Semua Bab Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Bab 41 - Bab 50
298 Bab
Part 41. Axel dan Angkasa 
“Mami, aku sudah selesai mewarnainya.” Suara kecil itu terdengar semangat tapi ada nada sedikit lemah di dalamnya. Gambar itu diberikan kepada Permata dan Permata melihatnya sebelum bersuara.“Ini bagus sekali. Angkasa udah ngantuk sekarang?” Permata mengelus kepala bocah itu dengan lembut dan anggukan kecil terlihat. “Iya, Mami.” Namun meskipun kantuk itu sudah menggelayut di matanya, bocah itu masih menyempatkan diri untuk membereskan barang miliknya. Memasukkan pensil warna ke dalam kotaknya, pensil dan penghapus ke dalam kotak pensil, dan menumpuk buku-buku tipis menjadi satu. Namun, pergerakannya terhenti ketika sebuah suara terdengar memanggilnya.“Angkasa.” Dan seketika, bukan hanya Angkasa yang mendongak untuk menatap ke sumber suara, tapi tiga orang lainnya melakukan hal sama. Kebekuan seketika tercipta, dan Denial seketika melompat dari tempat duduknya. Berjalan cepat ke arah Axel dengan rahang menguat dan kepalan tangannya membulat.“Pergi dari sini!” usirnya. “Jangan s
Baca selengkapnya
Part 42. Memperketat Penjagaan
“Kita selesaikan masalah kita malam ini sampai tuntas.” Permata melanjutkan. Di dalam pikiran perempuan itu, dia harus memutus hubungan apa pun yang ada di antara mereka. Masa bodoh dengan keinginannya untuk balas dendam atas masa lalu yang terjadi. Sekarang, dia hanya perlu fokus pada kehidupannya dan putranya. Jujur saja, ada ketakutan yang menggelayut di dalam hati Permata jika Axel bersikeras mengambil putranya. Bagaimanapun Axel adalah lelaki berpengaruh. Dia bisa melakukan hal-hal keji untuk mendapatkan apa yang diinginkan. “Jadi, Angkasa adalah putraku?” Axel mengeluarkan suaranya tidak seperti biasanya. Suara itu tak terdengar seperti biasanya yang tegas dan berwibawa. Jika Permata tidak salah mengartikan, maka suara itu mengandung rasa sakit dan penyesalan. Tapi, Permata menepis semua pikiran itu karena dia tahu, Axel tidak akan merasakan perasaan seperti itu. Lelaki berhati dingin itu hanya bisa melakukan kekejaman. “Benar. Dia adalah putramu secara harfiah. Tapi kamu t
Baca selengkapnya
Part 43. Seorang Cucu
“Kamu ini bicara apa, Axel?” Akhirnya, ibu Axel menanggapi lebih dulu. Perempuan itu tersenyum, tapi senyum itu hanya sebuah senyuman kaku yang tampak tidak tulus. Jelas, jika perempuan itu merasa sedikit terkejut. Mungkin saja, dia juga sedang menolak pikiran buruk tentang putranya. “Aku serius, Ma.” Dan saat kalimat itu keluar dari mulut Axel, sebuah tamparan keras bersarang di wajah lelaki itu. Sudut bibir Axel segera mengeluarkan darah dan panas di pipinya menyeruak keluar. Benar, kan, ayahnya tidak akan membiarkannya begitu. Pekikan ibu Axel terdengar.“Papa, jangan pukul lagi … jangan pukul lagi.” Perempuan itu menarik tangan sang suami dan menjauhkan dari putranya. “Papa, kita bicarakan baik-baik.” “Bicarakan baik-baik seperti apa?” Lelaki paruh baya itu dipenuhi emosi saat mengatakan itu. Matanya bahkan melotot menatap Axel yang ada di depannya.“Katakan, bedebah mana yang mengajarimu berperilaku menjijikkan seperti itu! Kami bahkan tidak pernah mengajari hal-hal buruk!”
