Semua Bab Ayah Untuk Anakku: Bab 241 - Bab 250
294 Bab
Bab 241
Hari berganti, Nitara mencoba mencuci otak Amelia untuk kebaikan sahabatnya. “Mei, mungkin untuk siang ini kamu harus mengirimkan makan siang pada Erland sekalian menemani suami kamu makan siang, aku dengar kamu sering memasak bekal makan siang. Hihi ....” Panggilan udara dihubungkan sekitar pukul delapan pagi setelah William meninggalkan rumah menuju gedung perusahaan miliknya sendiri.“Iya, hampir setiap hari aku membuatkan bekal, hanya kemarin saja aku tidak membuatnya karena Erland melarang. Hihi ....”“Kenapa melarang?” Nitara pikir itu karena pertemuan Erland dengan Cristy walau dia sudah mendengar jika kemarin sahabatnya mengunjungi Tio, bukan Erland.“Kemarin Erland terlalu sibuk, jadi katanya entah jam berapa dia bisa makan. Tapi ternyata saat pulang Erland tidak makan siang sama sekali. Kasihan sekali suamiku,” desah Amelia.Nitara barusaja mendapatkan jawaban atas kecurigaannya. Lalu dengan antusias kembali mencoba mempengaruhi Amelia. “Kalau begitu lebih baik siang ini kam
Baca selengkapnya
Bab 242
Beberapa bulan berlalu, Cristy tidak pernah berhasil menemui Erland walaupun akhirnya dia mengetahui jika pria itu sudah memiliki gedung perusahaan sendiri itu karena kehadirannya sering mendapatkan penolakan, bukan karena Erland tidak ingin menemui salah satu sahabatnya, melainkan dirinya terlalu sibuk. Semua orang yang ingin menemuinya harus memiliki janji sekiranya dua sampai tiga hari ke belakang, semua janji pertemuan diurus oleh sekretarisnya.Cristy sempat meminta sekretaris Erland untuk memertemukannya dengan sahabatnya, tetapi tidak berhasil karena selalu saja jam kerja sang bos besar sudah terisi oleh berbagai macam hal yang membuatnya harus mengesampingkan Cristy.Erland sempat berpesan pada sekretarisnya untuk menolak dengan halus semua kawannya yang ingin bertemu karena dia tidak ingin mencampurkan urusan bisnis dengan kawannya yang bisa ditemui di luar jam kerja. Tetapi nyatanya semua waktu senggangnya digunakan untuk Amelia dan Kenzo.Kini, kehamilan Amelia sudah memasu
Baca selengkapnya
Bab 243. Keadaan Bayi Milik William dan Nitara
Hari ini Amelia dan Nitara membuat janji dengan Cristy, keduanya ingin membeli perlengkapan bayi di butik milik sahabatnya. Kini mereka sudah mengetahui jenis kelamin bayinya jadi tidak ada alasan untuk tidak melengkapi semua keperluan bayi. Kedua wanita ini ditemani ibunya. Maka, justru yang lebih aktif memilih adalah orangtua mereka.“Kita duduk saja, kita memilih sisanya saja.” Pasrah Amelia seiring menopang perut besarnya saat hendak duduk di sofa. Ukuran kehamilannya memang sedikit lebih besar dari Nitara, pun berat badan bayinya memang melebihi bayi yang berkembang dalam rahim sahabatnya.“Tadi sebelum kesini aku sudah banyak bertanya pada mama tentang apa saja yang harus dibeli. Aku kira mama tidak akan seaktif ini memilih. Hihi ....” Nitara membiarkan ibunya tanpa memerotes, dirinya sama seperti Amelia yang memilih pasrah.“Kalau aku sih tidak perlu bertanya-tanya lagi, aku sudah tahu semua perlengkapan bayi. Hanya tinggal memilih model dan warna yang berbeda saja. Hihi ....”
