Semua Bab PAPA MUDA: Bab 11 - Bab 20
112 Bab
BAB 7 B
PAPA MUDA 7 BOleh: Kenong Auliya Zhafira"Memang susah bicara sama kamu, Al." Sang ibu kembali menarik napas dan mengembuskannya kasar. Kesal. Ia memilih membaca majalah yang ada di tumpukan meja kecil dekat sofa. Merayu hati yang beku rasanya seperti memecah karang di lautan dengan tangan. Sia-sia. Alsaki menggeleng melihat wanita di depannya yang sudah beberapa kali bersikap demikian. Ya, ini bukan pertama kali dirinya mendapat permintaan untuk mencari istri sekaligus mama untuk Gala—anaknya. Ia hanya berhati-hati saja mencari pendamping hidup. Pengalaman lalu cukup memberi tamparan sekaligus pelajaran. Tidak selamanya cinta bersemi nan semerbak wangi bisa bertahan ketika angin datang menerpa. Nyatanya dirinya gugur dalam lembah dosa hingga terjebak pernikahan penuh drama. Bukan bahagia yang didapat, tetapi luka kehilangan karena wanitanya menganggap tugas sebagai istri sekaligus ibu bukanlah impian terbesar dalam hidupnya. Mengingat kisah lalu membuat dadanya kembali nyeri. Als
Baca selengkapnya
BAB 8 A
PAPA MUDA 8 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelupakan memang hal tersulit dalam hidup. Bahkan mungkin tidak bisa dilakukan meski waktu sudah berjalan begitu lama. Karena sia-sia saja jika memaksa melupa, tetapi hati masih menyimpan perasaan, baik cinta atau pun luka. Semua itu justru kian membawa diri pada orang yang telah memilih pergi. Ibarat pepatah menelan bratawali yang sudah jelas rasanya pahit.Alsaki masih saja memukul kecil kepalanya sendiri. Ia terus merutuki ucapan yang keluar dari bibirnya. "Dasar bodoh, bodoh, bodoh!" lirihnya sembari berjalan ke ruangannya. Dari luar pintu suara anaknya terdengar begitu bahagia bersama sang nenek. Pikirannya mungkin tengah memamerkan hasil mewarani hari ini. Namun, ketika tangan hendak membuka pintu, pertanyaan Gala pada neneknya membuat Alsaki mematung di tempat. Bahkan ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan demi mendengar pembicaraan serius tentang wanita yang tidak pernah dilihatnya. "Nenek ... kalau Gala meminta Kak Dyra sepe
Baca selengkapnya
BAB 8 B
PAPA MUDA 8 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Sementara Adrian—pria yang membenarkan penuturan wanita di sebelahnya mulai tersihir pesona Dyra—karyawan yang belum ada sehari bekerja. Ia mengakui kecantikan dan keceriaannya memberi suasana berbeda di konter. Seakan ada bunga yang tumbuh di antara rumput semak-semak. Tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan bulan sabit. Manis. "Apa aku mulai menyukainya?" tanyanya dalam hati. Baginya seorang Andyra sosok wanita yang mudah menyesuaikan diri di lingkungan baru, terutama di Gala Cell. "Aku pasti udah gila. Masa baru kenal udah kayak gini rasanya," batinnya lagi mencoba menepis rasa yang berkecamuk dalam dada. Akan tetapi, satu tepukan dari Malik—teman kerja satu tahun lalu menyadarkan akalnya.  "Jangan dilihatin terus, nanti kamu jatuh cinta. Kalau sampai itu terjadi, saingan kamu
Baca selengkapnya
BAB 9 A
PAPA MUDA 9 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerbohong di depan anak kecil itu adalah hal yang tidak akan pernah dilakukan seorang lelaki bergelar papa. Itu sama saja menanam benih tidak baik pada tanah yang belum terjamah. Seperti buku baru pun terlalu sayang diisi dengan coretan. Ya, Aslaki tidak ingin menanamkan itu pada jagoan kecilnya. Lebih baik menjawab apa adanya, sesuai hati nurani. Pria yang memutuskan mengambil semua tanggung jawab itu setengah membungkuk, mensejajarkan tinggi tubuh sang anak. "Sayang ... meminta hal seperti itu tidak mudah. Kak Dyra ini di sini bekerja, pasti memiliki banyak mimpi. Bahas soal Kak Dyra sampai sini saja, ya?" rayunya dengan bahasa yang entah bisa dimengerti atau tidak. Setidaknya bisa meredam rasa ingin tahunya. Beruntung Gala adalah anak yang cepat tanggap. Ia bisa merespons jawaban pria yang telah memberi kasih sayang tanpa batas. "Iya, Pa. Tapi, nanti Gala mau minta sama Allah supaya Kak Dyra mau jadi Mama Gala. Ya udah, kita pulang dulu
Baca selengkapnya
BAB 9 B
PAPA MUDA 9 B    Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Pria yang masih meneguhkan keputusan hatinya mulai pura-pura menyibukkan diri dengan membolak-balik buku catatan pembelian pulsa. Hal itu dimaksudkan untuk mengusir perasaannya yang mulai tidak menentu. Namun, sama sekali tidak berhasil. Hati dan akanya masih saja tidak sejalan. "Kenapa jadi begini ya ...?" tanyanya pada sendiri, tetapi tidak menemukan jawaban apa yang ia mau, tentunya jawaban yang bisa mengobati dadanya. Gejolak itu masih belum terkendali.  Sedangkan wanita yang tengah berselancar dalam khayalan seorang Alsaki justru tengah susah payah menstarter roda duanya. Peluh perlahan membasahi kening tatkala mencoba alternatif lain dengan sistem manual.  "Kenapa pakai mogok segala sih! Perasaan tadi pas berangkat masih baik-baik aja," ger
Baca selengkapnya
BAB 10 A
