All Chapters of BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN: Chapter 61 - Chapter 70
120 Chapters
Bab 61
"Sepertinya Zaki ingin menemui Anda, Nona. Apa yang terjadi sampai dia senekat itu?" Pertanyaan Maria membuyarkan lamunan.Aku juga tidak mengerti. Namun, pikiran melayang pada kejadian lalu tepatnya saat bertemu Maya di mall. Mungkin dia benar-benar sudah menghasut Mas Zaki agar percaya aku telah memiliki kekasih gelap ataukah ada hubungannya dengan kedatangan Arman?Ya, suami istri konyol itu bilang akan melapor pada Nyonya Aluma. Bisa saja istri pertama Tuan Edbert itu bertindak cepat secara diam-diam ibarat pura-pura mati demi mensiasati musuh.Aroma kesedihan terlalu pekat bagiku untuk menyapa mereka. Sejak tadi aku sengaja membisukan panggilan agar tidak ketahuan karena sepertinya ponsel Mbak Utami pun disembunyikan."Lalu apa yang akan terjadi? Kamu pikir dengan ke sana bisa melegakan hatimu?" Ibu tertawa jahat. "Justru dengan hadirnya kamu di sana akan semakin memperkeruh keadaan. Para pelayan mengira kamu itu pengemis, walau nekat mengaku sebagai suami Tyas.""Sementara Tyas,
Read more
Bab 62
Sejak bekerja di sini hati selalu gundah tak pernah mendapat kedamaian. Aku bagai bunga di padang tandus yang merindukan tetes-tetes hujan.Ketika melirik pada ponsel, jam sudah menunjuk angka 12.30 WIB. Teringat pesan mendiang ayah dahulu bahwa hati yang sudah lalai mengingat Allah tidak akan pernah tenang. Seberat apa pun masalahmu dan sebesar apa pun dosa yang kamu lakukan, jangan pernah ragu memohon ampun.Hamparkan sajadahmu, tunduklah kepada Allah. Beribadah dengan sebaik-baik penghambaan, penuh kekhusyuan dan Insya Allah hati berangsur damai. Jangan lupa membaca Surah Yusuf sebagai penawar kesedihan.Aku memejamkan mata merasa sangat jauh dari Tuhan. Bibir bergerak tipis mengucap istighfar yang sudah lama alpa terucap di lisan. Hati bergetar, perlahan mata hati kembali terbuka."Ini belum terlambat," monologku menatap nanar pada cermin.Sekitar sepuluh menit mondar-mandir dalam kamar akhirnya tangan kananku meraih gagang pintu hendak berwudhu. Setiap tetes yang menyentuh wajah
Read more
Bab 63
Jam menunjuk angka empat sore, aku mencari-cari akun Facebo0k Aminah. Tidak lama karena memang sudah berteman sejak dulu. Nasib baik, temanku itu sedang aktif terbukti ada titik hijau di profilnya. Aku memulai obrolan dengan salam, seperti biasa dia selalu me-respons baik. Kami saling menanyakan kabar hingga aku menulis satu masalah, tidak terlalu jujur hanya mengatakan punya dosa besar. Dia membalas dalam tiga blok. [Tidak apa-apa. Penyesalan pun adalah taubat, Tyas. Mungkin kemarin kamu melakukan kesalahan, tetapi selama nyawa masih dikandung badan itu artinya Allah akan menerima taubat jika jika bersungguh-sungguh memohon ampun.] [Bukankah mudah memohon ampun pada Allah karena Dia tidak menyebar aib kita, berbeda dengan manusia yang tidak sedikit dari mereka merasa angkuh ketika diucapkan kata maaf untuknya? Allah selalu ada untuk hamba-Nya, dekat sekali. Lebih dekat dari urat nadi.] [Dalam hadis qudsi Allah berfirman: "Ana 'inda dzinnika wa ana ma'aka idza da'autany. Artinya,
Read more
Bab 64