Baca selengkapnya
Bab 244
William terpaku di halaman rumah sakit, tatapannya masih sangat kosong karena sulit menerima kenyataan pahit yang didengarnya. “Kenapa, kenapa harus seperti ini?” Pria ini merasa dunianya hampir berakhir, dia merasa hidupnya juga tidak bermakna. Apalagi saat memikirkan hati Nitara ketika istrinya mengetahui kenyataan tentang bayi pertama mereka.“Apa yang harus aku lakukan?” William dihantui kebingungan saat menyikapi hal yang di luar jangkauannya. Jadi, pukul sembilan malam dirinya baru saja tiba dikediaman mertuanya.Seperti biasanya, Nitara menyambut hangat dan penuh kasih sayang, “Sayang ... apa kamu lembur? Pekerjaannya banyak sekali ya. Maaf ya, aku tidak bisa membantu apapun.” Kedua telapak tangannya menyentuh lembut dada bidang William yang masih berdiri di ambang pintu.William tiba dengan wajah semrawut, tetapi tidak dapat dipertontonkan terus menerus pada istrinya yang harus dibahagiakan. Maka, senyuman ditarik teduh. “Asalkan kamu tetap bahagia, itu sudah menjadi obat rasa
Baca selengkapnya
Bab 245
Bayi milik William dan Nitara menjadi bahan pemikiran Erland di sela-sela waktu luangnya. Pria ini barusaja menyantap dua suap makanan, kemudian menghentikannya. “Kasihan sekali William. Apa dia bisa makan sesuatu?” Saudaranya adalah ayah dari si bayi yang dinyatakan cacat, Erland mampu menebak isi kepala dan hatinya karena jangankan William, dirinya saja dibuat kurang nafsu makan padahal dia sempat mengatakan supaya William tidak terlalu memikirkannya.Panggilan diarahkan pada nomor ponsel William, tetapi tidak mendapatkan tanggapan. Jadi, Erland memanggil pada nomor kantor untuk menanyakan saudara kembarnya. “Apa William di sana?”“Tidak, Tuan. Sudah sejak pukul sepuluh pagi tuan William meninggalkan gedung karena harus menemui kolega,” jawab wanita yang berada di bagian lobby. Jadi, dia sangat tahu saat semua orang keluar dan masuk, apalagi William yang berpangkat pemilik.“Sekretarisnya di sana?”“Tidak, tuan William pergi bersama sekretarisnya.”“Berikan aku nomor sekeretarisnya,
Baca selengkapnya
Bab 246
Selama hampir satu minggu William hidup di dalam kesedihan, selama itu juga Erland mampu merasakannya hingga akhirnya William memutuskan menceritakan hal ini pada Bagaswara berharap bisa mengurangi sedikit kesedihannya.Saat Bagaswara mendengar cerita pilu tentang cucunya, dia dapat merasakan rasa sakit William dengan sangat dalam. Pelukannya begitu lama menangkup tubuh sang putra yang lebih besar darinya. “Nak, bersabarlah ... Papa di sini, mama dan semua keluargamu ada di sini. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan.” Saat ini hatinya sangat perih sebagaimana yang dirasakan William, tetapi Bagaswara mengerti maksud putranya bercerita, William ingin membagi kesedihan hingga mengikis perih yang menggerogotinya.“Tara tidak tahu. Hanya Erland dan Papa yang tahu ....” William masih berada dalam pelukan ayahnya-salah satu tempatnya mengadu. Ayah dan ibu adalah sosok terakhir pelariannya saat suatu masalah tidak dapat terselesaikan.“Ya, biarkan Tara dan mama, jangan sampai keduanya tahu.
