Semua Bab Suara Suamiku di Kamar Pembantu : Bab 21 - Bab 30
66 Bab
Bab 21. Mata-mata untuk Pengkhianat
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 21[Mbak Mika, perkenalkan saya Sisil. Apa kita bisa bertemu?]Sebuah pesan yang baru saja dibaca oleh Mika. Pesan yang masuk sejak 15 menit yang lalu. Sejenak Mika terdiam, berusaha mengingat-ingat siapakah pemilik nama itu. Beberapa menit bergelut dengan pemikiran, Mika tak kunjung menemukan nama itu di ingatannya. Dan Mika memilih mengabaikan pesan yang baru saja ia baca dari nomor yang tak bernama di ponselnya. Dret DretPonsel yang akan diletakkan oleh Mika di atas nakas bergetar, ada panggilan masuk dan nama sang suami terpampang sebagai pemanggilnya. Sejenak Mika terdiam, namun ia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Mas, ada apa?" "Hai, Sayang. Mas hanya mau kasih tau, nanti setelah pulang kerja mau mampir dulu ke rumah sakit, mau cek-up." Mendengar ucapan sang suami membuat kening Mika berkerut, setelahnya ia pun menjawab,"mau cek up? Siapa? Kamu?""Iya. Aku, Sayang. Entah kenapa perut yang terkena tonjokan kamu kemar
Baca selengkapnya
Bab 22. Sandiwara Mika
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 20"Sayang, enakan gini ajalah. Aku nggak usah balik ya. Aku tinggal di sini saja. Kalau pun kemahalan, ya cari perumahan yang minimalis. Gimana?" tanya Mona yang berbaring di atas ranjang dengan lengan Johan sebagai bantalnya. Jemari lentiknya menari-nari di atas dada sabg kekasih. Mona mendongak, menatap penuh permohonan pada Johan. Mona berharap, jika Johan menyanggupi permintaannya. "Kalau cari perumahan, setidaknya harus ada uang mukanya. 50 juta loh. Sabar ya, ini Mas lagi usaha agar proyek bersama tim berhasil." Mona mendengkus kesal. "Kalau kamu ngontrak, kita nggak bisa ketemu setiap waktu. Bukankah kamu menginginkan setiap hari berjumpa walau hanya sekedar menatap saja?" Mona bangkit dari baringnya. Lantas ia pun mendudukkan tubuhnya dengan tubuh yang masih polos. Sehelai benang pun tak menutupi tubuh polos wanita itu. "Panas tau nggak setiap hari lihat kalian bermesraan, makan bareng, nonton tv bareng," sungut Mona. Pandangannya lu
Baca selengkapnya
Bab 23. Hiburan Untuk Mika
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 23Johan mengehentikan kendaraannya dengan asal. Ia tak memasukkan ke dalam garasi, namun ia berhenti di teras tepat di depan pintu rumah. Ia bergerak keluar dari mobil lalu tergesa-gesa lelaki itu melangkah. Tok!Tok!Johan mengetuk pintu beberapa kali dengan kepala yang celingukan–menatap ke segala penjuru untuk mencari seseorang yang sedari tadi mengganggu sang istri. Namun, pandangan Johan berhenti pada sebuah amplop coklat yang ada di bawah jendela. Seketika saja perasaan lelaki itu menjadi tak enak. Bergegas Johan mengambilnya dan membuka perekat benda tipis itu. "Apa-apaan ini?!" pekik Johan dengan kedua bola mata yang membelalak saat melihat lembaran foto dirinya dengan Mona tercetak pada kertas yang saat ini ada di tangannya. Johan meremasnya, lalu pikirannya bekerja–mengira-ngira siapakah dalang yang akhir-akhir ini telah mengganggu ketenangannya. Lelaki itu terlalu menyelami pemikirannya, hingga tanpa sadar sang istri telah berdir