"Kita harus bulan madu ke Amerika, Tyas. Aku heran kenapa sampai sekarang belum ada tanda-tanda bahwa dirimu sudah hamil!" seru Tuan Edbert setelah dua bulan lebih berlalu.Aku hanya bisa menunduk karena memikirkan tamu bulanan yang sudah lama alpa apalagi saat disuruh ke salon malah melepas IUD dan memilih konsumsi pil KB karena perut sering merasa nyeri. Napas berembus berat, perjalanan ke Amerika nanti sama saja mengikis jarak pada neraka jahannam.Niat untuk taubat masih kuat bahkan setelah melakukan tugas, aku selalu menangis memohon ampun pada Tuhan. Pernah juga menyampaikan penolakan pada Tuan Edbert, tetapi nyawa nyaris lenyap."Mungkin belum waktunya, Ed," jawabku kemudian sambil merapal doa dalam hati agar kehamilan itu tidak pernah terjadi.Kami bahkan pernah memeriksa kesuburan pada dokter spesialis, katanya tidak ada masalah. Beruntung saat itu IUD sudah lepas atau Tuan Edbert akan semakin murka."Tidak, ini salah! Mungkin karena kita jarang melakukannya karena sedikit wa
Read more
Bab 65
"Katakan, perempuan seperti apa?" tantangku. Biar saja jika semua terungkap, aku tidak lagi peduli.Akan tetapi, Nyonya Aluma hanya tersenyum. Dia menggerakkan jemari lentik itu di wajah Tuan Edbert. Napas lelaki itu seketika memburu, wajahnya merah entah karena apa."Bahkan kamu tidak berubah setelah punya istri simpanan, Ed. Aku tahu hasratmu seketika membuncah," cibirnya berhasil membuat Tuan Edbert memalingkan wajah.Pasti ada sesuatu di antara mereka sehingga Tuan Edbert yang terkenal dingin dan terkadang tidak punya hati bisa berubah lemah seperti itu. Entah karena istrinya jauh lebih kaya atau pernikahan itu terjadi sebab perjodohan.Tanganku terkepal kuat ketika cincin Nyonya Aluma dilempar mengenai wajahku. Dia sengaja melakukan itu, tetapi motifnya aku belum tahu. Padahal cincin yang dilempar bukan emas melainkan permata.Mata itu benar-benar menampilkan aura jahat. Kakiku melangkah mundur mewanti-wanti terkena tendangan bebas. Toh bisa saja sekalipun dia cantik, tidak menut
Read more
Bab 66
Senyum di wajah yang sempat merekah indah bagai bunga di musim semi seketika pudar laiknya daun kering yang jatuh meninggalkan pohon. Bukan tanpa sebab, semua terjadi karena Maria.Dia melanjutkan kalimat tadi, "tetapi Anda jangan langsung senang dulu, Nona. Kita belum bisa memastikan kapan waktunya untuk membawa Anda keluar dari sini.""Kenapa?""Bertindak ceroboh sama saja menusuk belati di jantung sendiri."Sekalipun memutar otak memaksa untuk paham, aku tidak bisa. Kaki melangkah cepat menghampiri Maria dan membawanya ke ruangan kosong tempatku dikurung dulu atau Nyonya Aluma akan mendengar pembicaraan kami jika dia kembali.Setelah sampai, aku memaksa Maria menjelaskan apa maksudnya ingin membantu, tetapi belum tahu kapan akan bergerak."Anda tidak merasakan aura Nyonya Aluma?""Aku merasakannya. Memang ada apa?""Dia bisa membunuh Anda kapan saja. Nyonya Aluma perempuan yang berani bertindak tanpa rasa takut bahkan ketika Tuan Edbert selingkuh dengan anak seorang pejabat, Nyonya
Read more
Bab 67
Louis kembali masuk dengan Nyonya Aluma, aku terkesiap khawatir terjadi sesuatu. Dalam keadaan sekarang, tidak ada yang bisa dilakukan selain tunduk patuh padanya. "Jambak rambutnya!" perintah Nyonya Aluma. Louis langsung menarik rambutku ke kanan, lalu kiri secara bergantian. Ingin rasanya aku muntah apalagi sejak tadi perut belum terisi makanan. Sakit semakin mendominasi ketika Louis menendangku hingga tersungkur ke belakang bersama kursi. Lengan pastilah lebam karena terbentur kasar di lantai. Nyonya Aluma tertawa puas. "Bagus! Aku suka cara kerjamu. Sekarang panggil Maria ke sini!" "Baik, Nyonya!" Nyonya Aluma mendekat, matanya menyalak tajam. Di sana seperti ada semburan api yang siap melahap habis diriku. Tidak ada seulas senyum di bibir manisnya. "Selama ini kamu menikmati uang Edbert, tetapi bukan itu yang membuatku marah!" ketusnya, lalu melempari wajahku dengan uang yang diambil dari tas mahal yang dibawanya. "Uang sebanyak itu cukup untuk membelimu. Pergilah dari sin
