Semua Bab Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Bab 131 - Bab 140
195 Bab
Bab 131. Gerogi
Aku segera turun dari mobil mendahului Tante, dengan gerakan cepat aku pun membukakan pintu pagar rumahnya, karena aku masih menyimpan kunci cadangan rumah Tante waktu itu.Kubukakan pintu untuk mereka. Menyilakan mobil Zen masuk ke garasi, sementara mobilku kubiarkan parkir di bahu jalan.Sementara Emak Bapak sibuk dengan membawa belanjaan Roti. Mereka yang membantu membawakan masuk ke rumah Tante.Setelah masuk ke ruang tamu, aku segera mengeluarkan beberapa roti yang aku beli tadi dan memindahkan ke beberapa piring. Menata dengan semenarik mungkin di meja tamu.Setelah merasa puas, aku menghampiri Tante di kamarnya sementara emak bapak memilih menunggu di teras halaman untuk menyambut para tetangga.Aku duduk si sebelah Tante. Memijit lengannya tipis-tipis.Sementara Zen sibuk sendiri entah apa yang dikerjakannya.“Sherly. Tante mohon, jangan salah paham dan mengartikan apa yang Tante lakukan ke kamu itu semata karena ada tujuan. Bukan, Tante ikhlas membantu kamu, Sherly,” ungkap T
Baca selengkapnya
Bab 132. Mencari hari H
Aku menghela napas pelan lalu meniupnya perlahan. Kulakukan berulangkali untuk menetralkan rasa gugup.Kuberanikan diri pelan-pelan mendongak, memantapkan hati untuk menjawab karena mereka sedang menungguku.Aku perlahan menatap Tante yang sedari tadi masih saja tersenyum, juga emak, Bapak yang juga tersenyum seperti tanpa beban menatapku.Setelah itu aku melempar pandangan menatap Zen yang ternyata tengah menunduk.“Insyaallah, saya menerima lamaran, Abang.“ Lolos sudah ucapan ini. Ucapan yang sempat terhenti di kerongkongan. Jujur aku memilih kata ini setelah merenung beberapa kali. Aku tidak pernah berpacaran dengan Zen. Juga perkenalan yang tidak memakan hitungan bulan. Itu adalah waktu yang sangat singkat untuk mengenal satu sama lain.Semoga saja pilihan ini adalah pilihan yang terbaik. Ditambah aku juga melakukan salat istikharah sebelumnya. Bukan mimpi yang aku dapat. Tapi sebuah kemantapan untuk menerima Zen sebagai calon imamku. Sekarang aku meletakkan semua keraguan atas iz
Baca selengkapnya
Bab 133. Merasa bersalah
Hari pernikahan telah ditentukan. Zen pun sudah berangkat kembali ke Pondok setelah berpamitan denganku. Sebulan lagi, waktu yang sangat singkat. Ingatanku terlempar kemarin saat masih di rumah sakit. Seminggu lagi tes DNA turun. Itu artinya aku harus kembali lagi ke sana untuk mengambilnya. Semoga saja hasilnya sesuai apa yang aku perkirakan.Aku menghela napas saat teringat hari ini Pram akan ke sini mengambil perhiasan Bu Leni. Sepertinya aku berubah pikiran. Sudah tahu ibunya memiliki harta, hidupnya saja masih susah. Seperti kemarin, pengen minta dibelikan makan saja tidak berani. Bagaimana dengan nanti kalau emasnya sudah diambil, ah, membayangkan saja ngeri. Pasti sifat mereka pun semakin menganggap rendah ibu.Meskipun belum ada kata maaf yang terucap dari mulut ibu. Aku sudah memaafkan lama, ditambah melihat kondisinya saat ini, miris. Jujur, ucapan dan hinaan dari ibu membuatku sedikit trauma mengenal keluarga baru lagi, semoga saja aku menemukan keluarga seperti keluarga
Baca selengkapnya
Bab 134. Mengelabui Pram
