All Chapters of Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna: Chapter 11 - Chapter 20
26 Chapters
Chapter 11
Chapter 11 Di sebuah ruangan beberapa orang sedang bercanda ria. "Nak Fernando, sekarang sudah saatnya kita memikirkan di mana lokasi acara pernikahan kalian akan dilaksanakan. Dan soal undangan, telah ibu suruh seseorang untuk mengurusnya. Undangan kita tidak terlalu banyak, hanya beberapa saudara dan orang penting saja." Ucapan Bu Maya, ia adalah ibunda dari Anggia. "Namun meskipun begitu, acara harus tetap terlihat mewah dan berjalan meriah. oleh karena itu lokasi yang kita perlukan juga harus dipertimbangkan dengan baik. Bagaimanapun kita harus membuat para tamu undangan terkesima dengan kemewahan acara resepsi kalian." Sambung Bu Maya. "Soal tempat di mana kita akan melangsungkan resepsi, terserah ibu sama Anggia aja yang memilih. Saya menurut saja. Soal biaya, ibu tidak usah khawatir biar saya yang mengurus." Timpal Fernando. Jawaban yang dikemukakan oleh Fernando adalah sesuatu yang diharapkan Bu Maya sejak awal. "Bagaimana dengan istri tuamu itu F
Read more
Chapter 12
Chapter 12 Terdengar suara deru mobil Fernando memasuki area rumah. Sebelumnya Melanie telah menyiapkan mental bajanya untuk menghadapi Fernando. Benar saja, begitu pintu dibuka bukanlah raut ramah tamah yang Fernando tunjukkan melainkan raut wajah yang menggambarkan emosi dan kemarahan. Sebelumnya, Melani sudah menduga bahwa hal itu akan terjadi. Fernando akan pulang dengan membawa emosi. "Melani sini kamu! Aku ingin bicara." Belum sempat Melanie menawarkan makan ataupun minum, Fernando telah mengeluarkan ucapan bernada dingin dan kaku. Seolah ia adalah raja, dan Melanie bagai hambanya. "Apa yang ingin dibicarakan? Apakah Papa tidak mau minum terlebih dahulu?" Tawar Melanie. "Tidak perlu, kedatanganku ke sini berkaitan dengan laporan ibu kemarin. Rasanya aku belum puas berbicara denganmu hanya lewat gagang telepon." Suara berat nan dingin itu meluncur dengan tanpa sedikitpun senyuman. Melanie menghela nafas panjang. "Maksudnya laporan ibu ya
Read more
Chapter 13
Chapter 13 Fernando bangun ketika hari telah menjelang malam. Sedangkan Melanie b*do amat melihat Fernando yang menggerutu panjang tersebut. "Mengapa kamu tidak membangunkan aku haa? Si*lan kamu." M*kian Fernando menggema. "Buat apa aku membangunkan kamu, Pa? entar yang ada kamu malah marah-marah." Jawab Melanie. "Terus aja ngejawab kamu!" Bentak Fernando kasar. Melanie tidak peduli, tetap pada aktivitasnya menyusun dan memilah milih pakaian. "Tuh, kalau dibilangin diam saja seerti tidak dengar. Apa sudah budek telingamu?" Cacian dan makian kembali keluar dari mulut Fernando. Melanie berusaha sabar untuk tidak terjebak cek cok, karena tidak mau mengganggu tidur Arka yang baru saja terlelap. "Masih pura-pura tidak dengar kamu haa?" Raut muka kesal dan sorot mata tajam nampak jelas pada diri Fernando. Kali ini Melani bangun dari duduknya dan membalas tatapan tajam itu dengan lebih tajam. "Maumu apa sih, Pa? Baru bangun tidur marah-marah
Read more
Chapter 14