Read more
Bab 68
"Apa yang sudah terjadi?""Nyonya Aluma memaksa kami untuk mengikat Nona Tyas di ruang bawah tanah, Tuan," jawab Maria cepat."Lalu malam nanti para pelayan diminta untuk meniduri Nona Tyas satu per satu. Kami tidak tahu harus berbuat apa karena takut melawan, makanya aku meminta Maria mengabari Anda," tambah Louis.Pergerakan tangannya begitu lincah melepas tali yang mengikatku di kursi. Rasa sakit akibat ditendang dan dijambak tadi masih terasa, tetapi aku tidak menyimpan dendam pada mereka berdua.Di luar dugaan ternyata niat membantu hanya saja posisinya di rumah ini lemah untuk seorang Nyonya Aluma. Mereka berani sekali mengambil resiko bahkan tidak mengabariku lebih dulu, mungkin agar aktingnya terlihat alami.Perfect! pujiku dalam hati.Sialnya Tuan Edbert malah membawaku dalam pelukannya. Jantung lelaki itu bertalu cepat sekali, hanya saja aku lebih fokus pada Maria yang seketika membuang pandangan."Ed." Aku berusaha melepas pelukannya. Nihil, malah semakin erat."Biarkan sep
Read more
Bab 69
"Dia siapa, Ed?!" desakku tidak sabaran. Lelaki itu mematung beberapa saat dengan tatapan kosong. Pekerjaan yang memuakkan adalah apabila menunggu jawaban, tetapi zonk. "Dia Aluma." Tebakanku rupanya benar. Tentu saja perempuan itu yang mengirim foto Verial dan William agar lelaki idamannya percaya. Sekarang aku juga yakin kalau kejadian itu adalah jebakan dan tentang perselingkuhan hanya tuduhan palsu. "Sekarang rahasiamu sudah terbongkar, Ed. Aku pun tidak bisa lagi menyembunyikan rahasiaku lebih lama. Namun, sebelum itu aku ingin bertanya lagi." Tuan Edbert diam. "Apa kamu menyadari bahwa Maria adalah Verial?" "Tentu saja. Tepat pada hari di mana Maria memelukku dari belakang, cerita dan juga tuduhannya di ruang kerjaku. Selama ini aku memang merasa familiar dengan wajahnya, ketika ingatan itu pulih aku semakin sadar, tetapi lebih baik dianggap mati!" "Dia tidak selingkuh, aku bisa menjamin itu. Kedatangannya ke sini dan bekerja sebagai pelayan adalah untuk mencari tahu tent
Read more
Bab 70
Setelah kembali berpakaian, aku duduk termangu di tepi tempat tidur. Sejak tadi takut mengeluarkan suara karena Tuan Edbert juga diam. Amarah yang memuncak ternyata bisa merubah kita jadi singa kelaparan.Dosa ini semoga menjadi kali terakhir dalam hidupku. Tuan Edbert awalnya tidak kusalahkan karena mengira aku adalah miliknya. Akan tetapi, setelah kejadian tadi ... dia juga mementingkan ego demi kepuasan sendiri."Temani aku menemui Maria. Dia harus mendapat penjelasan."Aku mengangkat wajah. "Benarkah?"Tuan Edbert yang memang sejak tadi berdiri di depanku mengangguk. Dia mensejajarkan wajah kami hingga kecupan lembut kembali mendarat di dahiku.Kami melangkah beriringan mencari Maria. Tidak terlalu lama karena dia berdiri di dekat tangga. Tuan Edbert mendekat, aku mengekor di belakang."Ikut aku!" perintahnya.Kaki bergerak cepat menuruni anak tangga satu per satu. Tepat di ruang kerja Tuan Edbert, perempuan itu ditarik dalam pelukannya seolah aku tidak melihat mereka."Maafkan ak
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status