All Chapters of Gairah Bad Boy Salah Sasaran : Chapter 41 - Chapter 50
73 Chapters
Positif atau Negatif
"Kamu mau bukain? Caranya sama seperti apa yang udah aku lakuin sama kamu!" jawab Elang kalem, sedikit mengejek Nindya yang merona malu karena ucapannya.Nindya menggigit bibir, Elang kembali menempatkan dirinya pada situasi yang tidak menguntungkan. Nindya berperang dengan hatinya, nyalinya untuk menelanjangi Elang tidak cukup kuat. Meski Nindya ingin melihat dan meraba otot perut Elang yang keras, semua diurungkan begitu saja. Dia merasa senewen sendiri di bawah tatapan Elang. Konyol karena dia tanpa sehelai benang sedangkan Elang masih berpakaian lengkap dengan tatapan panasnya. "Kamu memang beneran brengsek!"Elang mengabaikan umpatan Nindya, dia justru kembali memeriksa suhu tubuh dosennya. Kali ini punggung tangannya menyentuh dahi Nindya lebih lama. "Selain demam, sepertinya kamu juga rada edan!" Tangan Elang meraih selimut dan menutup tubuh Nindya dari ujung kaki sampai leher. "Tidurlah, kamu masih demam! Aku mau ke kamar mandi
Read more
Obrolan Pagi
Nindya tertegun, menatap Elang dengan ragu lalu mengulas senyum manis. "Aku datang bulan pagi ini, makanya aku segera mandi karena … em tembus! Itu juga yang jadi penyebab aku fix ambil izin istirahat satu hari. Perutku agak sakit. Kamu latihan nanti sore ditemani Vivian?""Oh, nggak jadi hamil berarti ya?" Elang mengangguk samar dengan mata tak lepas memaku Nindya. Mencari kejujuran yang sulit didapatkan dari sikap-sikap introver Nindya. Elang bisa melihat, Nindya seperti orang tertekan saat mengabarkan kalau dirinya tidak hamil. Dan hal itu membuatnya gemas. Elang dengan tak sabar memaksa Nindya untuk mengikutinya duduk di ruang tamu, menempatkan Nindya di sudut sofa dengan jarak sangat dekat dengannya.Nindya menempatkan bokongnya dengan gelisah, dia menggeleng dengan senyum hambar di bawah tatapan Elang. "Biar dites urinenya … hasilnya pasti negatif, El! Aku tidak hamil. Mana ada orang hamil datang bulan?" Elang menatap penuh selidik, "Aku t
Read more
Pemuda Cabul
Elang terbahak melihat Nindya terkejut disertai gelisah, tapi itu tidak cukup untuk menghentikan keusilannya. Nindya boleh keras kepala, tapi Elang bukan pemuda yang mudah percaya apalagi suka mengalah, Elang lebih suka mengedepankan logika dan realita untuk menghadapi Nindya."Baiklah, aku mungkin harus mulai mendengarkan dan menghargai hubunganmu dengan Daniel. Hanya saja, aku akan tetap menjadi gangguan kecil selama aku tidak mendapatkan bukti akurat kalau kamu tidak sedang mengandung anakku!"Nindya diam sejenak sebelum menghembuskan nafas panjang, menunjukkan betapa kacau hidupnya sekarang. "Tidak bisakah kamu sedikit saja percaya padaku?""Aku percaya padamu. Berikan saja buktinya dan aku akan melepasmu! Kamu bisa kembali pada Daniel dan melupakan semua yang pernah terjadi!" ujar Elang gusar. Kesal karena dia tidak tau apakah akan menepati kata-katanya atau ucapannya sebenarnya hanya untuk menenangkan kegelisahan Nindya.Ada perasaan yang su
Read more
Pesona Badboy
