All Chapters of Hamil anak siapa?: Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
Emosi
Nadia tidak percaya saat Devinta memberitahunya jika Deva enggan bertemu dengannya karena Deva merasa tidak pantas bagi Nadia dan apa yang sudah terjadi sebelumnya adalah kesalahan. Kesalahan berbuah janin tak bersalah yang harus hadir diantara mereka. "Deva dimana sekarang, Nadia mau bertemu." berang Nadia sambil menatap tajam ke tiga orang tua di dekatnya. "Tapi, Sayang, Nadia kamu jangan memaksa, Deva tidak mau." Devinta kembali meyakinkan Nadia yang menggelengkan kepala tidak percaya dengan ucapan mama dari lelaki yang ia cintai. Napas Nadia memburu cepat, lalu mendadak ia meringis merasa tidak nyaman di perutnya. Arkana panik, ia beranjak lalu mendekat ke sang putri. Mengusap perut Nadia begitu penuh sayang. "Tidak boleh begini, kita harus jujur. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan cucuku dan Mamanya." Arkana begitu menatap tegas Raka dan Devinta. "Ada apa, Ayah, ada apa?" tuntut Nadia. Raka dan Devinta menatap penuh rasa sedih ke Nadia yang menanti jawaban. ***
Read more
Tidak menyerah
Nadia berdiri di depan pintu masuk gedung apartemen, menunggu Devinta yang berniat mengajaknya ke suatu tempat. Tak lama, mobil sedan mewah warna merah berhenti di depannya. "Nadia, ayo," ajak Devinta. Nadia segera masuk ke dalam mobil. Devinta mencium kedua pipi Nadia lalu mengusap perut buncitnya. "Kita mau kemana, Tante?" tanyanya sambil menatap ke Devinta yang anggun dan begitu feminim. Pembawaannya memang bak ibu-ibu sosialita tapi aslinya sederhana. "Ke mal," jawab Devinta sumringah. Nadia tersenyum tipis. Sementara, Arkana dan Raka sibuk mencari donor jantung sambil Arkana memantau pekerjaannya. Raka pun sama, ia sibuk memantau bisnisnya di Jepang. Kedua lelaki itu duduk di kedai kopi dekat rumah sakit. "Zenya apa kabar? Saya senang Devinta bisa melahirkan anak perempuan," tutur Arkana tulus."Ya, Zenya baik. Dia sekolah di sini, tapi home schooling karena kami harus lebih sering di rumah sakit," jawab Raka. "Risa apa kabar? Masih marah ke Nadia?" "Baik dan ya ... masih, k
Read more
Deva pulang
"Dimakan buahnya, Dev, jangan malas," omel Nadia yang menyuapi Deva potongan buah apel sambil duduk di tepi ranjang kamar rawat yang sudah beberapa waktu Deva tinggali. Calon ayah itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Tangannya yang terpasang infusan juga selang obat, meraih jemari tangan Nadia. "Maafkan aku, sempat bertindak konyol." Ia mengecup jemari tangan Nadia begitu lembut, penuh perasaan bahkan hingga kedua matanya terpejam. "Aku paham, dan tidak perlu dimaafkan, karena kamu tidak salah juga, Dev." Nadia begitu berpikir dewasa, usianya masih 19 tahun, tapi tidak bisa dianggap labil. Mentalnya ditempa begitu hebat melalui jalan hidup saat kecil bahkan kini, saat ia diabaikan Risa karena mengecewakan wanita yang sudah melahirkannya. Deva menggeser posisi tidurnya, ia menepuk sisi tempatnya semula. Nadia meletakkan piring ke atas meja dengan roda kaki, ia dorong sedikit menjauh. Nadia merebahkan diri di samping Deva, sudah tiga malam ia di sana, menemani kekasih h
Read more
Jeritan Nadia
