Semua Bab Mertua Penghancur Pernikahan : Bab 51 - Bab 60
60 Bab
Kekesalan Nala
Dua minggu berlalu Sadam sama sekali tidak mengunjungi keluarga Safira. Dalam hati kecilnya ia sangat ingin memperbaiki rumah tangganya dengan sang istri. Namun, sang ibu melarang dengan tegas kalau ia tidak boleh berhubungan lagi dengan Safira. Kehadiran Ayunda pun menambah Sadam lupa akan masalah dengan keluarga sang istri. Setiap malam tiba saat ia sedang sendirian di kamar, berkali-kali terbayang kenangan bersama Safira, tetapi ingatan itu menguap begitu saja terganti oleh bayangan Ayunda. Hati Sadam kini telah berubah haluan. Ia lebih memilih Ayunda dibanding memperbaiki semuanya dengan Safira.“Bawa kembali Safira ke rumah ini, Sadam! Aku lelah melakukan semua pekerjaan rumah yang tak ada habisnya ini,” cetus Nala dengan wajah cemberut seraya menata baju-baju Sadam yang baru selesai disetrika ke dalam lemari.Semenjak tak ada Safira ibunya meminta Nala menggantikannya untuk melakukan semua pekerjaan di rumah. Ia merasa sangat kesal dan lelah. Nala hrus bangun lebih pagi untuk m
Baca selengkapnya
Kegelisahan Safira
Setiap hari Safira selalu terdiam dalam tatapan kosong. Kedua orang tuanya sangat khawatir karena sudah berhari-hari Safira tidak bernafsu untuk makan. Ia juga tak banyak bicara, setelah pulang kerja dan membantu ibunya selalu kembali ke kamar mengurung diri. Ia menunggu kedatangan Sadam selama dua minggu ini, tetapi sang suami tak kunjung datang. Padahal ia sangat berharap kalau Sadam mau mengunjunginya di rumah Arif dan Aini untuk memperbaiki semuanya.“Ibu khawatir dengan keadaan Safira, Pak,” ucap Aini pada sang suami seraya memerhatikan anaknya yang memandang keluar lewat jendela.“Sadam benar-benar kurang ajar! Ia sama sekali tidak ada niatan untuk datang ke sini memperbaiki semuanya. Padahal kita sudah memberinya kesempatan,” cetus Arif, geram dengan kelakuan sang menantu.Anak yang sangat mereka sayangi selama ini malah disakiti oleh seorang laki-laki pengecut seperti Sadam. Safira masih sangat mengharapkan sang suami akan datang ke rumah kedua orang tuanya. Ia masih setia men
Baca selengkapnya
Hancurnya Hati Safira
Safira yang mendengar kabar tentang pernikahan suaminya dengan Ayunda tak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa mematung berdiri antara percaya dan tidak. Beberapa teman Mirah mencibirnya dan membandingkan dirinya dengan Ayunda, apalagi Ayunda adalah anak dari teman mereka juga. Perempuan berkaki jenjang itu segera meninggalkan kantor meskipun masih jam makan siang. Ia tidak kuat dengan ocehan orang-orang di sana karena bukan hanya teman-teman sang mertua yang membicarakannya, tetapi teman-teman satu gedung juga. Ia juga selalu menghindari bertemu dengan Mirah karena tidak ingin terus menjadi bahan ejekan. Namun, ternyata telinganya malah mendapat kabar yang menyesakkan dada.Pikiran Safira sangatlah kalut. Ia sudah bertahan untuk setia menunggu Sadam sejauh ini, tetapi ternyata orang yang ditunggunya sama sekali tidak peduli bahkan malah akan menikahi perempuan lain tanpa memutuskan hubungan dengannya terlebih dulu.Kini rasa benci dan dendam tumbuh dalam hati perempuan cantik itu.