Baca selengkapnya
Bab 24. Lelaki di Masa Lalu
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 24DretDretJohan terkejut saat ponsel yang ia letakkan di bawah bantal bergetar. Mata yang baru saja terpejam, kini terbuka seketika. Johan mendengkus, lalu lelaki itu pun merogoh benda pipih. Hingga nama Mona tertangkap di kedua iris hitam Johan sebagai pemanggilnya. Sejenak ia menatap ke arah sang istri, begitu memastikan Mika tertidur, perlahan lelaki itu beringsut dari ranjang lalu melangkah dengan mengendap-endap keluar dari kamar. Sebelum Johan menutup kembali pintu kamar, ia menyempatkan diri untuk menoleh. Memastikan jika sang istri masih di tempatnya semula. "Halo, ada apa malam-malam telepon?" tanya Johan begitu ia rasa jaraknya jauh dari kamar. "Mas, ini gimana sih kok istrimu minta aku segera balik." Johan mendengkus. "Mika takut di rumah sendirian, soalnya semalam ada yang gedor-gedor pintu." "Halah! Itu sih alasan dia saja. Bilang aja nggak becus urus rumah. Memang dasar istrimu itu pemalas!" Johan melangkah semakin menjauh
Baca selengkapnya
Bab 25. Detik Penggerebekan!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 25Tok!Tok!Tok!"Bu Mika, saya mau mengantarkan minumannya." Suara Mona terdengar di depan pintu. Mika yang tengah duduk di tepi ranjang bergegas berdiri lalu melangkah menuju ke arah pintu kamar. Begitu sampai, Mika membuka pintu lalu menerima dua minuman milik sang suami dan juga dirinya. Sebenarnya, Mika berniat untuk memberikan obat perangsang ke minuman Mona dan Johan. Namun Mika mengurungkan niatnya, sebab tanpa diberikan obat tersebut mereka pun malam ini telah merencanakan pergulatan di atas ranjang. "Terima kasih, Mon." "Sama-sama, Bu." Seulas senyum terbit di bibir Mona, setelahnya Mona berlalu pergi seiring pintu yang mulai tertutup. "Minum, Mas." Mika meletakkan secangkir kopi di nakas yang ada di samping suami. "Makasih, Sayang." Mika mengangguk. Johan pun bergegas meraih secangkir kopi lalu menyesapnya secara perlahan. "Kok nggak lang–"DretDretUcapan Johan terhenti saat tiba-tiba ponsel bergetar, dan nama sang ibu terpa
Baca selengkapnya
Bab 26. Penggerebekan!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 26"Dobrak saja, Pak.""Baik, Bu." Salah seorang satpam komplek mulai mengambil ancang-ancang. Hingga ...."Tunggu, Pak!"Tendangan yang hampir melayang menjadi tertunda. Lelaki berpakaian khas seorang security menoleh lalu berkata,"ada apa lagi, Bu?" "Bentar, saya rekam dulu. Biar nanti viral!""Bagus, Bu! Aku sampai nggak kepikiran." "Udah, Bu Mika tenang saja. Pelakor dan pecundang itu nggak cukup digerebek saja, tapi harus ada sangsi sosial, biar jera!" Mika mengangguk, sedangkan seorang wanita bergamis coklat itu pun mengutak-atik layar ponsel. "Siap, Pak. Ayo tendang!" seru seseibu setengah berbisik dengan kamera ponsel yang mengarah ke depan. "Buruan, Pak. Keburu selesai itu main kuda-kudaannya.""Bismillah." Lelaki itu kembali mengambil ancang-ancang, hingga akhirnya ....Brak!Hanya satu kali tendangan, pintu seketika terbuka. Suara rintihan kenikmatan itu kini tak terdengar lagi. Mereka serempak menoleh ke arah sumber suara. Gegas
Baca selengkapnya
Bab 27. Hamil?
