Semua Bab Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap): Bab 21 - Bab 30
73 Bab
Part 20 | I Feel That Pain Clearly
Wajah yang terlihat pucat, lingkaran hitam di sekitar matanya juga wajah yang sembab adalah apa yang Alle lihat dari dirinya pagi ini. Kepalanya yang terasa pening tidak ia hiraukan. Wanita itu terlihat tergesa menuju kamar mandi seolah memiliki acara pagi ini.Dirinya hanya tidur tiga jam semalam, dengan ide-ide gila yang ingin ia lakukan untuk lebih menyakiti hatinya. Dia juga tidak tau, kenapa dirinya dan wanita-wanita di luar sana sering sekali mencari sesuatu yang jelas melukai hatinya. Ide itu muncul begitu saja semalam. Dia ingin menyusul Earl ke China, ingin melihat sejauh mana kedekatan dan hubungan keduanya, walaupun dia tau dia akan melukai hatinya lebih dalam, tapi dia ingin memastikan sesuatu, sesuatu yang akan menjadi langkahnya selanjutnya.Maka pagi ini, dengan keadaan berantakan setelah menelpon sekertarisnya jam tiga dini hari untuk dicarikan tiket ke China yang didapatkannya jam delapan pagi. Alle bergegas untuk bersiap dan terburu-buru menuju bandara.Jeremy yang m
Baca selengkapnya
Part 21 | Too Much Pain
Jeremy mengantarkan Alle menuju hotel yang telah dia reservasi untuk wanita itu. Lalu mengajak wanita itu makan siang bersama dan ingin mengetahui apa yang akan Alle lakukan dan apa yang membuat wanita itu akhirnya memutuskan ke China untuk melihat Earl dan Vale menghabiskan waktu bersama yang pasti akan sangat melukainya.“Kau baik-baik saja? Wajahmu sedikit pucat.” Tanya Jeremy penuh kekhawatiran, membuat Alle menyentuh wajahnya sendiri dan menggeleng bingung sebab dia tidak merasakan apapun yang berbeda dari tubuhnya.“Tidak. Aku baik-baik saja. Bagaimana hubunganmu dengan Vale? Kalian sudah seminggu bersama, seharusnya kau memiliki banyak kesempatan untuk mendekatinya dan membuatnya jatuh cinta padamu.” Alle langsung menanyakan pertanyaan itu, membuat Jeremy menghela napasnya panjang.“Mungkin aku memang harus mundur, Xa. Aku telah berusaha melakukan semua yang aku bisa untuk membuatnya mencintaiku. Entah berapa kali penolakan yang aku terima, mungkin sudah tak terhitung, selama s
Baca selengkapnya
Part 22 | Kind of Jealousy
Vale terus merangkul lengan Earl selama film berjalan, sesekali mengecup dada bidang Earl dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman di sana.“Sayang, aku harus ke toilet. Tunggu sebentar ya.” Earl berusaha melepaskan pelukannya, membuat Vale mendengus kesal namun membiarkan Earl pergi menuju ke toilet sedangkan Vale kembali fokus dalam romansa film bergenre sad romance tersebut.Menuju pintu keluar, dia justru melihat dua orang yang terlihat tidak asing. Membuat langkah kakinya reflek berjalan lebih cepat untuk memastikan sesuatu. Saat yakin jika itu adalah istrinya dan Jeremy, hatinya mendidih seketika. Dengan cepat dia berusaha mencapai keduanya dan menanyakan apa yang mereka lakukan.Namun adegan di depannya justru membuat tubuhnya menegang kaku, dengan dada yang terasa sesak, saat Jeremy begitu mudah bisa memeluk Alle. Tubuhnya mematung, bahkan di saat dia begitu dekat dan bisa mencapai mereka dan melepaskan pelukan Jeremy yang dengan lancang berani memeluk istrinya.“Allexa.” Hing
Baca selengkapnya
Part 23 | To Choose You