Elang mengemudi santai ke arah Malioboro. Membawa Nindya masuk ke salah satu homestay yang berada tak jauh dari kawasan wisata belanja tersebut.Seperti sudah biasa dan sering ke sana, Nindya melihat Elang disapa ramah oleh resepsionis. Bahkan dipanggil dengan sebutan 'mas' di depan namanya.Nindya menaruh curiga kalau Elang sering membawa perempuan untuk menginap di homestay itu. Hati Nindya tercubit, merasa gerah dengan pandangan beberapa orang yang menyapa Elang dengan sopan. Jangan-jangan mereka juga menganggapnya sebagai wanita yang bisa disewa oleh pemuda nakal semacam Elang."Kamu mau ikutan berenang nggak?" tanya Elang serius setelah mereka dekat kolam."Renang gaya batu?" Nindya mendengus terhina dan ngeloyor pergi menuju kafe. Elang terbahak-bahak merasakan emosi dosennya yang tidak memiliki keahlian berenang. Pemuda itu mengekor dan duduk di sebelah Nindya. "Mau makan apa, Sayang?" Nindya melotot, kesal den
Read more
Belanja Bersama
Selesai berenang, Elang dan Nindya makan di kafe homestay. Lebih banyak bercanda sambil menikmati suasana santai. Tidak begitu lama berada di sana karena Nindya mengatakan ingin segera belanja. "Aku butuh membeli beberapa kebutuhan, juga mengisi kulkas yang kosong! Temani aku ke supermarket sebentar bisa?""Oke, ayo berangkat sekarang!""Biar aku yang mengemudi," kata Nindya sembari mengambil kunci mobil yang ada di atas meja.Elang mengangguk, mengekori Nindya yang berjalan di depannya dengan ekspresi rumit. Bahkan setelah mereka berada di dalam mobil, Elang masih terus saja memperhatikan wajah Nindya yang sedikit pucat. "Kamu masih kurang enak badan ya?""Sedikit pusing. Setelah belanja sepertinya aku akan menghabiskan waktu untuk tidur di rumah.""Tapi kamu sendirian di rumah, istirahat di tempatku saja!""No!" tolak Nindya tegas. Dia tidak mungkin bisa tidur di kamar Elang. Tubuhnya memang kurang sehat, ta
Read more
Pakaian Nakal
"Elang?" desis Nindya tergesa berlari mengejar ke dalam toko. "Kamu ngapain ke sini, El?""Aku ingin membelikan pakaian tidur untukmu," jawab Elang singkat. Tangannya meraih lingerie transparan berwarna merah menyala. "Bagaimana pendapatmu, Sayang?" Wajah Nindya seolah terbakar, dia yakin warnanya mungkin sama menyalanya dengan pakaian yang disodorkan Elang padanya. "El, aku tidak memakai pakaian seperti itu untuk tidur!""Aku tau, kamu tidur pakai piyama.""Kalau sudah tau untuk apa membelikan hadiah seperti itu untukku?"Elang meletakkan pakaian nakal itu di tempatnya semula dan berbisik jahil sebelum ngeloyor tak berdosa menjelajahi isi toko. "Piyama untuk tidur saat sendiri, saat tidur denganku kamu seharusnya pakai yang seperti ini! Ya … walaupun sebenarnya aku lebih suka kalau kamu telanjang!""Aku mohon El, jangan membuat ulah di sini!" ujar Nindya yang sudah berada di sebelah Elang, menatap ngeri pada pengunjung yang men
Read more
Super Pengaman
Nindya segera menggeret Elang keluar toko pakaian nakal itu begitu transaksi selesai, menuju tempat lain untuk berbelanja kebutuhan rumah. Pakaian ala pelacur yang dibeli Elang untuknya dan pertemuan dengan mahasiswi bimbingannya yang lain membuat Nindya frustasi.Di dalam supermarket, Nindya mengomel tanpa henti pada Elang yang dilihatnya sama sekali tidak peduli dengan kehadiran dua mahasiswi yang baru saja memergoki mereka membeli pakaian dalam.Mungkin Elang biasa menyandang predikat playboy dan gemar berganti pacar, serta seabrek hal buruk karena citra mapalanya. Bahkan jika itu adalah 'affair' dengan dosen pun rasanya Elang tidak terbebani.Tapi bagaimana dengan Nindya dan reputasinya di kampus nanti? Hal seperti itu terlalu ekstrim bagi Nindya yang memiliki tunangan. Terlebih tunangannya juga mengajar di tempat yang sama dengannya. Apa yang akan Nindya jelaskan jika sampai Daniel mendengar gosip tersebut? Entahlah! Nindya harus sudah siap menerima s