“Mau ke mall, Pak. Beli emas kuningan. Nanti Pram mau ke sini minta emas Ibunya yang masih aku simpan, rencananya nanti aku tukar dengan emas kuningan,” jelasku pelan.“Kok begitu?“ Bapak menatapku dengan kening berkerut. Seakan protes dengan rencanaku.“Kasihan Bu Leni, Pak. Beliau sekarang badannya tidak terurus. Mungkin nanti perhiasan ini bisa digunakan pas beliau sangat membutuhkan nantinya.“Bapak manggut-manggut. “Emang emasnya mau dibuat apa sama Pram?““Katanya mau bayar utang sih, Pak.““Utang? Ck, ck, ck. Lelaki itu, untung kamu sudah pisah, Sherly.““Ehm, iya, Pak. Doain Sherly ya, Pak. Semoga nanti Abang Zen memang jodoh Sherly dunia akhirat,” lirihku pelan.“Tidak perlu meminta, pasti akan Bapak doakan sepanjang waktu, Sherly.“Aku tersenyum. Melangkah mendekat merengkuh memeluk bapak. Terimakasih ya Allah.Aku melepaskan pelukan saat teringat waktu tidak banyak lagi,” Pak Sherly pamit dulu, ya, Pak. Takut enggak keburu waktunya.“ Aku meraih tangan Bapak dan mencium pung
Baca selengkapnya
Bab 135. Ternyata Zonk
POV PRAM.Aku mengetuk pintu ruko berulangkali. Mungkin kehadiranku tidak disadari karena aku ke sini memesan ojek online. Aku mencoba mengetuk lagi.Satu ketukan ...Tidak lupa mengucapkan salam. Aku harus berlaku baik di sini, jangan sampai anarkis. Bisa-bisa emas itu tidak jadi berpindah ke tanganku.Aku menghentikan gerakanku saat menyadari ada suara dari dalam. Seperti sedang membukakan pintu. Aku mundur selangkah, menyiapkan senyuman semanis mungkin.Aku sedikit terlonjak saat menyadari siapa yang keluar. Mantan Bapak Mertua, wajahnya begitu masam, senyuman pun tidak terbit di wajahnya. Membuatku terasa asing di sini. Padahal kita pernah menjadi satu keluarga.“Assalamualaikum, Pak.“ Aku membungkuk memberi hormat ke Bapak.“Walaikum salam.“ Singkat terdengar.Aku pun berinisiatif untuk melangkahkan kaki ini masuk, tidak etis rasanya ngobrol di halaman. Apalagi ini bukan kawasan perumahan, melainkan ruko yang berjejer. Pasti kanan kiri akan banyak yang memperhatikan.“Stop! Nga
Baca selengkapnya
Bab 136. Mencari pinjaman
Aku segera menyimpan kembali ke paper bag, saat sudah mendapatkan KTP kembali, aku lekas berbalik. Sungguh malu luar biasa saat ini.Aku berjanji aku tidak akan menampakkan diri lagi di pegadaian ini.Aku segera berjalan menjauh dari kantor pegadaian. Mencari tempat agar bisa diduduki, hatiku sesak, akhirnya aku mendapatkan kursi kosong yang terletak di samping bengkel.Aku segera menghenyakkan badan ini ke kursi kayu lalu memijit pelipis ini. Siapa yang salah di sini? Ibu? Sherly?Tapi aku juga belum pernah mengantarkan Ibu membeli emas, mungkinkah emang ibu sebenarnya mengoleksi emas palsu. Kupikir-pikir sepertinya iya. Toh, uang pun sering dibelikan tas juga beberapa baju. Arggh! Ibu! Kenapa membuatku seperti ini!Sekarang aku harus bagaimana? Dengan jalan apa aku mendapatkan uang 80 juta itu, apalagi tingkah Clara yang terus cemberut menuntut agar aku segera mendapatkan uang itu tanpa mau tahu bagaimana caranya.Apa aku akan meminjam ke Sherly? Sepertinya dia banyak uang dari ngo
Baca selengkapnya
Bab 137. Clara hamil lagi
Aku pulang dengan naik ojek. Sesampainya depan rumah, aku lekas membayarnya dan setengah berlari masuk ke rumah. .“Assalamualaikum, Clara,” sapaku dengan sedikit berteriak.Kepala Clara menyembul dari dalam kamar, dia mengucek kedua matanya lalu mengerjap. “Sudah pulang, Mas,” jawabnya tanpa senyuman.Aku langsung menggandeng bahunya dan mengajak Clara duduk bersama setelah menilik Amira yang tengah tidur pulas.“Clara, kamu tahu isi tas di sini,” tunjukkin dengan menepuk-nepuk tas yang masih menggelantung di pundak.“Apa itu, Mas.““Uang 80 juta, Dik.““Yang benar, Mas?“ tanyanya sembari menarik tas selempangku, aku mengangguk dan memberikan kepadanya.Mata Clara mendelik tanpa berkedip menatap ke dalam tas, lalu menumpahkan semua isinya. “Duit semua ini, Mas?“ tanyanya dengan tangan mengorak-arik.Aku mengangguk lagi, melihat dia kegirangan membuatku ikut bahagia di dalam sini.“Baiklah, Mas. Nanti aku langsung kabari Omku untuk menjemput uang ini.““Iya, Dik. Alhamdulillah. Utan