Baca selengkapnya
Part 44. Penolakan 
“Jam berapa biasanya Berlian datang?” tanya ibu Axel. Seumur hidupnya, orang tua Axel tidak pernah mendapatkan penolakan. Mereka adalah orang-orang terhormat yang akan disambut hangat di mana pun mereka berada. Sekarang, karena Axel, mereka justru mendapatkan perlakuan kurang baik. Berbeda dengan ibu Axel yang tampak sabar, ayah Axel justru tidak mengatakan apa pun. Tapi auranya menggelap bak awan mendung yang ingin segera menumpahkan hujan. “Tidak tentu, Bu. Bisa sangat malam, bisa juga sore sudah pulang.” Penjaga rumah menjawab dengan sopan meskipun raut wajahnya dingin. Kini Nyonya Rita menatap ke arah suaminya yang sejak tadi hanya diam membisu. Entah apa yang sedang di pikiran lelaki itu, namun sudah jelas, dia sedang memendam kemarahan. Denial yang ada di balik jendela kaca besar di ruang tamu, menatap adegan di luar pagar rumahnya dengan tenang. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana dan ekspresinya tampak sedingin salju. Dia pernah melihat pasangan paruh baya itu
Baca selengkapnya
Part 45. Berhadapan Orang Tua Axel
“Kalian benar-benar memiliki hubungan di masa lalu?” Permata mungkin tidak pernah menyangka jika Axel akan mengatakan yang sesungguhnya kepada Gema. Tapi, bagaimanapun, Gema memang harus tahu. Katakanlah itu bukan karena Gema adalah bos Permata, tapi dia adalah sahabat Axel. Menjadi hal yang wajar ketika seorang sahabat mengetahui masalah sahabatnya. Jika sudah seperti ini, maka tidak ada lagi alasan Permata untuk menyembunyikannya. Tanpa berpikir pun dia tahu jawaban yang harus diberikan kepada Gema.Mengangguk. “Itu benar. Kami memiliki hubungan di masa lalu.”“Dan, putramu adalah putra Axel?”“Ya.” Gema dibuat sakit kepala untuk kesekian kalinya menghadapi permasalahan Permata yang seperti kejutan ulang tahun. Tidak pernah disangka sama sekali. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa pun untuk melanjutkan. Semua kata hilang begitu saja. Ruangan Gema yang dingin semakin dingin karena informasi yang sudah dikonfirmasi langsung oleh yang bersangkutan. “Kalau begitu, saya tidak akan
Baca selengkapnya
Part 46. Pertemuan Dengan Angkasa
“Axel tidak mengatakan tentang itu?” Axel yang sejak tadi hanya diam menutup mulutnya, kini memberikan tatapan tajam kepada Permata. Ada sebuah peringatan yang ditunjukkan lewat tatapan tersebut. Tapi, apakah itu berpengaruh terhadap Permata? Tentu saja tidak. Larangan adalah perintah. Jadi saat Permata melihat orang tua Axel penuh dengan kebingungan, maka dia segera menjelaskan detailnya. Menceritakan semuanya tentang perlakuan Axel yang brengsek di masa lalu dan latar belakang Axel melakukan itu. Cerita itu didengarkan dengan baik oleh kedua orang tua Axel tanpa ada sepatah kata pun yang terlewatkan. “Ibu dan Bapak mungkin pernah berpikir jika bisa saja putra saya bukanlah putra Axel. Tapi, saya tidak pernah tidur dengan lelaki mana pun kecuali dengan Axel.” Sebelum orang lain menduganya yang tidak-tidak, dia lebih dulu menjelaskan. Dengan begitu, tidak ada yang berani menuduhnya yang macam-macam. Dia tak butuh pengakuan dan tak butuh diakui. “Itu benar, Axel?” tanya sang ayah.