Read more
Khawatir
Dengan sigap, Elang mengambil alih kereta dan mendorongnya ke kasir. Membayar semua belanjaan Nindya dengan uang mendiang mamanya. Dan lagi-lagi Elang rela melakukan itu semua."Kamu sok berduit banget pake bayarin belanjaan aku? Uang dari mana, El?""Jatah makan bulanan!" jawab Elang enteng."Kamu juga membayar pakaian panas tadi ….""Itu tabungan dari menang lomba."Nindya menatap Elang penuh selidik tak percaya, "Nanti aku ganti!""Pake cinta?" Enak saja! Tapi tetap saja Nindya berdebar-debar mendengar pertanyaan yang sepertinya spontan keluar dari hati itu.Tak lama, mereka sudah berada di parkiran untuk menyusun barang di bagasi mobil. Hanya dua kantong plastik besar untuk belanjaan dan satu kantong berisi pakaian yang baru mereka beli.Elang memperhatikan Nindya menutup pintu belakang sebelum menyudutkan punggung wanita itu hingga menempel di bagian belakang mobil. Kedua tangannya mengungkung Nin
Read more
Tangan Pemanjat
Elang memaksakan diri untuk memijat telapak kaki Nindya. Memberi rasa rileks dengan cara mengurut perlahan. Dia tidak ahli soal itu, tapi keseriusannya ingin membantu mengurangi rasa kembung di perut Nindya patut diapresiasi."El …." Sesekali Nindya mengaduh, bukan karena rasa sakit tapi lebih ke rasa geli yang membawa gelenyar ke seluruh tubuhnya. Perasaan asing yang akhirnya muncul kentara saat Elang menyentuh bagian manapun dari tubuhnya.Nindya mengerang. Ini bahkan belum malam, dan Nindya sudah berpikir yang macam-macam tentang kelakuan Elang yang selalu kurang ajar padanya. Sialnya, kali ini Nindya menikmati pijatan ringan penuh kehangatan dari mahasiswa cabul tersebut."Aduh!" Nindya bergumam pelan."Sakit?" Spontan Elang menurunkan tekanan tangannya yang sedang mengurut bagian betis. "Sedikit.""Apa karena tanganku kasar?"Lagi pula mana ada atlet panjat yang tangannya halus? Point yang dipakai untuk berpegangan saat merayap atau menggantung
Read more
Godaan Nindya
Satu jam kemudian, Nindya mengguncang pelan tubuh Elang, membangunkannya. Tapi Elang terlalu lelah setelah latihan berat. Dia masih saja tidur nyenyak. "El, aku mau pulang!" bisik Nindya rendah tak jauh dari telinga Elang."Hm," jawab Elang dengan mata masih tertutup rapat.Nindya menelusupkan tangannya ke balik kaos Elang, mengusap lembut dari perut hingga dada dan turun lagi ke perut. Mengulanginya beberapa kali sambil bertanya dengan gaya nakal. "El, kamu nggak mau bangun?"Mungkin Nindya sudah gila melakukan hal di luar nalarnya sebagai dosen Elang. Bagaimanapun rasa penasaran mengalahkan segalanya, dan kenyamanan berbantalkan lengan Elang membuat Nindya ingin melakukan hal lain yang bisa membuat hatinya senang.Meski dengan jantung yang berdetak lebih cepat dan perasaan terbakar karena ada gairah yang terpercik saat tangannya menjelajah otot perut Elang, Nindya memilih untuk tidak berhenti. Bukankah selama ini Elang yang selalu menggodanya? Bagaimana j
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status