Semua Bab Titip Benih : Bab 11 - Bab 20
51 Bab
mengelus perut
Mas Ikhsan pergi meninggalkanku dikamar sendirian. Seperti itulah dirinya, setiap habis bertengkar pasti langsung pergi entah kemana.Aku juga tidak mau ambil pusing kemana Mas Ikhsan pergi. Palingan juga nanti juga pulang kalau hatinya sudah tenang.Benar saja tiga jam kemudian akhirnya Dia pulang. Mas Ikhsan datang dengan membawa beberapa paper bag."Dek... Lihat apa yang Mas bawa." ucapnya dengan wajah sumringah sambil menunjukkan barang yang dia bawa.Aku hanya tersenyum melihat hal itu. Ya walaupun sebenarnya hatiku masih tidak suka dengan apa yang dia katakan tadi."Terima kasih Mas.""Kok kamu seperti tidak suka dengan apa yang aku bawa ini Dek?""Suka kok Mas.""Wajahmu memperlihatkan jika senyum itu paslu.""Mas tolong! Buat aku nyaman.""Iya dech... Maaf, bukan maksud Mas membuatmu tidak nyaman, mas hanya ingin berusaha membuatmu bahagia.""Aku pasti bahagia jika apa yang mas lakukan ini ikhlas bukan karena sesuatu,""Mas ikhlas sayang, Mas benar-benar ikhlas melakukan semua
Baca selengkapnya
Airin kabur
"Itu hanya anakku dan Laras bukan anakmu!""Bagaimana bisa ini bukan anakku sedangkan aku yang mengandungnya.""Kamu hanya berkewajiban mengandung dan melahirkan, selebihnya kamu tidak berhak apa-apa!""Bagaimana aku bisa tidak berhak?""Ya kerena dari awal kamu sudah mengetahui hal itu, jika aku menikahimu hanya ingin memiliki keturunan,""Benar, hanya ingin memiliki keturunan, tapi mas lupa, jika keturunanmu saat ini ada didalam perutku dan aku bisa pergi kapan saja darimu dan kamu maupun mbak Laras tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.""Kamu jangan main-main ya Dek! Mas tidak suka kamu ancam seperti itu!"Aku tidak mengancammu, tapi aku bicara kenyataan, aku akan membawa pergi anak ini jika kamu selalu menyakiti hatiku,""Sakit hatimu itu tidak mendasar! Kamu terluka oleh perasaanmu sendiri jadi jangan libatkan anakku dalam hal ini!""Sudahlah Mas! Aku mau tidur saja. Muak aku dengan pertengkaran yang seperti ini terus!"Aku langsung beranjak pergi meninggalkan Mas Ikhsan. Aku la
Baca selengkapnya
persembunyian Airin
Setelah menempuh perjalanan cukup lama akhirnya aku sampai di kampung halaman.Aku disini tidak memiliki sanak saudara. Jadi untuk pertama kali rumah yang aku tuju adalah rumah Pak Rt. Aku ingin menanyakan sebuah rumah yang bisa di kontrak.Setelah bertanya kepada warga, Akhirnya aku tahu dimana letak rumah Pak Rt."Assalamualaikum... Permisi.""Waalaikum sallam... Mari masuk." jawab seorang wanita paruh baya" Maaf Bu... Apa benar ini rumah pak Rt?""Benar... Mbak ada perlu apa dengan suami saya?""Begini Bu... Saya ingin menanyakan kepada Beliau apa ada rumah didekat sini yang bisa di kontrak?""Oalah... Mbak mau cari kontrakan? Disini tidak ada rumah yang di kontrakan Mbak. Karena rata-rata penduduk sini rumahnya hanya satu."Aku jadi bingung, Karena aku tidak tahu lagi harus kemana."Memang Mbak datang dari mana?""Saya, Airin, dulu orang tua Saya juga tinggal di desa ini Bu.""Benarkah? Kalau boleh tahu siapa namanya siapa tahu Ibu kenal?""Ibu Winda dan Pak Budi."Ibu Rt terliha
Baca selengkapnya
Takut tertangkap Ikhsan