Baca selengkapnya
Part 47. Sesuap Nasi Goreng
“Apa yang perlu kamu pikirkan, Permata? Angkasa adalah bagian dari kami. Dia juga berhak mengetahui siapa ayahnya.” Axel menjawab dengan nada tak terima. Dia lupa jika hanya dengan dia membawa orang tuanya menemui Permata dan Angkasa, lantas Permata akan memberikan akses kepada dia dan keluarganya untuk bisa bersama dengan Angkasa sesukanya? Itu hanya ada dalam pikiran konyol Axel. Alih-alih menjawab ucapan Axel, Permata melanjutkan ucapannya kepada dua orang tua yang ada di depannya. “Saya minta maaf kalau ini menyinggung perasaan Ibu dan Bapak. Tapi, selama ini Angkasa selalu dalam pengawasan saya. Jadi, saya tidak mengizinkan dia bertemu dengan sembarang orang.”“Tapi kami bukan sembarang orang, Berlian. Kami adalah kakek neneknya.” Ibu Axel masih berusaha.“Saya tahu, tapi itu tak lantas membuat saya memberikan kemudahan kepada Ibu dan Bapak. Ini sudah menjadi keputusan saya.” “Kalau begitu kami tidak akan menyerah,” lanjut ayah Axel. Permata tidak menjawab. Membiarkan Axel d
Baca selengkapnya
Part 48. Diculik Axel
“Om Axel suka?” Pertanyaan itu terngiang di dalam pikiran Axel sampai dia kembali ke kantornya. Meskipun kebersamaan dengan Angkasa tidaklah lama, tapi setidaknya bisa mengobati kerinduannya. Meskipun begitu, dia tak bisa sering-sering melakukannya. Miss Windy mengatakan jika dia tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan Angkasa bertemu dengan orang asing tanpa sepengetahuan orang tuanya.Ya, andai saja orang tahu kalau Axel adalah ayah Angkasa, maka bertemu diam-diam tidak akan pernah dilakukan. Tapi itulah hasil dari perbuatannya yang dilakukan di masa lalu. Dia melakukan hal buruk, maka tentu balasannya juga akan lebih buruk. Inilah yang dinamakan karma. “Pak.” Tiba-tiba saja asisten Axel masuk ke dalam ruangan Axel dan sedikit mengejutkan lelaki itu. “Ada apa?” tanya Axel dengan ekspresi datar seperti biasa.“Ada kabar yang sedikit mengejutkan, Pak,” lapor Alvan. “Ibu Berlian sekarang menjadi pemegang saham tertinggi di Larena melampaui Ibu Leona. Saya baru saja mendapatk
Baca selengkapnya
Part 49. Menyerah
“Kamu berpikir menjalankan bisnis itu mudah sehingga kamu mengeluarkan uangmu hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti ini?”Sebagai seorang pebisnis dan pengusaha, Axel tahu menjalankan perusahaan bukan perkara mudah. Dia menanyakan itu bukan karena peduli dengan kehidupan Leona, tapi kebalikannya. Dia justru memedulikan Permata. Sayang sekali, Permata justru mengeluarkan kekesalannya.“Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu menanyakan ini karena calon istrimu itu? Axel … Axel … Kalau begitu bantu saja dia bangkit dari keterpurukannya. Aku dengar, dia hari ini marah-marah di kantornya.” “Kamu pikir aku melakukan ini demi Leona?” “Masa bodoh!” Permata menjerit kesal. Dadanya naik turun akibat nafasnya yang memburu. “Aku tidak peduli kamu melakukan ini untuk siapa, tapi kamu sudah membuatku kesal!” Biarkan saja. Biarkan Permata mengeluarkan semua amarahnya hari ini. Dia benar-benar sudah kesal menghadapi Axel yang membuat masalah dengannya. Benar,
Baca selengkapnya
Part 50. Anak Permata Adalah Anakku
“Apa maksudmu menyerah?” Almeda tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Permata dengan mengungkapkan dua kata tersebut. Bukan hanya Almeda, Denial pun kini menatap Permata dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang menjadi pertanyaan mereka pastilah apa yang terjadi pada Permata saat pertemuannya dengan Axel. Tapi, untuk mengetahui itu tentu perlu waktu sampai Permata mengatakan semuanya. “Bagaimana dengan Leona?” Tiba-tiba saja Permata bertanya tentang hal yang tidak sedang mereka bahas. “Kamu belum menjawab pertanyaanku, Permata,” tegas Almeda. “Nggak ada yang perlu aku jelaskan. Axel nggak melakukan apa pun ke aku kecuali kami adu mulut. Dan itu seperti biasanya, nggak ada yang kami bicarakan kecuali dia ingin kembali dan bersama dengan kami.”“Dan kata menyerahmu adalah kamu akan semudah itu memberikannya izin?” desis Almeda.“Aku nggak sebodoh itu. Tapi, aku akan menyelesaikan satu per satu. Dan fokusku sekarang adalah Leona.” Jika harus berurusan dengan dua orang sekaligus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
30
DMCA.com Protection Status