All Chapters of Kembalinya sang Prajurit Terbaik: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
BAB 21. MEREKA INGIN MENGUSIR KALIAN
Barra tersenyum tipis tanpa melihat pada Marissa. Pukulan Marissa dinikmati sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi laki-laki itu. Barra belum pernah sedekat ini dengan wanita selain ibunya, walaupun saat sekolah banyak sekali murid perempuan yang medekati namun sikap dingin Barra membuat mereka mundur teratur.“Ada berita dari Tegar?” Marissa mengalihkan pembicaraan. Barra hanya sekilas melirik.“Kenapa menyebut pria lain saat kita berdua?”“Hah! Abang! Jangan bilang Abang cemburu!” pekik Marissa spontan. Barra hanya mengangkat bahunya tanpa menjawab.“Bang, kita ini sedang dalam misi, sudahlah jangan bercanda terus. Aku serius tanya tentang Tegar, takutnya ya dia dalam bahaya.”“Sebegitu khawatirnya istriku-““Arrghh!” seru Barra saat belum selesai kalimatnya, tangan Marissa sudah mencubit lengannya dengan keras.“Ah sudahlah. Terserah Abang saja!” Marissa mengatupkan mulutnya rapat. Wajahnya yang cemberut justru semakin membuat hasrat Barra semakin menggebu menggodanya.
Read more
BAB 22. MEMBANGUNKAN MACAN TIDUR
Barra dan Marissa tercekat. Mengusir mereka dari penginapan? Siapa mereka ini.“Jangan didengarkan. Ayo kalian masuk, besok saja kita bersihkan. Kalian belum makan kan?” Ningsih mengalihkan perhatian Marissa dan Barra.Tangannya menggandeng tangan Marissa serta mengajaknya masuk.“Bagaimana hasil dari dokter?” celoteh Ningsih.Belum sempat Marissa menjawab, tiba-tiba.“Nah ini dia mereka sudah datang! Usir mereka dari sini, pembawa sial! Pergi dari sini!” ucap seorang laki-laki seraya menunjuk ke arah Barra, Marissa, Ningsih dan juga Karno.Dan seketika massa datang berbondong dengan teriakan menyuruh Barra dan Marissa pergi dari penginapan milik Karno dan Ningsih.Barra berbalik menghadapi teriaka massa. Matanya justru tertuju pada sang provokator yang mulai mundur perlahan. Lelaki itupun mengabaikan kerumunan Massa, dengan cepat tubuhnya berlari melesat dan menerjang si provokator.Merasa ada serangan dari belakang, lelaki itu sadar dan mencoba berlari melarikan diri, namu
Read more
BAB 23. MARISSA KERACUNAN
Barra berlari cepat ketika melihat Marissa tergeletak, dan disaat itu juga Barra menyadari darah mengalir dari tangan kanan Marissa. Rahang wajahnya menegang, suaranya maracau berteriak berusaha membuat Marissa sadar.“Icha, Icha!” tangannya menepuk halus wajah Marissa yang sudah terpejam. Suhu tubuh wanita itu naik, semakin membuat kalut Barra. Tanpa pikir panjang lagi Barra mengangkat Marissa dan membawanya masuk mobil meninggalkan kerumunan bahkan dia pun tidak peduli dengan sekitar.Sang provokator dan juga satu orang yang tangannya dipatahkan oleh Marissa sudah diserahkan pada pihak berwajib, Tegar kini harus ikut ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan.“Tunggu sebentar, saya harus memastikan keadaan orang tua saya. Jika ada sesuatu dengan mereka, saya akan buat perhitungan,” ucap Tegar.***Sesampai di rumah sakit, Barra segera membopong Marissa sambil sedikit berlari. Tubuh Marissa yang ramping terlihat sangat ringan dalam pelukan lelaki tersebut. Beberapa suster be
Read more
BAB 24. APA YANG ANDA LAKUKAN
