Semua Bab Sang Penggoda Bayaran: Bab 11 - Bab 16
16 Bab
10. Pertemuan Rahasia
"Bagaimana perkembangannya?" Ratu melempar tanya. Bahkan di saat pantatnya baru saja mendarat di atas kursi. Tapi seperti biasa, wanita paruh baya itu enggan berbasa-basi."Cukup baik, Bu.""Cukup?" beo Ratu dengan kening mengernyit tak suka. "Itu jelas bukan jawaban yang saya harapkan.""Bu, saya baru memulai pendekatan dengan Pak Darius.""Tapi kalian sudah mengenal lama.""Itu tidak ada korelasinya Bu. Saya bekerja secara profesional sebagai sekretaris Pak Darius. Di luar itu, kami jarang membahas hal yang tak berkaitan dengan pekerjaan."Ratu mengela napas, berusaha menebalkan kesabaran dari rasa kesal yang menggelayuti hatinya."Lalu bagaimana perkembangannya di lapangan? Apa Darius dan perempuan itu masih lengket?"Meringis, Laura tak segera memberi jawaban. Meraih minuman yang tersuguh di depannya. Ia teguk beberapa kali, meletakan gelasnya ke atas meja lagi. Baru kemudian melontarkan jawaban."Cukup sulit memisahkan mereka karena Pak Darius cukup bucin sama pacarnya, Bu.""Ben
Baca selengkapnya
11. Mangsa yang Memusingkan
"Hadeh, gue kira lo hilang dari peradaban," oceh Jihan ketika membukakan pintu apartemennya untuk Laura.Tak segera menjawab. Laura mendorong bahu sahabatnya agar segera menyingkir dan membuatnya bisa memasuki apartemen wanita itu.Mengempaskan tubuh lelahnya di atas sofa, Laura mengembuskan napas lega. Menyamankan diri ketika akhirnya bisa meluruhkan rasa lelah."Capek banget ya nyari duit."Berkacak pinggang di depan sahabatnya yang tengah berleha-leha, Jihan mendengkus, "tumben ngeluh.""Gue juga manusia biasa, yang kadang mengeluh soal hidup. Tapi seringnya disuarakan dalam hati. Nggak koar-koar kayak lo.""Gue nggak ngeluh, cuma curhat sama diri sendiri."Mengibaskan tangan tak acuh, Laura enggan menanggapi ocehan Jihan, "lo ada tamu suguhin minum kek. Panas banget di luar, kasih yang bikin seger, Ji.""Apaan? Sini gue ceburin ke bak mandi biar seger.""Buruan Ji, dehidarasi nih kayaknya gue.""Lo kalau dehidrasi bukan butuh air minum. Tapi segepok uang biasanya.""Itu sih kalau
Baca selengkapnya
12. Masa Lalu yang Merepotkan
"Masuk!" Darius berseru keras, agar sosok yang baru saja mengetuk pintu bisa mendengar instruksinya.Ketika pintu ruang kerjanya terkuak. Sosok Laura muncul dengan senyuman secerah matahari di jam dua belas siang."Pagi Pak," sapa gadis itu, usai menutup pintu dan mengayunkan langkah. Memasuki ruang kerja Darius."Pagi," Darius membalas singkat, dengan kening yang mengernyit mendapati kedatangan sekretarisnya sembari membawa nampan alih-alih berkas yang biasa diberikan padanya.Berdeham-deham meluruhkan rasa gugupnya. Laura meletakan nampan berisi segelas susu coklat dan sepiring sandwich.Ikut menjatuhkan pandangan pada apa yang disuguhkan Laura. Kernyitan dikening Darius kian dalam, "ini apa?""Susu coklat dan sandwich."Apa pria itu masih mengantuk? Masa iya minuman dan makanan di depannya dia tak tau namanya?Mengela napas panjang Darius menutup laptop yang sudah dipelototinya lima belas menit yang lalu. Sesampainya di kantor dia memang segera mendekam di ruangannya untuk menyeles