Puluhan missed call dan pesan dari Vale membuat Earl mengusap wajahnya kasar. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa dia langsung melupakan Vale dan meninggalkan gadis itu di bioskop.Namun, keadaan Alle dan bagaimana raut pucat juga wajah yang penuh darah membuat Earl hilang arah, dia tidak mau meninggalkan Alle. Dia tidak akan sanggup. Baru kali ini dia melihat Alle tidak berdaya, wanita itu selalu kuat dan jarang sekali sakit. Melihatnya tak berdaya benar-benar membuat Earl merasakan perasaan lain akan takut kehilangan wanita itu. Pikirannya sudah ke mana-mana. Hingga dia lupa akan semua hal.Pria itu menarik napas panjang sebelum mengangkat panggilan Vale untuk yang kesekian kalinya. Teriakan Vale yang disusul dengan isakan tangis wanita itu membuat Earl merasa bersalah.“Kau kemana?! Bagaimana bisa kau meninggalkanku sendirian di sini, Earl?! Tega sekali dirimu?!” Teriak Vale diikuti dengan isak tangisnya, membuat Earl memijat pelipisnya yang terasa pening. Rasa bersa
Baca selengkapnya
Part 24 | Her Anger is His Happines
Vale benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sebenarnya ada di pikiran Earl hingga meninggalkannya begitu saja. Hatinya cukup sakit memikirkan jika dia bukanlah prioritas pria itu. Hatinya juga terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat Earl dengan begitu mudah melupakannya apalagi mengabaikan semua panggilannya.Dia menatap lalu lalang orang yang semakin sepi di bioskop itu, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan dia belum melihat Earl di mana pun. Membuatnya menggeram kesal hampir menangis, kenapa Earl lagi-lagi menggagalkan kencan mereka?‘Tidak mungkin karena Alle lagi kan? Wanita itu di Jerman jadi tidak mungkin bisa mengganggunya.’ Vale membatin, meyakinkan jika semua ini bukan karena Alle.“Sudah menunggu lama, Nona? Apa aku terlambat dan membuat kadar kemarahanmu semakin melambung tinggi?” Suara seseorang yang tidak ia harapkan membuat Vale mendongak dan mengernyit bingung menatap Jeremy yang kini ada di depannya dengan senyum yang sulit diartikan.“Earl m
Baca selengkapnya
Part 25 | Pillow Talk
Alle merintih lirih saat merasa kepalanya begitu sakit dan merasa haus, pelan-pelan wanita itu terjaga dari tidurnya, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Berusaha untuk duduk dan mengambil segelas air putih di nakas. Lalu bibirnya mengukir senyum saat melihat Earl terlelap di sofa dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Dia bahagia Earl menemaninya malam ini, pria itu membuktikannya. Membuatnya merasa lebih baik.Pelan-pelan Alle berusaha untuk meraih gelasnya, tangannya entah mengapa terasa begitu lemas dan bergetar. Namun kecerobohannya membuat tutup gelas itu jatuh dan menimbulkan bunyi nyaring. Earl langsung terjaga dengan wajah panik dan menghampiri ranjang Alle.“Xa? Kenapa tidak membangunkanku, heum? Apa yang kau butuhkan? Minum?” Earl langsung sigap, membantu Alle untuk duduk dan mengambilkan gelas berisi air putih juga membantu Alle minum.“Niatnya si tidak ingin mengganggumu, tapi tanganku justru tremor dan menjatuhkan tutup gelas.” Alle terkekeh,
Baca selengkapnya
Part 26 | I Win Him
Earl terjaga tepat saat alarm di ponselnya berbunyi. Pria itu langsung mematikannya dan tersenyum menatap wajah damai Alle yang begitu dekat dengannya. Pria itu mengusap lembut puncak kepala Alle dan pelan-pelan beranjak agar tidak membangunkan Alle. Walau badannya terasa pegal namun dia merasa tidurnya begitu nyenyak semalam.Pria itu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dengan hati yang terasa ringan tanpa beban, seolah melupakan Vale begitu saja yang masih menunggu penjelasannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan seharusnya dokter akan melakukan visit sebentar lagi karena semalam suster memberi tahukan jika waktu visit sekitar pukul delapan.Alle ikut terjaga saat merasa kehangatan yang ia rasakan pelan-pelan menghilang. Mendengar suara di kamar mandi membuatnya tersenyum. Earl benar-benar tidak meninggalkannya semalam. Pria itu memilih bersamanya dan mengabaikan Vale. Di satu sisi ia bingung dengan sikap Earl, pria itu membuatnya sulit untuk mengambil keputusan,