Chapter 14 "Aku sudah tidak Sudi beristrikan wanita seperti kamu, Melanie." "Kalau begitu ceraikan."balas Melanie membuat Fernando tergagap. Bagaimana tidak, jawaban singkat itu terucap begitu ringan tanpa beban. "Apa? Kau bilang cerai...?"ulang Fernando. "Ya...," Melanie mengiakan. "Baik. Kau akan tunggu dalam waktu dekat." Ujar Fernando "Tapi ingat Melanie, kalau kita sudah berpisah nanti, jangan pernah kau mengatakan ingin kembali lagi padaku. Aku tidak akan pernah menerimamu. Jangan menyesal dengan ucapanmu yang terlampau berani barusan. Kau sendiri yang menginginkan kita untuk bercerai. Jadi kau bisa merasakan akibatnya." Fernando berucap dengan keras dan raut wajahnya yang sangar. Menyeramkan? Ya bagi orang-orang yang baru melihat, namun bagi Melanie, menyaksikan kelakuan dan tampang seperti itu, hanya sebuah pemandangan yang biasa-biasa saja. Terbiasa. Usai berucap demikian, Fernando berjalan dengan hentakan kasar yang khas. Pria itu
Read more
Chapter 15
Chapter 15 Iseng, Fernando mengecek m-banking mengecek sisa uang di rekening. "Haaaaa...? Astaga...!" Fernando melongo melihat total saldo yang tersisa. "Mati aku ... Apa saja yang tadi Anggia beli? Hingga menguras uang yang sebegini banyaknya." Fernando menjitak kepalanya sendiri. Mau bertanya langsung pada Anggia namun merasa tidak enak. Kalau tidak ditanya, berkurangnya uang dalam jumlah sebanyak itu membuat Fernando merasa janggal. 'Aduh bagaimana ya, cara menanyakannya tanpa menyakiti hati Anggia.' 'Kalau begini terus menerus, uang akan habis dengan cepat.' Batin Fernando. "Melamun, Mas?" Teguran Anggia yang baru saja tiba. "Eeh, Kamu sudah kembali, Sayang." Untuk sementara, Fernando menyembunyikan pertanyaan mengenai saldo uang yang tersisa. "Pasti mikirin si Melanie, ya?"Anggia menduga. "Ah tidak, buat apa memikirkan dia. Sekarang tidak ada waktunya untuk memikirkan orang lain diluar kehidupan kita. Yang Mas fokuskan seka
Read more
Chapter 16
Chapter 16 "Apa...? Kamu ngaku-ngaku calon adik maduku?" Di ujung sana Melanie pura-pura terkejut. "Iya. Mengapa memangnya? Kamu terkejut? Sudah pasti lah. Hahaa...!" Anggia terkekeh. "Oh... Jadi ponsel Fernando sama kamu? Berada di tangan wanita ganjen kayak kamu?" Balas Melanie. "Hei jangan sembarangan bicara Melanie. D*sar wanita B*rik. Bilang saja kalau kamu sedang merasakan sensasi sakit hati luar biasa kan di telepon sama sang calon adik madumu yang cantik ini. Salahmu sendiri mengapa mengabaikan suami. Jangan salahkan dia memilih aku yang akan segera menggantikan posisimu sebagai istri. Oh iya satu lagi, yang patut kamu ketahui. Kau tahu, bukan hanya ponselnya saja berada ditanganku. Bahkan sekarang, Fernando sendiri sedang menikmati waktu tidur sama aku. Hayoo..., kamu mau bilang apa? Enak nggak rasanya diselingkuhin?" Anggia memancing emosi Melanie. Kembali Anggia berucap bangga, seolah merasa unggul di sebuah pertandingan. "Kamu bangga ditiduri
Read more
Chapter 17
'Sok kuat nih orang. Bisa-bisanya dia bicara begitu. Bergaya tidak membutuhkan Fernando. Tuut.. Tuut.. Tuut... Anggia memutuskan telepon dengan muka masam... 'wanita si*lan,' Anggia membanting ponsel tersebut ke sofa.*** Sedangkan di kediaman Melanie, Wanita itu nampak tersenyum puas. "Salah siapa nekat menghubungiku? Dia yang menghubungi, dia sendiri yang mematikan panggilan dengan tiba-tiba. Aneh, menggangu malamku saja" Gumam Melanie. 'Huuh, dia pikir aku akan sakit hati atau tidak bisa berbuat apa-apa dengan perselingkuhannya bersama Fernando? Sorry, aku tidak selemah itu." Gumam Melanie. 'Bersenang-senanglah kalian sekarang, tapi malam besok kalian akan menerima sedikit pelajaran. Tunggu saja!" Batin Melanie. Melanie kembali meletakkan ponsel. Malam jam berlalu, Melanie pun terlelap dalam tidurnya. Hingga terdengar samar-samar ada suara yang memanggil-manggil dirinya dari luar rumah. Melani melirik jam ya