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 27"Dasar wanita bodoh!" "–kau!" Emosi Mona meluap, bahkan gigi wanita itu bergemelatuk. "Apa? Kau tak terima kusebut bodoh? Ha?!" teriak Mika."Kalau kau wanita pintar, setidaknya kau menjadi wanita simpanan lelaki yang kaya raya. Bisa memberikan apa yang kamu minta! Setidaknya, bisa memberikanmu rumah berlantai dua atau bahkan berlantai tiga! Bukan malah dijadikan pembantu macam ini!" "Aku mencintai Mas Johan apa adanya, bukan karena harta!" "Ha ha, oh ya? Sekali pun dia membuatmu menderita?! Gila!" Lagi, Mika kembali meledakkan tawanya. "Kau mencintai lelaki pecundang sepertinya? Iya?!" teriak Mika dengan telunjuk mengarah ke wajah sang suami. "Apa dia juga mencintaimu seperti kamu mencintai dia?""Tentu!""Lalu apa melemparkan semua kesalahan padamu, itu sebagai bentuk cintanya padamu, iya?" Ucapan Mika berhasil membungkam mulut Mona."Kalian ....!" Mika menatap sang suami dan Mona secara bergantian dengan sorot mata yang begitu tajam. I
Baca selengkapnya
Bab 28. Mengarak Dua Pezina!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 28"Bawa mereka," titah Mika dengan nada datar. Lalu, para warga mulai menggelandang keduanya menuju ke tempat yang disebut oleh Mika. Di sepanjang jalan, teriakan demi teriakan yang para warga lakukan berhasil mengundang orang-orang yang belum mengetahui kejadian. Hingga membuat mereka keluar dari rumah. Sebagian orang ikut menggelandang sepasang pengecut sembari berorasi, dan yang sebagian lainnya hanya menyaksikan saja. Tak jarang, ada yang mengabadikan momen tersebut, bahkan ada yang langsung menjadikan live di salah satu sosial media berwarna biru. Teriakan dan cemoohan warga terus berdatangan, membuat Johan dan Mona tertunduk malu. Dan di sinilah mereka sekarang, berada di tengah-tengah lahan kosong yang dikerubungi oleh banyak orang. Sedari tadi, Johan dan Mona hanya menunduk, tak kuat walau hanya sekedar mengangkat kepala untuk melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya. Bahkan, dua manusia itu hanya berdiam pasrah saat beberapa or
Baca selengkapnya
Bab 29. Mengusir Duo Pengkhianat
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 29"Atau setelah ini kamu akan memaafkan aku? Jika memang begitu, baiklah. Tak mengapa, aku akan menikahi Mona dan akan menceraikan dia begitu anak itu lahir." Pletak!"Aduh!" pekik Johan begitu sebuah asbak rokok menghantam keningnya karena dilempar oleh Mona. "Apa-apaan kamu, Mas! Enak aja mau cari enaknya saja. Kalau rencanamu seperti itu, yaudah digugurin saja ini bayi!" sungut Mona yang benar-benar tak terima dengan apa yang Johan katakan. Johan hanya menelan salivanya, ia tak tau harus berkata apa. Tangan lelaki itu terus mengusap kening yang terkena lemparan asbak rokok. "Lihatlah, sepengecut itulah lelaki yang kamu cintai." Mika tersenyum sinis sembari menggelengkan kepala. "Sayang." "jangan menyebutku dengan panggilan itu lagi! Mual perutku mendengarnya!" "Astaghfirullah, Johan. Apa yang terjadi?" Suara seorang wanita paruh baya terdengar seiring tubuhnya yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. "Johan, apa yang terjadi, Nak?" tan
Baca selengkapnya
Bab 30. Negoisasi!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 30"Loh? Mana bisa kayak gitu? Semua ini aku yang mencari. Oke jika kamu memang memilih berpisah, aku turuti. Tapi nggak bisa dengan harta yang selama ini kucari!" Mendengar seruan dari Johan membuat Mika tersenyum. "Baiklah, tunggu sebentar." Gegas Mika berdiri dari tempat duduknya lalu ia melangkah pergi menuju kamar. Kini tinggal Johan dan Mona yang berada di ruang tamu dan melakukan obrolan serius. "Kamu yakin mau cerai sama Mika?""Ya mau gimana lagi? Dianya menginginkan perpisahan." Kali ini Johan pasrah, sebab ia tahu bagaimana karakter seorang Mika. Bahkan, sesaat setelah melakukan ijab qabul, Mika sudah menekankan pada Johan kalau dirinya menentang dan tak akan memaafkan yang namanya perpisahan. "Lalu apa kamu masih ingin menceraikan aku setelah aku melahirkan anak kita?"Johan tersenyum, lalu lelaki itu meraih kedua tangan Mona. Johan menggenggam kuat-kuat tangan wanita itu, setelahnya ia pun berucap, "Itu tidak akan terjadi, Sayang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status