Semua Bab Balada Duda - Janda: Bab 11 - Bab 20
165 Bab
11. Gara-gara Gerd
"Oh, jadi bos semprul itu ke toko kemarin sore?" tanya Bono sambil meletakkan kontainer makanan yang berisi ayam kecap."Iya, memangnya kemarin dia nanyain aku?" tanya Rubi berharap pertanyaannya itu tidak memancing Bono dalam berpikiran yang tidak-tidak."Dateng ke kafetaria, makan, terus setelah makan dia memang nanya Mbak Rubi," jelas Bono."Nanya nya gimana, Bon? Eh maksudku, dia nanya kenapa?" Rubi mengatup bibirnya lalu mengalihkan pandangannya ke lain tempat."Penasaran, Mbak?" Bono tertawa."Ish." Rubi mendengus kesal."Sayang ya Mbak, sudah punya istri. Mbak jangan sampe jatuh hati lah Mbak, bahaya kalo udah suka suami orang." Bono menepuk-nepuk tangannya setelah beres mengangkat masakan yang akan di bawa ke kantor Regantara."Mudah-mudahan nggak ya, Bon. Jangan sampe ...." Rubi masuk ke dalam mobil menatap lalu lalang kendaraan pagi itu. Perkataan Bono bahkan teman-temannya silih berganti bermain di otaknya. Sebisa mungkin Rubi meredam getar-getar aneh di hatinya belakangan
Baca selengkapnya
12. Status Yang Sama
Ini hari ke tujuh Rubi mengantarkan makan malam untuk Regan tapi kali ini dia mengantarkannya sendiri tanpa di temani Bono."Memang pacar kamu harus ya di apelin tiap malam Minggu?" seloroh Rubi dengan wajah cemberut."Minggu kemarin udah absen, Mbak. Lagian kan Mbak Rubi hanya mengantarkan seperti biasa, pencet bel, pintu terbuka, serahkan makanannya, lalu pulang. Enggak mungkin juga Pak Regan minta di temani makan," ujar Bono sambil tersenyum."Bukan begitu, Bon. Kamu tau Semarang ini kan kota yang gak besar-besar banget. Nanti kalo ada yang lihat aku masuk apartemen tanpa kamu, dengan statusku ini, gimana?" "Jangan dipikirin omongan orang, Mbak. Kita makan cari duit sendiri, eman-eman (sayang-sayang) pikiran dan hatimu kalo masih mikirin omongan orang. Wong jalurnya kita lurus kok, ora bengkok." Bono bersiap untuk pergi. "Aku jalan ya," ujarnya melambaikan tangan lalu berpamitan pada Widya."Sudah, antar saja ... bila perlu kamu kesana sama Mbok Inah kalo memang takut jadi omongan
Baca selengkapnya
13. Pucuk Di Cinta Ulam Pun Tiba
"Kabarnya bakal ada outbound minggu depan." Bono kembali dengan satu kantung kerupuk besar dan meletakkannya di atas meja."Kok tau?" tanya Rubi."Tadi kebetulan denger waktu aku jalan di belakang karyawan," jawab Bono."Oh," ucap Rubi santai."Kok oh aja toh, Mbak." Bono mencolek pundak Yanti."Kok aku sih, Bon." Yanti yang sedang menata lauk pauk di etalase pun merasa terganggu."Iki loh Yan, Mbak Rubi malah bilang oh aja. Mbok ya pengajuan biar catering kita di pake di sana. Kan lumayan," ujar Bono mengutarakan idenya."Kalo kayak gitu itu, biasanya dari penginapannya udah nyediain, Bon," jelas Rubi sambil tertawa."Oh.'"Tuh sekarang kamu yang gantian bilang oh." Rubi menggelengkan kepalanya."Kukira bisa gitu, misalnya catering kita yang di pakai.""Eh Mbak, Bu Winda tuh," ujar Yanti saat melihat Winda memasuki kafetaria. "Biasanya bawa kabar baik.""Selamat siang semua," sapa Winda ramah."Siang, Bu," jawab ketiga orang itu bersamaan."Aku bawa kabar baik nih," ujar Winda menari