Baca selengkapnya
Part 27 | Mission Failed
Rasanya baru sepuluh menit yang lalu Earl pergi, namun ketukan pintu itu membuat Alle mengernyit bingung, bergegas untuk membukanya dan berpikir mungkin Earl melupakan sesuatu.“Earl, apa kau ….” Alle menggantungkan ucapannya saat melihat justru Jeremy yang ad di depannya dengan senyum lebar lalu berubah mencebik terkesan mengejek.“Ups, maaf Alle sayang jika yang datang tidak sesuai harapanmu. Earl kini harus berkencan dengan Vale.” Jeremy tertawa setelahnya, lalu menerobos masuk membuat Alle mendecak sebal.Pria itu tanpa merasa sungkan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, membuat Alle sekali lagi mencebik dan melempar bantal sofa pada Jeremy.“Seharusnya kau mengganggu kencan mereka.” Alle ikut merebahkan tubuhnya di ranjang itu. Menghela napasnya panjang membuat Jeremy terkekeh pelan dan ikut menghela napas panjang.“Tapi aku lebih ingin menemuimu, Alle sayang. Aku sudah puas bersama Vale semalam.” Jeremy kini memiringkan tubuhnya, menyangga kepala dengan tangannya dan memanda
Baca selengkapnya
Part 28 | Ruin The Date
Vale menatapnya penuh emosi saat Earl akhirnya datang ke kamar hotelnya. Mata wanita itu langsung berkaca-kaca dengan tatapan terluka.“Vale, sayang.” Earl berusaha meraihnya, namun Vale dengan cepat menghindar dan kini air mata sudah membasahi wajah wanita itu.“Dua kali, Earl. Dua kali kau mencampakanku demi Allexa! Bagaimana bisa kau melakukan hal sejahat ini padaku?! Bagaimana bisa kau melukaiku dan menghancurkan harga diriku, Earl?!” Vale berteriak penuh emosi disertai tangisannya, membuat hati Earl juga sakit mendengarnya.Dia kembali berusaha meraih Vale, namun sekali lagi wanita itu menghindar dan menatapnya dengan berlinang air mata. “Kau bilang kau mencintaiku, tapi bagaimana bisa kau dengan mudahnya meninggalkanku tanpa kejelasan seperti itu, Earl? Kau benar-benar melukaiku.” Vale benar-benar sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh Earl.“Bukan begitu, sayang. Semalam aku benar-benar kalut melihat Alle bersimbah darah di depanku. Dia sahabatku, Vale. Aku tidak ingin sesua
Baca selengkapnya
Part 29 | The Wound That Kill Me
Sebulan telah berlalu sejak kepulangan mereka dari Shanghai, bagi Alle semua berjalan semakin buruk. Setelah Earl memintanya melakukan pemeriksaan menyeluruh, dan setelah dirinya dinyatakan baik-baik saja. Perhatian pria itu benar-benar kembali seperti biasa, Earl semakin sibuk dengan bisnisnya juga Vale. Alle sendiri juga sibuk dengan persiapan fashion week-nya di Aussie. Semua semakin tak terkendali, walau Alle masih belum bisa memutuskan bagaimana nasib pernikahannya ke depan dan perasaannya untuk Earl. Tujuan hidupnya, Alle bahkan tidak tau.Jeremy juga semakin sibuk dengan beban kerjanya, terakhir yang dia tau jika pria itu sedang di Berlin mengurus perusahaan Addison yang ada di sana. Sudah seminggu ini dirinya tidak begitu sering berhubungan dengan Jeremy, persiapan fashion week-nya dua bulan lagi benar-benar menguras waktu dan tenaganya.Kepalanya terasa berdenyut sejak tadi malam, namun ia memaksakan datang ke boutique-nya untuk menyelesaikan rancangan ke dua puluh dari total
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status