Barra menyimpan apa yang dikatakan dokter sebagai informasi yang suatu saat bisa dia gunakan.“Saya tidak tahu hal itu, dok. Bagaimana apa saya sudah boleh menemuinya?’“Tentu saja, sekarang pasien sedang disiapkan untuk diantar ke ruang perawatan.” Dokter itu memanggil salah satu perawat yang sedang membawa berkas dokumen.“Antar Tuan ini menemui istrinya,” titah lelaki itu berwibawa.Barra sepintas melihat berkas yang tampak tidak tertutup sempurna, dan itu adalah data tindakan pntransfusian darah. Sebelum melakukan transfusi, sang pendonor pun wajib diperiksa dengan teliti sebab dikhawatirkan darahnya mengandung virus berbahaya.“Suster apa nama istri saya sudah tertulis lengkap?” tanya Barra basa-basi.“Oh iya, saya lupa. Saya memang perlu data pasien, silahkan Anda isi, Tuan.”Barra tersenyum simpul, kemudian dia menerima lembar dokumen tersebut. Dengan cepat lelaki tersebut membaca baris pertanyaan yang masih kosong. Dia pun mengambil pena yang disodorkan Suster.“Nama,
Read more
BAB 25. RAWATLAH ANAK INI
Marissa hampir saja menendang lelaki tua itu dengan kakinya. Pikiran buruk lebih mendominasi ketika dirinya melihat pria itu tiba-tiba menghambur padanya seolah ingin memeluk.“Nyonya, bolehkan saya meminta tolong pada Anda berdua.”Marissa yang masih curiga dengan sosok lelaki ini, menatap penuh selidik. Dalam hati dia bertanya mengapa wajah laki-laki seperti pernah dia temui, tetapi di mana, tanya Marissa dalam hati.“Apa itu?” akhirnya Marissa membuka mulut juga.“Anak saya baru saja melahirkan, namun sayang dia meninggal setelah anaknya lahir. Saya tidak mampu dan tidak bisa merawat cucu saya ini karena keadaan. Bisakah kalian merawat anak ini.”“Hah!” seketika Marissa terbelalak, tidak percaya dengan yang dia dengar.“Tolonglah kami, Nyonya,” pinta lelaki itu seraya menjatuhkan diri berlutut di lantai kamar.Semakin bingung Marissa dibuatnya, matanya menatap keluar berharap Barra cepat datang.Sementara itu di sudut tersembunyi, tepatnya di area luar yang letaknya berdekat
Read more
BAB 26. KEDATANGAN RAMSES DAN MELLA
“Bagaimana bisa Anda di sini,” ucap Barra bingung, mengenali siapa yang datang.Ramses dan Mella datang dan berada di rumah sakit, hal yang seharusnya bukan karena faktor kebetulan.“Nak Barra kenapa hal seperti ini disembunyikan dari kami,” tegur Mella sedikit protes.Wanita itu sudah duduk di sisi pembaringan Marissa.“Maaf Bu. Semua terjadi begitu cepat, kami juga tidak menyangka hal ini terjadi. Tetapi bagaimana Bapak dan Ibu bisa tahu kami di sini?”Ramses tertawa, “Apa kamu lupa dengan feeling seorang wanita yang tajam. Ibumu bermimpi sesuatu yang buruk menimpa Icha, dan seperti biasa aku tidak bisa berbuat apapun ketika Ibumu minta ke kota ini.”“Dan terbukti benar kan! Jangan remehkan kekuatan batin seorang ibu.”Terlihat sekali Mella sedih melihat kondisi anak angkatnya ini, tidak henti tangan wanita itu mengusap wajah dan juga tangan Marissa.“Pulang ikut Ibu ya Nak,” ucap Mella lembut.Rambut Marissa yang kini terurai sedikit berantakan diusap dan dirapikan oleh tanga
Read more
BAB 27. APA RENCANA SELANJUTNYA?
Semua mata kini tertuju pada Marissa dan buku yang ada dalam genggamannya. Rona merah menghiasi kedua pipinya yang putih halus.“Apa itu?” tanya Barra hendak mengambil namun tangan Marissa bergerak cepat menyembunyikannya. Mella yang melihat hal tersebut kembali dibuat senang.“Lihat Ayah Bundamu lucu sekali,” bisik Mella pada sosok mungil dalam pelukannya.“Icha selalu membawa buku nikah kemanapun dia pergi. Sebab selama kamu tidak sadar diri, dia selalu mendapatkan pelecehan secara verbal maupun tindakan. Itulah cara dia melindungi dirinya.” Ramses menghentikan Barra yang berusaha ingin tahu.“Oh. Anakku, betapa kuatnya kamu menghadapi ujian hidup,” tutur Ningsih menatap haru.“Eh- sebentar, siapa anak kecil ini?” Ningsih tersadar sesuatu.“Anak kami, Bu,” jawab Barra cepat.“Hah? Baru kemarin periksa kehamilan mengapa sudah ada bayinya?” pekik Ningsih polos.Tawapun terdengar dari bibir Ramses maupun Mella. Banyak sekali kejadian yang tidak bisa disaksikan oleh mereka.