Baca selengkapnya
Pernikahan
Pernikahan Sadam dan Ayunda sudah direncanakan. Keluarga Sadam sudah datang ke rumah Ayunda untuk melamarnya dan tanggal pernikahan pun sudah ditetapkan. Mereka sungguh bahagia apalagi Mirah yang sebentar lagi akan mempunyai menantu anak orang kaya dan terpandang. Dua minggu lagi acara pernikahan Sadam dan Ayunda akan berlangsung di kediaman Ayunda. Mereka tidak akan mengadakan pesta besar, hanya keluarga dan kerabat dekat yang diundang karena Sadam dan Ayunda akan menikah secara agama dulu.Ayunda tidak peduli dengan status Sadam yang masih memiliki istri. Ia tidak peduli kalau Sadam dan Safira tidak bercerai. Pada akhirnya ia dan laki-laki itu akan menikah juga dan hidup bersama. Setelah menikah barulah Ayunda akan mendesak Sadam untuk mengurus perceraian dengan Safira agar mereka bisa menikah sah secara negara juga.“Mas, apa kau tidak memikirkan persaan Mbak Safira?” tanya Zafar saat keluarga Mirah berkumpul setelah makan malam.“Zafar! Tidak usah kau sebut-sebut perempuan tidak j
Baca selengkapnya
Keributan di Pernikahan
“Safira!” Sadam sangat terkejut dengan kedatangan sang istri dan juga ibu mertuanya. Ia juga tercengang dengan permintaan Safira yang ingin bercerai dengannya. Bagaimana bisa ia berpisah dengan Safira, perempuan yang sangat dicintainya. Namun, ia juga mulai mencintai Ayunda dan baru saja sah menjadi suami istri. Tak mungkin ia menceraikan Ayunda. Sungguh sangat bimbang hati Sadam yang menginginkan kedua perempuan yang sekarang berada bersamanya. Sadam berubah menjadi sangat egois dan serakah!“Selama ini aku menunggumu! Tapi ternyata kau memang tak punya itikad baik untuk memperbaiki rumah tangga kita dan malah terlena dengan perempuan hina ini,” teriak Safira kesal.Tak ada air mata yang keluar hari ini. Hati Safira dipenuhi dendam dan amarah yang berkobar. Ia tidak ingin menjadi perempuan lemah di depan Sadam dan keluarganya, apalagi di hadapan sang mertua yang selama ini sudah memanfaatkan apa pun dari dirinya.Tiba-tiba Ayunda maju mendekati Safira dan melayangkan tangannya untuk
Baca selengkapnya
Mirah Murka
Mirah merasa sangat dipermalukan oleh Safira dan Aini di acara pesta pernikahan anaknya sendiri. Wajahnya benar-benar berubah merah padam, Mirah merasa risih mendapatkan tatapan aneh dari beberapa tamu undangan. "Pergi kalian dari sini!" usir Mirah sekali lagi seraya membulatkan matanya. "Sudah, Bu, sudah! Biar Sadam bicara dulu dengan Safira." Pria bertubuh atletis itu melerai sang ibu yang dibakar api kemarahan.Namun, tentu saja Mirah melarang keras putranya berhubungan lagi dengan Safira. Kini tempat Safira sudah digantikan oleh Ayunda, sang menantu kesayangan. "Sadam hanya ingin menyelesaikan semuanya secara baik, Bu."Ada rasa bersalah dan tidak enak dalam hati kecil Sadam. Saat matanya menatap wajah Safira, ia merasa sangat bersalah telah menyakiti istrinya dengan cara seperti ini. Ingin sekali Sadam meminta maaf pada Safira, tetapi memang Mirah sama sekali tidak mengizinkannya."Diam! Perempuan ini tidak penting lagi bagi kita, Sadam!" bentak Mirah. Sadam pun menurut saja
Baca selengkapnya
Mirah meyakinkan Dahlia
Setelah pesta pernikahan selesai Dahlia memanggil Mirah. Ia ingin bicara dengan besan barunya itu tentang sikap Mirah tadi yang sangat memalukan. Dahlia pun mengajak Mirah duduk bersama di halaman belakang sambil menikmati secangkir teh hangat."Aku sangat keberatan dengan sikapmu tadi, Jeng! Sangat memalukan!" Kedua tangan Dahlia memegang cangkir teh yang ada di atas meja.Mirah menghela napas panjang, kepalanya yang tertunduk diangkatnya dan melirik teman sekaligus ibu dari menantu barunya. Setelah dipikir-pikir memang sikap merah sangat keterlaluan dan memalukan, tetapi ia tidak bisa menahannya lagi. Semua dilakukan karena dendam dan marahnya pada Safira. Ia tidak terima diperlakukan seperti tadi oleh perempuan yang dianggapnya sampai itu."Aku minta maaf, Jeng, atas apa yang terjadi tadi, tapi semua itu karena aku sangat marah pada perempuan sampai itu," ungkap Mirah, memicingkan matanya saat teringat lagi pada Safira. Ia juga tidak akan marah dan lepas kontrol kalau Safira tida
