All Chapters of GADIS BODOH JADI PRIMADONA: Chapter 11 - Chapter 20
61 Chapters
Bab 11
“Yah, Kasih berangkat dulu!” Kasih mencium punggung tangan Ayah. “Sama si tukang ojol itu?” Vania yang baru saja keluar turun dari tangga tersenyum miring. “Dia itu punya nama, Mbak.” Kasih mendelik. Hatinya merasa tergores tatkala kakak perempuannya selalu memandang rendah siapapun dari kaca mata dia. Vania tertawa lalu berjalan mendekat ke arah Kasih dan Ayah.“Ciee marah … lagian gak penting juga buat aku tahu nama si tukang ojol itu. Gak level,” kekeh Vania seraya duduk pada sofa dan mengambil pisang goreng yang tersedia di atas meja. “Iya mending Mbak gak usah tahu namanya, dari pada nanti shock lebih cepat karena sudah menghinanya.” Kasih tersenyum miring. Rasanya ingin segera melihat wajah Vania yang pucat pasi ketika dirinya hadir sebagai istri dari seorang Evander Gasendra---putra satu-satunya dari pemilik perusahaan tempat Vania bekerja. “Eh, Yah! Dia udah berani sombong coba. Jangan-jangan dia lagi berkhayal kalau si tukang ojol itu anak konglomerat yang lagi nyamar ka
Read more
Bab 12
Tak banyak yang mereka obrolkan. Suasana pertemuan mereka pun tak berlangsung lama. Bahkan awalnya Evan menolak untuk makan dulu di sana, tetapi melihat sorot mata penuh harap dan seorang ayah yang tampak begitu kehilangan. Akhirnya membuat Kasih tak tega. “Mas, aku laper! Di rumah jarang ada makanan enak kayak gini,” bisik Kasih ketika Tuan Gasendra baru saja mendengar penolakan Evan. “Kita pulang, nanti makan di luar!” bisik Evan dengan mata memandang ke sembarang. “Makanlah dulu, Van! Papa minta maaf atas semua yang sudah papa lakukan! Papa ‘kan sudah merestui kamu untuk menikahi perempuan pilihan kamu! Jadi Papa mohon kembalilah! Tinggalah lagi di rumah ini!” tukasnya seraya menatap penuh harap. Hati kecil Kasih tak tega. Gelayut rasa sedih dan rasa sesal tampak begitu nyata di mata lelaki paruh baya yang rupanya tak mengenalinya itu. “Ck! Bukankah biasanya Papa lebih senang makan semeja dengan Tante Niki yang katanya selalu kesepian? Bukankah Papa lebih sayang Reyvan yang ta
Read more
Bab 13
Evan baru saja selesai mengutarakan niat baiknya untuk melamar Kasih pada Ayah dan Ibu. Lelaki paruh baya itu menatap Evan.“Apa yang kamu bisa berikan untuk membahagiakan Kasih? Hmmm apa sudah punya rumah?” Ayah menatap Evan dengan tatapan menimbang. “Saya ada rumah, tapi rumah orang tua, Yah. Kebetulan masih ada kamar kosong untuk kami tinggal,” jelas Evan. Ayah terdiam sejenak, Ibu hanya duduk diam mendengarkan. Kasih menunduk di samping Evan. Dia merasa tak enak ketika pertanyaan ayah seolah begitu meremehkan. Sudut mata Kasih melirik ke arah gorden yang bergerak-gerak di dalam, tampak Vania tengah bersandar di samping jendela kaca rupanya dan menguping pembicaraan. “Apa ada rencana punya rumah sendiri?” Ayah kembali memastikan. “Ada, tapi baru rencana sih, Yah.” Evan menjawab santai. “Hmmm … kalau boleh saya tahu, penghasilan dari hasil narik ojol ini berapa rupiah per bulan?” tanya Ayah lagi seolah tengah mengintrogasi tahanan.“Ayah!” Kasih melayangkan protes. Namun lelaki
Read more
Bab 14