Baca selengkapnya
Bab 138. Clara bertingkah
Mungkin saja, Sherly hanyalah jodoh sementara untukku, kami tidak berjodoh sampai akhir hayat. Aku sekarang sudah menemukan siapa jodohku yang sebenarnya. Clara.Mungkin aku harus mendatangi Sherly, memberi support dan jangan menyerah meskipun mandul. Aku akan kasih saran ke dia nanti saat menikah. Tak perlu menunggu lama, lekas saja mengadopsi anak, karena rasa kebahagiaan itu datang berulangkali saat melihat anak tertawa, melihat tumbuh kembangnya. Bahkan kebahagiaan itu berkali lipat dari pada saat mendapatkan uang.Kamu harus merasakan itu, Sherly.“Mas! Masih lama?“ teriak Clara dari luar.Aku pun menarik lamunanku, dan segera bangkit. Lalu mengguyur badan ini dan menyabuninya secara rata.Tidak sampai 5 menit aku selesai mandi.Aroma Indomie menusuk penciumanku, perut pun mendadak terasa perih minta diisi. Aku pun lekas memakai pakaian lalu keluar, dan berjalan ke meja makan yang sudah terisi semangkok Indomie rebus dengan asap yang mesih mengepul.Aku segera menyesap kuahnya s
Baca selengkapnya
Bab 139. Capek hati
Dadaku bergemuruh dan napasku naik turun, ada yang sesak di sini. tanganku seketika mengepal. Inginku layangkan di pipinya.“Clara!“ desisku dengan menekan suara.Clara mendongak menatapku. “Siapa?““Hah?““Kamu sedang berkirim pesan dengan siapa?“ tanyaku mendekat. Andaikan aku sedang tidak menggendong Amira. Sudah kurebut ponsel di tangannya sedari tadi.“Apa sih, Mas. Biasa saja kali ngomongnya, kayak di hutan saja, teriak-teriak,” sungutnya dengan pasang muka ditekuk sembari tangannya menyembunyikan ponselnya di balik badannya.Hilang sudah kesabaranku, aku segera menaruh Amira ke ranjang. Tidak kupedulikan lagi mau nangis atau terbangun. Aku harus tahu isi ponsel itu yang membuat Clara tertawa seorang diri.“Sini kasih lihat!“ Aku segera melayangkan tubuh agar lebih dekat dan bisa mengambil ponsel itu. “Mas, aku ini cuma pengagum BTS, tidak ada cowok lain selain Mas Pram,” jawab Clara menghindar.“BTS?“ Aku sungguh tidak paham apa singkatan apa itu.Aku menarik tubuhku, menguru
Baca selengkapnya
Bab 140. Hari pertama bekerja
“Assalamualaikum, Pak.“ Sapaku ke atasanku yang sudah datang lebih awal dan tengah sibuk membereskan barang.“Walaikum salam, cepat pakai celemek yang ada di dalam, segera bantu bapak setelah ini. Besok kalau datang usahakan lebih pagi, ya!“ suruhnya tanpa menatapku dan masih melanjutkan pekerjaannya.Aku mengangguk, menuruti instruksinya. Aku melangkah masuk ke meja yang terletak di dalam toko, segera aku menyimpan tas ini ke gantungan dinding di antara tempelan beberapa kertas yang sudah terisi coret-coretan.Aku pun meraih celemek yang menggantung, hanya itu yang terlihat. Celemek itu sepertinya sudah bekas pakai, karena terlihat banyak tepung menempel.“Ngapain aja sih di dalam? Ngambil celemek saja sampai satu jam!“ teriak pemilik toko itu. Aku meneguk ludahnya mendengar suaranya. Baru pertama kali aku sudah tidak dibuat nyaman olehnya, bagaimana caranya aku bisa menjalani tiga tahun penuh? Padahal aku yakin aku menaruh tas ini paling tidak sampai 10 menit, tapi langsung diprote
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status