Baca selengkapnya
14. Salah Paham
"Gimana, Bon?" tanya Rubi masih memegang kunci kamar yang diberikan Winda untuk mereka. "Bener juga sih Mbak, hujan benar-benar deras. Apalagi medan perjalanannya Mbak tau sendiri seperti apa. Sebaiknya kita terima tawaran Bos Semprul," ucap Bono diikuti anggukan Yanti."Iya, Mbak. Serem juga pulang sudah kemalaman seperti ini." Yanti mengeratkan cardigannya.Cuaca semakin buruk di luar sana, hujan deras diiringi suara petir yang saling bersahutan."Ya sudah, kita cari aman aja, ya." Rubi akhirnya mengalah. "Ini kunci kamar kamu, Bon dan ini kunci kamar kita, Yan. Kalian duluan aja, aku mau telpon ibu dan Tama."Rubi berjalan ke ujung jendela besar ruangan itu, hujan semakin deras di luar sana. Cuaca di Semarang akhir-akhir ini memang begitu ekstrim. "Halo, Ibu," ucap Rubi saat sambungan teleponnya terhubung."Rubi, kamu dimana? hujan di sana? kalo bisa kamu menginap di sana saja, Nduk. Ibu takut kalian jalan pulang malah nggak aman." Suara Ibu Widya begitu khawatir."Iya, Bu. Ini Ru
Baca selengkapnya
15. Mungkin Nanti
"Ucapan saya kemarin." Regantara menatap Rubi tajam.Rubi kembali menoleh ke arah kedua pegawainya."Saya sudah melupakannya," jawab Rubi kembali melakukan kegiatannya."Saya rasa nggak, saya minta kamu nggak berpikiran macam-macam dengan apa yang saya katakan kemarin. Saya nggak ada maksud apa-apa." Regantara meletakkan kedua tangannya di atas meja kasir sehingga posisi tubuhnya sedikit membungkuk."Saya nggak mikir macam-macam. Sebaiknya Bapak meninggalkan tempat ini sebelum dua karyawan saya yang malah nantinya berpikir macam-macam tentang kita," ujar Rubi masih melanjutkan perhitungan pendapatannya."Ok kalo begitu," ucap Regantara melihat Rubi dana dua pegawainya bergantian lalu lelaki bertubuh ringgi itu pun pergi dari ruangan itu.Mobil Regantara belum beranjak dari pelataran parkir toko roti Rubi sudah lebih dari satu jam. Regantara memilih menunggu Rubi menutup toko rotinya agar dia bisa banyak bicara tentang kesalahpahaman antara mereka."Halo, Mbak ... ini sudah jam tujuh,
Baca selengkapnya
16. Makan Malam Yang Tertunda
Sudah lebih satu minggu sejak pertemuan Regantara dan Rubi, mereka tak lagi pernah bertemu. Seingat Rubi saat itu Winda datang hanya menyampaikan pesan selama satu minggu ke depan makan malam Regantara sementara diliburkan tanpa alasan apapun."Pak Regan jarang keliatan ya Mbak," kata Bono."Hhmm ...." Rubi tak menggubris."Katanya pulang ke Jakarta, Bon," sahut Yanti."Oh, mungkin kangen istri," ujar Bono.Rubi hanya melihat dua pegawainya itu sejenak, lalu berusaha mengalihkan pikirannya. Benar kata Bono, mungkin Regan rindu mendiang istrinya bahkan kedua anaknya."Bon, nanti aku di turunkan di Latto Mart ya, mau cari sesuatu," kata Rubi."Di tungguin nggak, Mbak?" tanya Bono lagi sambil bersiap untuk pulang sore itu."Enggak usah, nanti aku pulang sendiri aja," ucap Rubi lalu meraih tas selempangnya.Memasuki supermarket besar di kota Semarang, Rubi mendorong troli mengitari rak demi rak."Papa, Kay mau yang ini ya. Kay mau beli tiga."Seorang anak perempuan dengan rambut kuncir k