#Gadis Bodoh Jadi Primadona (14)(ADIK YANG KAU SEPELEKAN, MENJADI MENANTU BOS BESAR)Selamat membaca! Ayah dan Ibu saling bertukar pandang. Ayah meminta sertifikat rumah pada Kasih untuk dia periksa. Sontak kedua netranya membelalak. Berulang kali Ayah menelan saliva melihat harga rumah yang tertera dan disebutkan dibeli dengan tunai atas nama Evander Gasendra. Kedua alis ayah saling bertaut. Dia menatap Evan, lalu menautkan kedua alisnya dan menatap tajam pada lelaki itu. Sayangnya memang tak curiga, jika nama belakang yang dipakai oleh Evan adalah nama belakang keluarga konglomerat yang kaya raya. “Apa benar ini rumah kamu? Bagaimana seorang tukang ojol bisa membeli tunai rumah semewah ini? Kamu gak melakukan tindak kejahatan kan? Nama kamu juga sok keren, ya? Pakai embel-embel Gasendra? Sayang beda nasib, mereka jadi konglomerat kamu cuma narik ojol!” Ayah tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. “Ayah jangan khawatir. Rumah itu dibeli cash dari uang halal. Kakek dan Nenek y
Read more
Bab 15
"Hallo, Vania! Aku jemput sekarang, ya! Kita ke gedung resepsi berangkat awal saja!” Suara Reyvan terdengar dari seberang gawai yang baru saja diangkatnya. “Hmmm … tapi Pak, adikku juga belum mulai akadnya! Masih di make up sama MUA.” Vania yang tengah duduk bareng Ayah dan beberapa keluarga yang tak henti memujinya sedikit gamang.Awalnya dia akan menghadiri dulu akad Kasih lalu ikut ke gedung resepsi yang katanya gratisan itu. Sebentar saja di sana, setelahnya barulah ke tempat resepsi putra pemilik perusahaan yang mana undangannya sudah tersebar secara digital ke seluruh staff perusahaan. Namun ajakan Reyvan membuat Vania akhirnya bimbang. “Aku sudah di depan, ya! Mau masuk, kok banyak orang! Lagi ada acara apa?" tanya Reyvan yang tak tahu jika Kasih menikah. "Acara kumpul keluarga aja, hmmm bentar ya, Pak. Aku siap-siap dulu!" Vania berbohong. Vania menoleh pada Ayah yang tengah berbincang. “Yah, kalau aku gak saksiin akad Kasih apa boleh?” tanya Vania ragu. Bagaimanapun dia
Read more
Bab 16
“Selamat datang pada acara perhelatan akbar pernikahan Putra tunggal calon pewaris Gasendra Grup yaitu Tuan Evander Gasendra dengan Nona Kasih Permata Hati! Silakan semua mengikuti kami!” jelasnya. Sontak kalimat itu membuat semua orang menganga. Kaki Vania mendadak lemas dan berpegangan pada Niki---calon mertuanya. Ayah memegang dadanya karena terlalu kaget dengan kenyataan yang di luar dugaan. Para tetangga riuh saling mengungkapkan rasa tak percaya mereka. “Mari, silakan masuk Bapak dan Ibu … acara akan segera dimulai!” tukas salah satu panitia yang memang sejak tadi mengarahkan mereka masuk. Para tamu undangan yang merupakan tetangga Handoyo langsung berjalan mengikuti panitia, beberapa dari mereka berdecak dan memuji keberuntungan Kasih yang tak disangka-sangka. “Vani kenapa, Van?” Niki membantu Vania untuk berdiri. Dia menatap perempuan muda yang tampak shock itu. “Gak apa-apa, Tan! Mungkin agak sedikit lelah saja,” tukas Vania. Tak mungkin jika dia bercerita kalau terkejut
Read more
Bab 17
Syahnaz melirik sinis ke arah Niki yang berjalan memunggunginya. Namun fokusnya segera teralihkan pada Evan. Dia memeluk putranya. “Maafin mama, Van!” bisiknya disela isak. “Aku yakin Mama pasti pulang! Mama sudah janji akan menghadiri pernikahanku!” Evan menahan rasa yang berbaur tak karuan di hatinya. Usai memeluk Evan, Syahnaz memeluk Kasih. Dia menangkup kedua pipi Kasih. “Subhanallah … istrinya Evan secantik bidadari … semoga bisa menemani Evan hingga hari tua nanti, ya!” tukasnya. Sorot mata penuh sayang membuat Kasih tersenyum tetapi hatinya gamang. Dia melirik Evan, ya pernikahan ini pun entah. Dia tak tahu isi hati lelaki yang ada di sampingnya. Tak pernah sekalipun Evan menyatakan rasa cinta untuknya. Pernikahan ini hanya untuk kepentingan. “Iya, Mah ….” Kasih hanya mampu mengucap dua patah kata. Dia pun menerima pelukan dari Syahnaz. Ayah dan Ibu Kasih sudah berdiri manis di tempat yang sudah ditunjuk panitia. Dia hanya melihat tetapi tak fokus pada apa yang tengah te
