All Chapters of SUAMIKU BERUBAH KARENA WANITA LAIN: Chapter 11 - Chapter 20
108 Chapters
Bab 11. Kancana Berkhianat
Bab 11 "Kenapa ngasih tahu Mas Sano, Mbak?" lanjut Ulfa penasaran. Kalau Kancana memberitahu Sano karena marah pada Ulfa ditinggal lama bersama Alea, bukankah dia sendiri yang meminta untuk bermain bersama? Lagi pula, Ulfa tidak tahu menahu tentang Kancana yang ingin ikut. Dia pikir hanya berdua dengan Fajar. Wanita itu menghela napas ketika melihat Kancana tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya mbak disuruh Sano buat memata-matai kamu, Fa." "Disuruh memata-matai aku dan Mbak Kancana mau?" "Pantes aja Mbak Kancana niat banget ikut kita berdua mengintai Sano, ternyata ada alasannya toh?" tambah Fajar menampilkan raut wajah kesal agar Kancana merasa bersalah. Dalam hati, dia ingin menurunkan Kancana di sana karena sudah menjadi musuh dalam selimut kalau saja tidak memiliki hati nurani. Percuma saja mereka bersembunyi dari Sano jika Kancana dengan mudahnya memberitahu keberadaan mereka. Rencana gagal, semuanya percuma. "Jangan salah paham dulu. Mbak me
Read more
Bab 12. Pelukis Sekaligus Pelakor Hebat
Bab 12 "Iya, Dit. Aku bilang sama istriku kalau kamu itu pandai melukis, jadi emang banyak peminatnya. Bahkan saat pameran, lukisanmu tampil paling depan." Sano menjawab dengan suara pelan. Berusaha tersenyum santai agar Ulfa tidak curiga. Padahal wanita itu bukan lagi anak kecil yang bisa dengan mudahnya dikelabui. Ulfa bisa melihat rasa cemburu terpancar di mata Dita ketika tangannya memeluk pinggang sang suami. "Sudah kubilang, suamiku sangat pandai menilaimu. Yah, bagaimana pun kalian tetap pernah punya hubungan yang dekat." "Kami tidak sedekat itu, Dek," gumam Sano, raut wajahnya langsung berubah membuat Ulfa harus menahan tawa. "Tidur bersama hampir setiap hari, apa itu masih belum dikata dekat, Mas?" "Ayolah, jangan bahas masa lalu lagi, Dek. Mas sudah bilang kalau kami tidak lagi punya hubungan apa-apa." "Benar, harusnya aku tidak membahas itu lagi. Masa lalu hanyalah sampah yang harus dibuang pada tempatnya." Ulfa tersenyum miring lantas mendekati sebuah lukisan berukur
Read more
Bab 13. Aku tidak Suka Barang Murah
Bab 13 Hidung Dita kembang kempis mendengar sindiran dari Ulfa. Dia menggertakkan gigi, menatap wanita penuh amarah. Namun, dia tetap tidak bisa berkutik untuk menjaga reputasinya sebagai owner yang baik serta ramah kepada siapa pun. Apalagi ada beberapa pembeli lain di sana. Jika Dita marah, pasti mengundang perhatian mereka dan usahanya bisa jatuh bangkrut dalam sekejam saat tahu Ulfa adalah istri pertama sementara dirinya perebut suami orang. "Dek, maksud kamu bilang gitu apa?" Perasaan Sano mulai tidak enak. Dia tahu Ulfa sedang merendahkan Dita dengan menyebutnya sebagai gadis murahan. "Apa, Mas? Memang aku nggak suka barang murahan. Kalau lukisannya diskon, berarti murah, dong?" Ulfa merasa tidak bersalah, lantas tertawa renyah. Dibanding hinaannya hari ini pada Dita, lebih menyakitkan ketika tahu suami mendua bahkan berzina dengan selingkuhannya. Sekali lagi kalau bukan karena Alea yang membutuhkan ayahnya dan juga agar memudahkan pembalasan dendam, mereka sudah lama berpis