Baca selengkapnya
Bab 247. Aku Akan Meminta Milikmu
Amelia menceritakan pertemuannya dengan dokter kandungan, wanita yang selalu menjelaskan dengan rinci tentang perkembangan putri mereka hingga membuat Erland mendengarkan sampai akhir seiring memasang wajah bahagia. “Syukurlah, putri kita sangat menyayangi ibunya. Maka dari itu kita selalu mendapatkan kabar baik dari anak kita.” Belaian lembut telapak tangannya segera menyapa perut buncit Amelia.“Bagaimana kalau kita mulai menyiapkan nama.” Antuasias Amelia.“Boleh. Tapi aku belum punya ide.” Erland melonggarkan dasinya saat menyahut ceria karena baru saja tiba dari perusahaan.“Tidak apa, kita pikirkan berdua. Aku juga belum punya ide kok,” kekeh gemas Amelia karena akhirnya dia bisa menyiapkan nama anaknya bersama sang suami, tidak seperti Kenzo dulu.“Nama seperti apa. Nama pasaran atau mungkin kamu mau nama dari bahasa romawi, yunani atau nama-nama orang mata sifit,” kekeh kegelian Erland.“Ish, tidak perlu seribet itu ....” Amelia memiliki nama biasa saja, tetapi cantik. Dia jug
Baca selengkapnya
Bab 248. Harus Menghindari William
Langit hanya menurunkan grimis, gremiricik air yang tidak lebat sama sekali walau mampu menempus pakaian jika terlalu lama berada di bawahnya. Sama halnya dengan pengalaman hidup Erland kali ini. Dirinya selalu mengiyakan hal-hal kecil yang William minta, tetapi akhirnya kini William menginginkan hal paling besar hingga membuat sambaran petir di dadanya. “Jangan mengada-ngada.” Raut wajahnya berubah dingin, bahkan melebihi udara di sekitar mereka.“Aku tidak mengada-ngada sama sekali. Aku ingin meminta milikmu yang ini, aku ingin bertukar,” lugas William dengan tatapan yang tidak pernah kabur dari Erland.“Will!” pekik Erland yang tidak habis pikir dengan isi kepala William.William masih memandangi Erland seolah tidak pernah ragu. “Anak kami cacat. Sekarang aku bisa menerimanya dengan lapang dada walaupun masih menyisakan kesedihan, tapi bagaimana dengan Tara. Tara akan sangat sedih saat pertama kali bertemu dengan anak pertama kami, anak yang selama ini dinantikan. Bahkan Tara sempa
Baca selengkapnya
Bab 249. Kamu Saudaraku Satu-Satunya
Amelia dan Erland menceritakan rencana kepergian mereka pada Adhinatha dan Sopia hingga keduanya terhenyak kaget mendengar kabar mendadak seperti ini. “Kapan kalian akan pergi?” tanya Adhintha yang tidak akan melarang walaupun dia akan sangat mencemaskan Amelia karena lagi-lagi putrinya harus melahirkan tanpa kehadiran orangtua di sisinya.Erland memberikan jawaban dengan lugas, “Saat mendekati kelahiran.”Sopia menyahut cemas, “Tapi apa tidak berbahaya bepergian saat mendekati waktu melahirkan. Lagipula Amei tidak bisa pergi begitu saja, Amei harus memeriksakan kandungannya dulu untuk memastikan keamanan ibu dan bayi.” Berbeda dengan Adhinatha, Sopia mencoba menahan.“Erland tidak akan melupakan itu, Ma.” Senyumannya ditambahkan bersama pembawaan santai berharap Sopia tidak lagi mencemaskan putrinya.Amelia melanjutkan, “Ma ... kalaupun Amei tinggal di luar negeri, Amei akan baik-baik saja kok. Amei sudah melakukannya saat mengurus Kenzo.”“Tapi kan Sayang ....” Sopia hendak berbicar
Baca selengkapnya
Bab 250. Cristy dan Erland Akan Bertemu
“Wil,” sapa Cristy saat dirinya nekad ingin menemui Erland karena sudah sejak lama pria itu selalu menolak kehadirannya.“Hi,” sapa kecil William yang sedang tidak berminat bertemu dengan siapapun.“Kamu di sini. Bukankah kalian memiliki gedung berbeda?” Tatapan Cristy mengarah pada bola mata William yang diisi kalut, wanita ini mampu melihatnya hanya saja dirinya mengira jika William sedang terlalu sibuk dengan bisnisnya.“Ya, kami memiliki gedung berbeda. Aku hanya sedang berkunjung. Eu ... maaf, aku tidak dapat berlama-lama di sini.” William ingin menghindari percakapan panjan lebar.“Eh, tunggu!” Cristy segera mencegah saat William hendak melangkahkan kakinya. “Apa Erland ada di dalam. Aku ingin memberikan hadiah untuk Kenzo.” Sebuah paper bag berukuran kecil diacungkan. Kemarin, niatnya ingin memasak makan siang untuk Erland, tetapi mungkin Amelia sudah membuatkan makan siang dan mungkin makan siang darinya berakhir di tangan oranglain atau di tempat sampah. Maka, hari ini Cristy
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
30
DMCA.com Protection Status