Read more
Bab 18
Keduanya akhirnya kembali saling menjauh. Kasih meneruskan kegiatannya meskipun dengan sedikit canggung. Bagaimanapun rasa gugup mendera, seumur hidup ini adalah pengalaman pertamanya sekamar berdua dengan seorang lelaki. Evan tampak cuek saja. Dia bergegas ke kamar mandi dan membawa pakaian gantinya dari dalam lemari. Tampak dia menyalakan water heater sesaat sebelum masuk. Hingga akhirnya guyuran shower yang terdengar dari dalam kamar mandi. Kasih yang sudah selesai membersihkan make up berdiri mematung. Bingung berada di ruangan asing ini. Kamar yang luas dan rapi, nuansa kamar yang dominan putih membuat kesan lapang semakin kuat. Tak berapa lama, Evan keluar dari kamar mandi sudah berganti dengan kaos oblong dan celana pendek. Dia pun menoleh pada Kasih yang masih terduduk pada sofa dan memainkan gawainya. “Belum tidur?” tanya Evan seraya duduk pada sofa, berjarak hanya beberapa jengkal saja dari istrinya. “Ahm, belum solat isya! Kamu sudah, Mas?” Kasih berdiri dan berjalan m
Read more
Bab 19
Semua sudah berkumpul. Stevani dan Vania berjalan bersisian. Stevani lagi-lagi menebak-nebak apa yang akan disampaikan. Namun Vania tak acuh, hatinya masih sangat kacau apalagi hari ini Reyvan tak masuk. Di aula utama, akhirnya semua berkumpul dengan penuh suka cita. Rupanya Tuan ingin memperkenalkan langsung Evan dan Kasih pada seluruh Karyawan. Semua mata tertuju pada pasangan pengantin baru yang tak lepas mengumbar senyuman.Tuan Gasendra mengumumkan jika hari ini, sebagai bukti kebahagiaannya. Akan dibagikan voucher belanja untuk seluruh karyawan yang sudah bisa diambil di bagian GA setelah pulang kerja. Semua bersorak, suka cita dan bahagia kecuali satu orang yang hatinya penuh dengki, iri dan rasa tersaingi---Vania.Deretan kursi yang sudah disiapkan oleh tim GA dan helper sudah penuh terisi. Beberapa karyawan yang tertinggal tampak berlarian dari lorong-lorong yang terhubung dan memburu pintu aula. Semua saling berbisik, apalagi yang kemarin belum sempat hadir pada perhelatan
Read more
Bab 20
“Hallo, Van! Pulang kerja ikut Papa.” Dia berbicara melalui internal telepon. “Ke mana, Pah?” “Ke hotel sehati.”“Untuk?” “Tante Niki mau ketemu.” “Ck, dia lagi. Kenapa sih, Papa masih saja-” “Sssst! Papa ajak kamu karena Papa gak ingin kesalahpahaman terjadi lagi.” “Ok!” Evan menutup gagang telepon dan tersenyum hambar. Dia duduk dan kembali berkutat dengan pekerjaan yang hari ini baru digelutinya. Sementara itu, Kasih yang sudah mulai bosan berada di ruangan. Dia berjalan-jalan berkeliling, tetapi para temannya waktu kerja di helper, bahkan segan ketika dirinya sekadar menyapa pun. *** Kasih duduk di samping Evan. Keduanya tengah menuju hotel sehati seperti yang disampaikan Tuan Gasendra. Sementara itu, sang ayah berangkat dengan mobilnya sendiri juga ke sana. “Mau ngapain sih, Mas?” Kasih menoleh pada Evan. “Lo, eh kamu ikut saja. Sekalian mau cari kamar buat bulan madu gak?” Evan tersenyum ringan dan mengerling pada sang istri.“Bulan madu? Gak salah?” Kasih mengedik la
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status