Baca selengkapnya
17. Teman?
"Apa tujuan Bapak selalu saja membuat saya merasa tidak nyaman." Regantara meletakkan setengah pizza yang telah dia makan. Membersihkan kedua tangannya dengan tisue lalu meneguk air mineral kemasan botol."Enggak nyaman?""Iya, saya merasa terganggu. Pertama Bapak tiba-tiba ingin catering untuk di antar setiap malam," ujar Rubi."Karena saya sakit—""Lalu kedua, Bapak tiba-tiba memesan kamar hotel tanpa persetujuan saya.""Karena kalau kalian pulang malam itu bahaya, kamu tau medannya seperti apa ...." Regan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Ketiga, tiba-tiba Bapak kembali datang dengan dalih minta maaf." Sorot mata Rubi begitu tajam menatap Regantara."Lalu ke em—""Saya datang malam ini hanya untuk mengajak kamu makan malam, bisakah kita menjadi teman? saya ingin mengenal kamu begitu pun sebaliknya, hanya itu tujuan saya," ucap Regantara melipat tangannya di depan dada. Mata mereka saling bersitatap, Rubi terdiam perlahan dia turunkan pandangannya. Helaan napas janda
Baca selengkapnya
18. Cemburu
"Win, berkas yang kemarin saya suruh taruh di atas meja saya, kamu ambil lagi?" tanya Regantara pagi itu di ruangan kerjanya."Iya Pak, saya simpan lagi karena belum Bapak tanda tangani," jawab Winda."Nanti bawa lagi kemari, segera saya tanda tangani. Oh ya, Win ... siang ini Pak Wahyu datang ke kantor kita. Tolong kamu siapkan semua ya, dari hotel hingga makanan dan tim untuk survey ke lokasi yang baru lusa nanti." Regantara kembali berkutat dengan laptopnya.Semalam Wahyu, ayah mertuanya mengatakan akan melakukan kunjungan ke Semarang. Dia ingin melihat langsung hasil kerja Regantara yang memang berhasil setelah hampir enam bulan."Baik, Pak," jawab Winda lalu meninggalkan ruangan Regantara.Tepat pukul dua siang sesuai perkiraan , Wahyu sudah sampai di Semarang. Lelaki bertubuh tegap itu melihat keseluruhan kantor yang menantunya kelola. "Setiap ruangan Regan buat seperti kantor kita di Jakarta, Pa. Meski karyawannya tidak sebanyak di sana, tapi lebih tetata saja kalau sewaktu-wa
Baca selengkapnya
19. Mantan Suami
"Mbak ... Mbak tau nggak?" Bono datang sambil menurunkan nada suaranya."Apa?" Rubi menghentikan kegiatannya memasukkan sayur ke dalam mangkuk."Ternyata Pak Regan itu duda ....""Apa?!" Yanti yang ternyata berdiri di belakang mereka pun terkejut mendengarnya. "Yanti!" Rubi dan Bono bersama menoleh ke belakang."Serius?" tanya Yanti."Iya, dia duda," ujar Rubi."Apa?! Kali ini Yanti dan Bono sama terkejutnya."Mbak Rubi tau?" tanya Bono."Iya, duda anak dua, istrinya meninggal karena covid," jelas Rubi."Kok Mbak Rubi tau?" Yanti kembali bertanya."Kalian kenapa sih?" Rubi tertawa melihat wajah kebingungan dua pegawainya itu."Mbak Rubi sudah tau lama?" Bono semakin penasaran.Rubi mengangguk hingga membuat dua pegawainya itu mengatup bibir mereka tak percaya."Woo ... angel iki angel," ujar Yanti terduduk di lantai."Koe ngopo e, Yan (kamu kenapa, Yan)?" Bono tertawa melihat Yanti mengusap dadanya dengan wajah sendu."Duda, Bon. Semakin besar harapanku," ujar Yanti."Ojo ngimpi, car
Baca selengkapnya
20. Minggu Pagi
"Mantan suami saya," jawab Rubi melepaskan tangan Regantara dari pundaknya. "Terimakasih karena sudah membantu saya, Pak. Sudah malam, saya permisi," ucap Rubi sambil mencari-cari dimana kunci motornya berada. "Sialan." Rubi teringat kunci motornya ada pada Dimas."Saya antar kamu pulang, ini sudah malam. Motor masukkan kembali ke toko, bisa kan?"Rubi mengangguk, bagaimanapun ini sudah malam. Rubi juga takut jika Dimas masih membuntutinya."Kenapa dia datang?" tanya Regantara setelah beberapa menit mereka saling terdiam di dalam mobil."Entah," jawab Rubi singkat."Apa sesering itu?"Rubi menggelengkan kepalanya, "dia datang hanya untuk mengancam," jawab Rubi lalu mengusap air matanya."Kenapa?""Saya enggak tau, memang seperti itu hidupnya," kata Rubi."Perpisahan kalian— maksud saya, kalian bercerai tidak dengan baik-baik?""Tidak ada pasangan menikah lalu bercerai secara baik-baik, Pak. Apalagi dikarenakan pihak ketiga," ucap Rubi."Maaf," ujar Regantara tak enak hati."Saya hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status