Aku benar-benar takut. Bagaimana jika mas Ikhsan menemukanku?Aku meminta supir untuk segera pergi dari toko itu."Pak Slamet. Ayo kita pergi dari toko ini.""Lho! kenapa yo Nduk?""Tolong pak, kita pergi dulu dari sini.""Kamu kenapa kok terlihat ketakutan seperti itu?""Tidak ada apa-apa Pak, ayo kita pergi saja,""Tidak apa-apa bagaimana? Wajahmu itu lho pucat sekali, apa yang kamu takutkan?""Tidak ada Pak, ayo kita pergi saja dari sini,""Ya sudah, ayo,"Lalu Pak Slamet menyalakan mesin mobil dan kami melaju pergi meninggalkan toko itu.Aku menghubungi pemilik toko,meminta mereka mengantarkan barang pesananku. "Mas, maaf tadi saya buru-buru ada kepentingan mendadak, tolong nanti barang pesananku antar kerumah ya,""Aduh, Bu bagaiamana ya, rumah ibu terlalu jauh,""Tenang saja Mas, saya akan membayar ongkos kirimnya kok,""Tapi, terlalu mahal lho Bu ongkosnya,""Tidak masalah Mas, tolong antar saja, nanti saya kirim alamatnya lewat pesan,""Baiklah kalau Ibu mau membayar ongkosnya
Baca selengkapnya
Laras mencari Airin
Pagi setelah menyelesaikan rutinitas, aku membuka toko.Seperti biasa, lketika pagi hari toko pasti sudah ada saja warga yang berbelanja.Karena hanya tokoku yang cukup komplit, jadi, kadang mereka rela menunggu didepan warung sampai jam aku membuka toko. Ketika sedang sibuk melayani pembeli. Ada seorang laki-laki yang wajahnya asing bagiku. Karena selama aku berada disini aku tidak pernah melihatnya.Wajah mereka seperti bukan wajah orang kampung. Mereka terlihat sangat bersih dan rapi, ya walaupun pakaian mereka sederhana, tapi, tidak bisa menutupi wajah kotanya. "Maaf, Bu, disini ada jual pulsa?""Ada, Pak... Mau pulsa apa?""Kalau ada yang seratus saja.""Oh... Ada Pak.""Wah... Baru Bapak lho yang beli pulsa nominal besar disini,""Masak sich Bu?""Benar, Pak,"Lalu dia masuk menyebutkan nomor yang akan diisi pulsa."Bapak baru disini ya?""Iya, Bu...""Dari mana asalnya Pak?""Dari Bandung, Bu...""Oh... Pantas, Saya tidak pernah melihat Bapak. Oh ya Pak, coba di cek a
Baca selengkapnya
Laras menemukan Airin
Pagi itu seperti biasa, setelah selesai melakukan pekerjaan rumah, aku baru membuka toko.Begitu toko aku buka, para pelanggan ku langsung banyak yang berdatangan.Aku sibuk melayani semua warga yang datang ke toko, hingga aku tidak menyadari sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan toko.Para warga yang melihat kedatangan mobil mewah itu langsung mengalihkan perhatiannya kepada mobil itu.Jantungku berdegup kencang ketika aku melihat mobil itu berhenti tepat di depan tokoku. Aku memiliki firasat yang tidak baik.Benar saja dugaanku. Itu adalah mobil Mbak Laras. Aku langsung berlari masuk kedalam rumah untuk bersembunyi, namun naas ketika aku terburu-buru, kakiku tersandung sebuah kaki meja hingga membuatku jatuh.Aku langsung berteriak kesakitan sambil memegang perutku."To-to-long... pe-pe-rutku..." Ucapku terbata karena merasakan sakit yang sangat luar biasa.Mendengar teriakkan kesakitan, para warga langsung berlari kearahku."Ayo segera kita bawa ke rumah sakit. itu ada darah ke
Baca selengkapnya
Ruang NICU
Sudah tiga hari aku dirawat di rumah sakit ini dan kondisiku juga sudah mulai membaik. Aku sudah bisa duduk dan berdiri. Aku memang sengaja belajar untuk banyak bergerak agar bisa cepat keluar dari rumah sakit ini. Karena kata Dokter, jika aku sudah bisa bergerak normal maka, aku akan diijinkan untuk melihat bayiku. Siang itu seorang suster datang untuk memeriksaku dan untuk memastikan bagaimana kondisiku. "Sus... Ruangan NICU di sebelah mana?""Ruang NICU dekat kok Bu.""Suster bisa tolong bantu saya kesana?""Bisa, Bu. Sebentar saya ambil kursi roda dulu."Setelah itu suster keluar untuk mengambil kursi roda untukku.Tak berselang lama, suster itu datang dengan sebuah kursi roda, dia membantu ku untuk pindah ke kursi roda.setelah itu dia mengantarku keruangan NICU tempat dimana bayiku dirawat.Ketika sampai di depan ruangan NICU. Jantungku berdegup kencang, dadaku terasa sedikit sesak. Ada rasa perih didalam sana, aku bingung antara senang dan sedih. Senang karena bisa melihat