Baca selengkapnya
13. Meracik Taktik Jitu
"Kamu Laura?"Suara yang tiba-tiba tertangkap pendengarannya membuat Laura yang seperti anak hilang di tengah keramaian, menolehkan kepala dan memberi anggukan dengan wajah bingung."Ya," menatap wanita asing di depannya, Laura mengerutkan kening, "anda—""Gue Cindy," mengulurkan tangan, ia memperkenalkan diri lebih dulu sebelum Laura menyelesaikan ucapannya.Ah, Cindy sepupunya Darius?Segera membalas uluran tangan gadis itu, Laura mengukir senyuman, "saya Laura.""Jangan terlalu formal," Cindy bersedekap usai jabatan tangan dengan Laura usai. "Jadi lo perempuan bayaran itu?"Laura terbelalak mendengar pertanyaan blak-blkan dari Cindy. Dengan gugup, ia mengedarkan pandangan ke sekitar, khawatir ada yang mencuri dengar."Jangan bahas itu di sini," Laura mengikis jarak dengan Cindy, "dan gue bukan perempuan bayaran," tambahnya sembari mendesis kesal."Tapi Tante Ratu bilang—""Apa kita bisa mencari tempat lain untuk membicarakan hal ini?"Astaga ..., kenapa Ratu harus membagi perjanjia
Baca selengkapnya
14. Memulai Drama
"Cewek lo mana? Nggak ikut?""Dia sibuk.""Sibuk apa takut ketemu gue sama Tante Ratu?"Mengela napas, Darius menatap sepupunya. Berusaha menebalkan kesabaran yang selalu menipis saat bersinggungan dengan Cindy."Gue nggak mau ribut."Mendengkus sinis, Cindy melirik Darius yang memilih menyibukan diri dengan ponsel. Meminimalisir konfrontasi dengannya."Pelet tuh cewek kenceng banget kayaknya. Bikin lo ketempelan dia bertahun-tahun."Mengela napas gusar, Darius mengantongi ponselnya. Bangkit dari duduknya yang satu meja dengan Cindy. "Kabur lagi? Lo bikin gue tersinggung tau nggak? Berasa virus yang harus dihindari.""Gue cuma berusaha menghargai pesta sepupu kita. Kalau sampai ada ribut-ribut, kasihan Mayang. Pestanya kacau.""Lo dari tadi ngoceh soal ribut. Emang siapa sih yang ngajak ribut? Nggak ada perasaan. Gue datengin meja lo buat ngobrol. Anggap aja menjalin silaturahmi, memperbaiki hubungan kita yang kaku dan dingin kayak balok es."Darius sudah akan kembali bicara. Membala
Baca selengkapnya
15. Menanggalkan Formalitas
"Giliran lo," mengedipkan satu mata, Cindy memberi semangat pada Laura yang tersenyum kaku.Berdiri canggung di depan Darius, Laura berusaha menebas paksa rasa gugupnya.Ingat. Saat ini, pria di depannya bukan atasan di tempat kerjanya. Tapi target yang harus bisa Laura taklukan."Jadi, saya boleh berdansa dengan anda?"Mengulurkan tangan, Darius membalas pertanyaan Laura dengan isyarat jika dia menerimanya."Saya tidak tau kamu teman Cindy?" sembari menggerakan tubuh secara perlahan. Darius mulai membuka obrolan."Bukankah itu sebuah kebetulan yang tak terduga Pak? Oh, atau bisa saya panggil nama saja? Cindy atau pun ibu Pak Darius pasti heran jika saya memanggil anda dengan embel-embel, Pak."Darius mendengkus. Menatap sosok sekretarisnya yang malam ini tampak menawan dengan riasan yang berbeda dari biasanya. Ketika bekerja di kantor atau pun dalam kesehariannya. Tak terlalu tebal, tapi cukup pas dan mampu membuat pangling."Bukankah saya pernah meminta hal itu sama kamu?""Meminta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status