Read more
BAB 28. KAMU KOMPLOTANNYA
Ternyata bukan sekedar kegilaan ucapan saja, esok harinya Barra menghadap Ramses dan juga Mella mengemukakan keinginannya untuk menikah secara resmi.Alasan yang digunakan oleh lelaki itu, untuk melindungi Marissa secara penuh dan juga keberadaan bayi yang diadopsi oleh mereka.“Memang benar sekali kabar tentangmu yang pandai negosiasi, berdebat dan juga melumpuhkan lawan.”Ramses tertawa, sementara Mella sudah heboh sendiri bersama si kecil.“Oma sih Yes!” serunya.“Bukankah secara administrasi sudah kalian lakukan jauh hari,” balas Barra sedikit sarkas membuat Ramses semakin tertawa lepas.“Aku bangga dengan satria muda seperti ini, kuharap setelah rencana awalmu kupenuhi segera selesaikan misi kita sebelum pesta demokrasi tahun depan.”“Yes Sir!”“Ya sudah kapan kalian akan melangsung-““Hari ini.” Barra memotong kalimat Mella.Wanita itu terkejut nyaris melupakan ada manusia kecil dalam gendongannya.“Lihat kan dia sudah tergila-gila pada anak perempuanmu,” goda Ramses.Barra
Read more
BAB 29. PENJELASAN DAN ATUR RENCANA
“Apa maksudnya?” Ramses yang mengikuti langkah Barra terhenyak dengan tuduhan menantunya.Ya Barra sudah resmi sekarang sebagai suami Marissa sesugguhnya. Ketika semua sudah pergi, sepertinya Barra menepati janjinya. Mulai menyerang lawannya, tetapi Ramses heran mengapa dalam rumahnya ada penyusup. Dan orang itu mengapa harus Rangga.Barra tidak langsung menjawab. Dengan gayanya yang elegan, lelaki itu berbalik badan menghadap Ramses dan kemudian kepalanya menoleh ke arah Rangga.“Itu yang sedang aku tanyakan padanya. Pada hari Icha masuk dalam mobil yang salah, sebenarnya dia sudah tahu. Aku sudah memeriksa CCTV dari sekitar tempat dimana mobilku dan mobil target parkir bersebelahan.”Ramses, Danu, Mella, bahkan Marissa terkejut mendengar penjelasan Barra. Terlebih Marissa, dalam benaknya ingin menyangkal pendapat lelaki tersebut, namun ketika Barra mengatakan berdasarkan bukti rekaman CCTV dia jadi dilema.“Apa benar itu Rang?” tanya Marissa.Matanya masih terlihat sayu, me
Read more
BAB 30. KEKECEWAAN MARISSA
Brak.Pintu tiba-tiba terbuka, Marissa berdiri di depannya seraya menatap ke dalam. Tepatnya pada Rangga, wajah wanita yang mempunyai hubungan personal sangat dekat itu memancarkan sorot kekecewaan. Langkah kaki perlahan mendekat, tanpa bicara Marissa berdiri tepat berjarak satu jengkal lengannya.Plak!Tamparan keras tak pelak mendarat di wajah Rangga. Lelaki itu terkejut, demikian juga Barra.“Icha –““Salah apa aku padamu, Rang? Tega kamu mau mencelakakanku. Kalau aku naik mobil yang salah seharusnya kamu datangi aku, bukan kau biarkan saja.” Marissa tidak menghiraukan ucapan Barra, serentetan kalimat terlontar dengan emosi jiwa.Ruangan kerja Ramses yang mempunyai dua pendingin udara sepertinya tidak mampu mendinginkan suasana hati Marissa. Tangannya masih mengepal dan bibirnya sedikit terbuka, hingga barisan gigi yang terkatup rapat terlihat.“Mbak, maafkan aku. Aku terpaksa!”“Kita selalu bahas rencana ini berdua, apa kau ceritakan semua rencanaku pada mereka!” ucap Mar
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status