cahaya lagi, cahaya yang membentuk tangkai bunga. Perlahan pucuk bunga itu terbuka, dan mekar lah bunga lily air yang indah. Bersamaan dengan itu, keluarlah sesosok wanita kecil yang muncul dari sana. Tawanya yang berderai masih terdengar di ruangan toko milik Abumérta itu. Wanita itu kini melayang-layang di udara dan mengitari Devron."Sesosok peri penjaga," ujar Devron.Wanita peri itu berhenti tepat di hadapan Devron meski masih melayang. Ia menundukkan kepala dan badannya. Tak lupa kedua tang
Read more
Chapter 27 - Bekerja Sama
"Aku sudah menghipnotis seorang pelayan dan menyuruh wanita itu kemari. Kita lihat, apa hal menyenangkan yang akan terjadi padanya. Hahahaha!!!"CKLEK.Pintu kamar dibuka oleh sang tuan. Membuat mereka yang belum sempat bersembunyi hanya bisa mematung, terkejut...."Ahhh tidak-tidak! Bagaimana ini, kita ketahuan! Whoahhhh!!!"Seon menatap Brook yang tengah berusaha berdiri, kelabang itu amat cemas, dipenuhi ketakutan. Terlihat sangat terkejut sekaligus frustasi—yang tentu saja dibuat-buat."Binatang gila," ucap Seon masih dengan ekspresi datarnya. Dimatanya, Brook nampak sangat konyol sekarang.Mendengar ucapan Seon kelabang itu berhenti, lalu mencebik, "seperti biasa, kau selalu kaku dan membosankan!""Sayangnya, meskipun membosankan wujudku sekarang adalah kucing menggemaskan," ledek Seon."Hey... Kau, kau!""Lihatlah," titah Seon pelan sembari menunjuk Lucy yang sedang memandang penuh takjub pada dirinya sendiri di cermin. Wanita itu berputar-putar sambil mengedipkan satu matanya
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status