Satu minggu setelah mereka tinggal di sana, pernikahan dilangsungkan. Tidak megah apalagi mewah. Deva memakai setelan tuxedo warna hitam sedangkan Nadia brokat warna puting tulang sepanjang telapak kaki dengan aksen pita kecil di tengah, yang membuat perut buncitnya terlihat.Devinta sendiri yang mendandani calon menantunya, ia begitu tampak bahagia. "Udah cantik, Deva pasti terharu lihatnya," bisik Devinta. Nadia tersenyum, walau sesungguhnya, hatinya sedih karena tidak ada Risa dan Calvin, tak lengkap rasa bahagianya.Di ruang tengah, para pria sudah bersiap, terlihat Deva tampak gugup yang coba ia tutupi dengan senyuman ke Arkana juga Raka."Kamu baik-baik aja, Dev, tidak sesak atau merasakan sesuatu?" tanya Raka sambil merangkul Deva."Tidak, Pa," jawabnya santai tapi beberapa kali menarik napas dan menghebuskannya pelan, ia juga beberapa kali tampak berdeham.Devinta dan Nadia berjalan bersama, Deva mematung ditempat, begitu terkesima dengan cantiknya Nadia yang juga tersenyum ke
Read more
Malaikat kecil
Nadia terus mengejan, ditemani Risa ia berjuang melahirkan putranya. Tangis, peluh, jeritan sakit, semua hal itu terdengar kencang di telinga. Risa ikut memandu Nadia saat melalukan dorongan pada panggulnya. "Argh!" teriak Nadia lalu dokter mengangkat bayi laki-laki yang langsung menangis kencang setelah keluarkan cairan dari hidung dan tenggorokan. Tangis Nadia pecah, ia histeris karena sadar suaminya tidak sadarkan diri. Risa memeluk kepala Nadia, menenangkan putrinya yang kini sudah menjadi seorang ibu. "Deva!" jerit Nadi kencang diikuti tangis histeris, ia melupakan rasa sakit setelah melahirnya, karena hatinya jauh lebih sakit karena kondisi suaminya. ***Nadia tersadar, ia sempat pingsan beberapa jam. Arkana begitu sedih saat melihat putrinya sangat pucat hingga harus transfusi darah. Risa menggendong bayi tampan itu dengan diiringi senyuman. "Mama," ucapnya sambil mendekat ke Nadia. Raut wajah Nadia kembali sendu, Risa mendekatkan wajah bayi itu ke pipi Nadia. "Hai, baby
Read more
Melepaskan
Bak tersambar petir di siang bolong, Nadia hanya bisa terus memeluk Deva yang sudah tak bergerak. Suaminya pergi untuk selamanya disaat ia tak bisa melihatnya untuk melepaskan. Tangisnya terus terdengar di kamar jenazah rumah sakit. Devinta pun sama, melepas kepergian sang putra tidaklah mudah. "Deva ...," lirih Nadia dengan suara bergetar dan air mata terus membasahi wajah. Ia menciumi wajah suaminya yang sangat tampan bertubi-tubi. "Kenapa tinggalin aku, hm? Kamu janji nggak mau pergi, 'kan? Mau berjuang buat aku dan anak kita?" lirihnya sambil kembali menciumi wajah Deva. "Nak, kita harus bawa Deva ke tanah air, kita makamkan di sana, ya. Yang kuat sayang, Ayah dan Papa Raka mau urus semuanya. Kasihan Deva kalau kamu terus begini." Arkana memegang kedua bahu Nadia, supaya mau melepaskan pelukan dari Deva. Nadia kembali mencium lama bibir Deva yang tak bergerak tapi masih terasa hangat. Risa meminta Zenya memangku Calvin sementara ia memeluk Nadia erat. Janda diusia muda, siapa
Read more
Janda muda
Siapa yang mau menjadi janda diusia muda. Genap memasuki usia dua puluh tahun, Nadia menyandang status janda muda. "Kenan, Mama kuliah dulu, ya. Jadi anak baik, ya, ganteng," pamit Nadia ke Kenan yang berada digendongan Arkana. Nadia mencium pipi gembul Kenan yang sudah berusia empat bulan. Setiap pagi setelah minum ASI, lalu mandi. Kenan kembali tidur jam delapan dan seringnya di gendong Arkana karena lelaki itu sekarang jarang ke kantor, seringnya bekerja di rumah semenjak ada Kenan walau tinggal terpisah rumah di seberang. "Hati, Nak," ujar Arkana. "Iya. Bye, Ayah," pamit Nadia. Ia berjalan ke garasi, lanjut pamit ke Risa yang sedang bercocok tanam, menanam bunga ditemani Calvin yang main selang air. "Bun, Nadia berangkat, ya." Ia mencium pipi Risa, lalu Calvin yang basah kuyup. "Iya. Hati-hati, Nak! Pulangnya jangan naik ojek lagi, tunggu Pak Diman jemput.""Iya. Bye!" Nadia melambaikan tangan, tapi baru hendak membuka pintu mobil, ia berlari ke teras untuk mencium Kenan yang