PAPA MUDA 10 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu wanita yang tanpa sengaja kerap membangkitkan kisah lalu mungkin tidak pernah diharapkan semua orang. Walaupun kemungkinan luka itu bisa menemukan penawar lewat jalan tidak terduga. Siapa sangka orang yang mengingatkan kesakitan itu justru nantinya menjadi orang paling berarti. Bukankah itu skenario terbaik dari Tuhan?Pria yang masih mengulur rasa sabar menarik napasnya dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Kali ini ia lebih bisa mengontrol segala perasaan yang jelas mengorek bekas luka. Alsaki sengaja mengedarkan pandangan ke arah lain agar setengah setan dalam tubuhnya menyingkir sejenak.Setelah kembali menemukan keseimbangan akal, ia menatap lagi wanita yang masih menunggu jawaban. "Udah lah! Nggak usah bahas masalah ini! Mending kamu naik, nanti keburu malam. Aku harus kembali ke konter hingga nanti jam kerja selesai. Buruan!" ajaknya sembari menaiki roda duanya. Ia tidak peduli lagi bagaimana wajah pemilik wanita bernama Andyra
Baca selengkapnya
BAB 10 B
PAPA MUDA 10 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Dyra menatap bayang pria yang ternyata memiliki sisi lain hingga tertelan malam. Kemudian melangkah menuju rumah. Kakak satu-satunya pasti menanti gelisah karena kepulangannya sangat terlambat. Ia perbikir tadi hanya sebagai interviu biasa, tetapi malah langsung bekerja. Baginya itu tidak masalah, karena memang saat ini tengah membutuhkan pekerjaan. "Akhirnya bisa punya uang jajan sendiri. Mulai besok aku akan fokus bekerja. Membaca novel bisa dilakukan jika sudah pulang," batinnya tersenyum sembari melangkah cepat menuju rumah.  Tidak sampai lima menit, akhirnya Dyra sampai di depan rumah sang kakak. Ia memilih tinggal bersamanya untuk membantu apa yang bisa dibantu, termasuk antar jemput Cantika—anak kakaknya. Namun, semakin ke sini mulai ada rasa sungkan apabila meminta uang
Baca selengkapnya
BAB 11 A
PAPA MUDA 11 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapati seseorang yang tidak ingin tinggal menetap dalam satu cinta tengah berdiri di sana, membuat semua kesakitan lalu kembali terurai. Bekas luka yang mengering seketika kembali membasah perih. Pria yang tidak harus berbuat apa memundurkan langkah, bersembunyi sejenak dibalik pohon. Ia merasa tidak perlu bertatap muka untuk sementara. Mental dan hati belum sekuat itu menyapanya. Alsaki tidak mau wanita itu berpikir kalau dirinya masih belum bisa melupakannya. Karena nyatanya memang tidak salah. Ia masih saja terjebak bayang masa lalu."Lebih baik aku di sini dulu sampai dia pergi," ujar Alsaki sembari mencuri pandang dari balik pohon. "Senyum itu masih manis seperti dulu. Bahkan kamu tambah cantik," ujarnya lagi mengagumi sosok wanita yang pernah membuat tergila-gila dan nyaris gila sungguhan sejak memilih pergi. Debar dada kian menjadi ketika Arista melangkah pulang. Satu unit roda dua bermerek dengan logo semakin di depan menjadi tuj
Baca selengkapnya
BAB 11 B
PAPA MUDA 11 B    Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Arista menarik napas sedalam mungkin, lalu mengembuskannya perlahan. Memundurkan atau menghentikan waktu jelas tidak mungkin. Hanya penyesalan tidak bertepi yang selamamya tidak akan pernah mendapat pengampunan dari seorang Alsaki.  "Pasti Gala sekarang sudah tumbuh menjadi laki-laki yang sama seperti kamu, Al ...," lirihnya, lalu kembali menarikan jemari pada keyboard. Merangkai cerita utuh berbalut perasaan rindu yang ada. Biarlah kesalahan ini ia tanggung sendiri. Apabila rindu kembali mengusik, ia bisa kembali mengunjungi lain waktu seperti beberapa jam yang lalu. Sebagai seseorang yang pernah menancapkan luka, Arista sadar bahwa tidak mudah mengemis waktu pria yang selalu memegang kata-katanya. Ucapan Alsaksi masih terekam jelas dalam ingatan, yakni saat tidak akan menerima lagi
Baca selengkapnya
BAB 12 A
PAPA MUDA 12 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Keadaan hati yang belum baik-baik saja dari tragedi masa lalu terkadang menyisakan bimbang tidak bertepi. Bukan tidak bisa memilih, hanya saja belum ada persiapan jika nanti jantung hati harus kembali tersayat dan berdarah. Sungguh bukan hal yang diharapkan apabila terjatuh pada satu lubang satu penyesalan. Entah menyesal tidak bisa menahan, atau menyesal tidak bisa memaafkan. Pria berusia dua puluh lima tahun itu masih terus memijit pelipisnya hingga rasa sakit itu sedikit lenyap, bahkan kalau perlu menghilang. Akan tetapi, justru kian datang dan menyerang. Bahkan menjerat kuat sisi hati yang selama ini ia bentengi begitu kokoh. "Aku harus apa? Kenapa takdir terasa begitu kejam? Kenapa setelah mencoba baik-baik saja selama lima tahun harus kembali melihatnya lagi?" ujarnya lagi dan lagi diwarnai sesal. Bukan menyesal bertemu kembali, tetapi lelah jika harus membalut lagi luka yang hampir mengering. "Siapa yang kejam, Al? Apa terjadi se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status