Baca selengkapnya
Tes DNA
Mbak Laras tidak suka aku memperlakukan anak ku sebagaimana mestinya. Dia sepertinya takut jika anak ini akan lebih dekat denganku dari pada dengannya."Mas! coba kamu lihat Airin, aku tidak suka dia memeluk anakku seperti itu.""Sayang... Biar saja lah to memang Airin yang akan mengurus anak kita.""Ih! Mas kok kamu jadi lunak begini!""Bukan begitu Sayang... Tapi jika anak kita tidak dekat dengan Airin, bagaimana Airin akan mengurusnya?""Iya aku tahu, tapi aku tidak suka jika Airin memperlakukan anakku seolah dia adalah ibunya."Aku hanya tersenyum mendengar perdebatan mereka berdua. Aku nikmati waktuku untuk memeluk bayi mungilku.Setelah sampai rumah, aku langsung turun sambil menggendong bayiku.Ketika aku hendak masuk kedalam kamar, Mbak Laras marah dan menyuruhku untuk menidurkan bayiku di kamarnya.Dengan terpaksa aku menuruti perintahnya. Aku yakin jika Mbak Laras tidak akan bisa mengurus bayiku. Jadi aku akan menunggu beberapa saat sampai bayi haus atau kencing, mbak Laras p
Baca selengkapnya
Rencana busuk
Rencana Laras dan Ikhsan "Mas. Bagaimana jika kita minta tes DNA menggunakan rambut saja?""Eeehhhmmm... Boleh juga Sayang usul mu. Jadi kita tinggal minta rambut Airin saja jadi pengacara bo**h itu tidak akan curiga.""Iya Mas. Jadi nanti ketika dirumah sakit aku pura-pura cabut rambutku padahal itu rambut Airin, aku yakin Dokter maupun pengacara itu gak akan curiga.""Betul itu sayang... Ok nanti Mas hubungi mereka untuk meminta tes DNA di percepat.""Hahahaha... Aku sudah tidak sabar mas... perusahaan itu akan menjadi milik ku.""Tapi ingat ya Sayang... Setelah perusahaan itu sudah menjadi milikmu, kamu masih harus mengurus Yusuf.""Pasti dong Mas... Aku tidak akan menelantarkan Yusuf, bagaimana pun juga dia adalah darah dagingmu.""Terima kasih ya sayang, sudah mau menganggap Yusuf sebagai anakmu. Mas jadi semakin cinta sama kamu."Aku peluk tubuh sexi Laras... Aku tidak mungkin bisa berpaling dari Laras, sudah parasnya yang cantik dan dia juga mau berlapang dada menerima anakku d
Baca selengkapnya
Rencana Airin
***Airin*** Tanpa sengaja aku mendengar rencana busuk Mas Ikhsan dan Mbak Laras. Jadi aku harus bisa membuat rencana untuk bisa segera membalas mereka berdua. Aku harus bisa memainkan sebuah sandiwara agar rencanaku berjalan lancar. Dan benar saja, tak berselang lama Mbak Laras mendatangiku dan memaksa ku untuk memberikan beberapa helai rambutku. Karena aku sudah mengetahui rencana mereka, jadi aku sengaja mengaktifkan video di ponselku tanpa sepengetahuan Mbak Laras, karena aku yakin video ini akan sangat berguna. Aku bersandiwara seolah menjadi perempuan lemah didepan mbak Laras agar Pengacara itu tahu betapa kejamnya mereka terhadapku. Setelah kepergian Mbak Laras dan mas Ikhsan, aku langsung menghubungi Bagas. "Bagas, cepat kamu cari informasi pengacara yang mengurusi tentang surat wasiat itu.""Baik, nyonya.""Dan ingat! Jika sampai misi ini gagal, kamu tidak akan mendapat sepeserpun uang!""Baik, Nyah. sSaya akan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan informasi tentang p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status