Read more
Perhatian baru
Hai apa kabar, selamat membaca, ya!____Arlan tampak asik berbincang dengan Arkana, bahkan saat Nadia kembali ke rumahnya sendiri di seberang rumah Arkana. Pintu kamarnya di ketuk, Risa berjalan masuk perlahan lalu duduk di tepi ranjang."Gimana kondisi kamu? Bunda nggak yakin yang kata Arlan, kamu nangis karena belum pumping," tanyanya. Nadia masih diam, ia sedang fokus menatap wajah Kenan yang menyusu padanya. Kedua mata Kenan mirip Deva, setidaknya hal itu mengobati rasa rindunya walau sedikit."Nad, mau kuliah on line aja? Atau kursus? Bunda sama Ayah bisa panggil guru ke rumah. Kamu juga bisa sering sama-sama Kenan?" Tawaran Risa menggiurkan, tapi Nadia tolak dengan gelengan kepala."Nadia cuma belum terbiasa aja, Bun, lama-lama juga nggak peduli ucapan mereka. Cuma tiga tahun kuliahnya, Nadia bisa handle." Ia tersenyum, tak ingin membuat Risa khawatir, dirinya juga harus menjadi wanita kuat seperti Risa dulu."Arlan, dia kayaknya baik, Nad.""Baru juga kenal, lagian kalian yang
Read more
Tertarik
Halo ... semoga kalian suka kisah ini, ya. ______Arlan pulang ke rumah setelah jam tujuh malam, tepatnya saat Nadia sudah tampak lelah. Lelaki itu masih berdiri di depan pintu rumah saat Nadia mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan dompenya, memasak, juga menina bobokan Kenan yang sempat bangun. "Nad, semangat terus demi Kenan. Dia pasti jadi anak yang baik dan sayang banget sama kamu," tuturnya. "Aamiin," balas Nadia. Arlan melambaikan tangan pelan, lalu membuka pintu sedan hitam miliknya dan masuk ke dalam. Nadia menutup pintu, ia masih harus mengerjakan tugas kuliah. Esok tidak ada kelas, tetapi dan beberapa temannya mau membeli kain untuk dijahit menjadi baju tema safari yang nanti akan diperagakan di studio jurusan fashion designer. Arlan tak langsung pulang, ia mampir ke satu tempat. Kakinya berjalan pelan dikegelapan malam, tak takut dengan istilah kuburan itu seram. Arlan terus berjalan hingga tiba dipusara Deva. Ia berjongkok, meletakkan bunga mawar putih la
Read more
Kenan sakit
Hai, jangan lupa tinggalkan jejak, ya.______Nadia bersiap ke kampus, semalam ia begadang karena menyelesaikanb tugas kampus. Beberapa kali ia menguap saking mengantuknya. Baru saja menyambar tas kuliah, ia terkejut saat Risa datang mendekat."Nad, Kenan kok demam gini?" Risa memegang kening Kenan yang terasa hangat. Nadia menempelkan tangan ke kening putranya.Ia mengambil alih gendongan Kenan dari Risa, lalu memeluk putranya seraya menempelkan pipi di kening sang putra."Kamu demam, Nak," lirih Nadia. Ia kembali meletakkan tas kuliahnya, lalu mengeluarkan dompet dan ponsel. "Bun, temenin ke rumah sakit, ya," pintanya."Bunda nggak bisa, Nak, mau ada pertemuan warga, Calvin juga nggak ada yang jaga. Kamu sama sopir dulu, ya, Bunda sama Ayah nanti nyusul." Risa memang ada acara dan itu tak bisa dibatalnya. Ia tak enak dengan warga lainnya.Nadia meminta sopir mengantar ke rumah sakit, ia batal kuliah. Urusan anak utama.Kenan mulai rewel, bahkan tak mau minum ASI entah kenapa. Badann
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status