Read more
Chapter 18
Chapter 18 Obrolan-obrolan tidak menentu, yang tentu saja mengundang bir*hi, mengiringi pergelutan mereka. Sampai tiba-tiba, Gedubrak... Dengan sangat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Beberapa orang berseragam di sana. Aktivitas Fernando dan Anggia terhenti seketika. Keduanya kaget bukan kepalang. Beragam pertanyaan diajukan oleh para petugas berseragam tersebut. Namun naas, mereka tidak bisa menunjukan kartu identitas hubungan suami istri mereka. Karena memang mereka tidak memilikinya. "Bawa dia ke kantor polisi!" Perintah seorang di antara mereka yang sepertinya adalah pemimpin penggerebekan itu. Keduanya dibawa ke kantor polisi fengan paksa.*** Bu Risa yang mendengar berita anaknya di gerebek karena tidur bersama wanita yang bukan istrinya di sebuah hotel, mendadak bingung. "Aku akan menebus anakku. Kami bisa malu kalau berita ini sampai tersebar kemana-mana.Tapi uang darimana ya?" Bu Risa berpikir. "Ah bukannya aku m
Read more
chapter 19
chapter 19 Beberapa lama mendekam di jeruji besi, Fernando akhirnya keluar juga. "Syukurlah akhirnya kau terbebas dari penjara. Untuk sementara waktu tinggallah di rumah ibu. Tenangkan otakmu dulu." Saran Bu Risa. "Bagaimana kabar rumah Fernando,Bu? Adakah Ibu melihat-lihat?" "Rumahmu baik-baik saja. Tenang saja, kan si Melanie busuk itu sudah ku usir secara paksa dari sana. Ibu suruh dia angkat kaki dengan segera tanpa membawa apapun. Hahaa... Dia tidak akan menjadi pemusing kepalamu lagi," Bu Risa berujar bangga. "Habis dia gak sopan banget, gara-gara dia kamu mendekam dalam penjara. dia kira aku membiarkannya begitu saja untuk tetap tinggal di rumah yang kau beli dengan uang sendiri. terlalu kecil pikiran tuh anak." "Dia wanita sombong, berani menggugat cerai kamu." Bu Risa nampak bersungut-sungut. "Tidak usah peduliin dia, Bu! Syukurlah kalau dia sudah angkat kaki." Seru Fernando. "Ngomong-ngomong, kemana mereka pergi?" "Ibu nggak tah
Read more
chapter 20
chapter 20 Tidak tidak terasa ada setetes dua tetes buliran bening yang keluar dari sudut mata Fernando tanpa mampu untuk ia hentikan. Fernando membutuhkan waktu barang beberapa menit untuk menenangkan kembali hatinya. Sengaja mobil ia hentikan ke pinggiran jalan. Fernando meregangkan tangan berharap bisa mengembalikan rasa rileks. "Anggia, Anggia. Begitu teganya kau," kembali bayangan Anggia bersama laki-laki tampan dan gagah yang tadi bersamanya mengganggu pikiran Fernando. "Wanita itu...! Aaaaah... Uangku sudah banyak habis karenanya. Tapi sekarang dia meninggalkan aku demi laki-laki lain. Tidak ada otak." Untuk mengusir rasa jenuh nya Fernando memainkan ponsel Android, Melihat beranda beranda di beberapa fitur aplikasi media sosial. Matanya terpaku pada sebuah postingan. Postingan dari temannya sendiri. Sebuah postingan yang sedang mencari rumah sewa. Tiba-tiba Fernando memiliki ide. "Bagaimana kalau kukontrakan saja r
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status