Baca selengkapnya
Keterpurukan Safira
"Bagaimana, Bu?" tanya Arif.Safira yang baru saja tiba di rumah lekas masuk ke kamar tanpa berkata apa pun lagi. Wajahnya sudah dibasahi dengan air mata sejak perjalanan menuju rumah tadi bersama Aini. "Mirah dan Sadam benar-benar keterlaluan, Pak! Tidak punya hati mereka itu!" geram Aini.Aini menahan sang suami yang mau menemui anaknya di kamar. Ia meminta Arif untuk memberik waktu pada Safira. Ibu dari Safira itu menceritakan semua yang terjadi di pernikahan Sadam. Cukup puas karena Safira berhasil mempermalukan Sadam dan juga Mirah. Ia tak banyak membantu karena memang sudah diwanti-wanti anaknya untuk mendampingi saja. "Laki-laki pengecut!" umpat Arif kesal pada sang menantu.Setidaknya kini semua sudah jelas hubungan antara Safira dan Sadam. Perempuan yang merasa sudah dikhianati itu tidak akan mau bersama Sadam lagi meskipun hati kecilnya berat untuk berpisah, tetapi Sadam sudah membuat luka yang teramat besar. Dan itu tidak bisa dimaafkan begitu saja.Tiga hari berlalu Saf
Baca selengkapnya
Gugat Cerai
Tak ada satu pun yang mengetahui kalau Arif sudah menemui Sadam. Ia sengaja tidak memberitahu Aini apalagi Safira. Arif hanya ingin meluapkan amarahnya pada sang menantu yang sudah berani melanggar janji saat menikahi anaknya. Sebenarnya ia sama sekali tidak puas, tetapi Arif menahan emosi karena Safira memintanya agar tidak lagi berurusan dengan keluarga Sadam. Arif pun menyetujui itu, tetapi dengan syarat Safira harus bangkit, melupakan laki-laki pengecut seperti Sadam. Ia tidak bisa melihat anaknya terus terpuruk dalam kesedihan. Pagi yang sangat cerah Safira sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Ia merias wajahnya agar terlihat lebih fresh. Jujur saja, wajah Safira terlihat seperti orang yang sedang sakit. Bagai bunga yang sudah layu. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan.Setelah beberapa hari mengurung diri, Safira memutuskan untuk ke kantor. Bukan lagi untuk bekerja seperti biasanya, tetapi ia sudah menyiapkan berkas pengunduran dirinya. Ia harus melepaskan
Baca selengkapnya
Lembaran Baru
Sungguh sangat sakit menerima kenyatan pahit ini. Pernikahannya dengan laki-laki yang sangat dicintainya kini harus berakhir. Kapal rumah tangganya yang dijaga sepenuh hati ternyata harus karam di tengah laut kehidupan sebelum mencapai tujuan terakhirnya.Tak bisa dipungkiri dan dibohongi, hati perempuan berparas cantik itu sangat bersedih dan hancur. Ia benar-benar tidak menyangka kalau rumah tangga yang dianggapnya harmonis dan baik-baik saja, harus hancur seketika. Air matanya mengalir cukup deras sesaat setelah menerima akta cerai dari pengdilan agama. Statusnya kini sudah jelas dan sah menjadi seorang janda. Tidak pernah terbayang dan terpikir kalau pada akhirnya ia akan menyandang status janda. Tidak pernah sekali pun terbesit di dalam kepalanya untuk berpisah dengan Sadam apapun ujian rumah tangga yang akan mereka hadapi selama Sadam masih membela dan terus berada di sampingnya. Namun, takdir berkata lain. Tuhan mengatakan kalau ia dan Sadam memang sudah harus berakhir.Safira
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status