Read more
Bab 14. Berdebat Lagi
Bab 14 Menjelang dzuhur, mereka tiba di rumah. Ulfa langsung menurunkan lukisan itu dan menyimpannya dalam kamar karena masih lelah jika langsung memasangnya. Sementara Alea, gadis kecil itu sedikit cemberut karena mereka langsung pulang dan bukannya main di mall dulu. Dia hanya dibujuk dengan sekotak eskrim wall's. Sebenarnya Sano sangat ingin mengajak putri tercintanya ke mall untuk belanja baju, tetapi dompetnya menipis setelah beli dua buah lukisan itu. Salah dia sendiri karena menawarkannya pada Ulfa. "Duit abis hampir lima juta cuma demi lukisan? Padahal bisa buat makan sebulan," gerutu Sano masih sangat kesal. Dia membuka kancing kemejanya satu per satu sehingga tampaklah kaos oblong putih di dalamnya. Sano bersandar pada dinding kamar sambil terus memijit kening, pusing. Padahal baru kemarin dia didesak oleh sang ibu membujuk Ulfa agar mau meminjam uang pada orangtuanya untuk membantu biaya pernikahan Sano dan Dita. Okelah Sano tidak akan jujur alasannya meminjam uang, te
Read more
Bab 15. Meminjam Uang
Bab 15 Di meja makan persegi panjang berwarna putih itu, mereka menikmati hidangan tanpa sepatah kata pun karena Ulfa lebih fokus menyuapi Alea yang sedang manja. Sano terlihat tidak menikmati makannya meskipun rasanya menggugah selera karena terus memikirkan tentang uang. Tanpa sadar, Sano mengacak rambutnya, lalu meminum air dalam gelas hingga tandas. Tanpa dia sadari, Ulfa sudah selesai. Dia pun ikut mengangkat piringnya ke wastafel. Demi mendapat belas kasihan dari sang istri, Sano sengaja mengambil alih tugas pencucian piring. Sayang sekali karena Ulfa tidak menanggapi sikap Sano. Dia lebih memilih masuk kamar bersama Alea untuk duduk bersandar pada kepala ranjang, selonjoran kaki sambil menyalakan kipas karena cuaca lumayan panas. "Ma, ngantuk." "Tidur, Sayang." Alea memejamkan matanya. Beberapa menit setelah Alea terlelap, Ulfa kembali turun dari ranjang. Dia mengambil lukisan yang masih terbungkus rapi itu, membukanya dan membawa keluar menuju ruang tamu. "Dek, mas saja
Read more
Bab 16. Utang Bank
Bab 16 Ulfa membuka mata, merasa kalau dia sudah tidak perlu lagi pura-pura tidur. Sekarang dia penasaran dengan apa yang baru saja terjadi pada Sano, suami bajingannya. Dengan langkah pelan, dia mendekati pintu kamar, membukanya, lalu menuju ruang tamu. Dia jarak dua meter, dia tersenyum melihat Sano terkulai lemas di lantai sambil menitikkan air mata. Ada apa ini? Kenapa semesta seolah berpihak pada Ulfa? "Mas, kenapa nangis-nangis?" tanya Ulfa dengan nada suara selembut mungkin. Meskipun dia merasa risih, tetapi bisa menepis rasa itu demi rasa penasarannya. Dia akan menjadi orang pertama yang bahagia jika Sano mendapat musibah. Rasa dendam dalam hati terus tumbuh membuat wanita itu menunjukkan sisi gelapnya. "Dek? Sejak kapan kamu di situ?" Sano bangun, bersandar pada dinding ruang tamu itu masih dalam keadaan resah. Ulfa memasang raut wajah sedih, tepatnya pura-pura, lantas ikut duduk di sisi Sano ingin mengulik informasi. "Baru, kok, Mas. Aku kaget begitu dengar kamu teria
Read more
Bab 17. Tidak Takut Kehilangan
Bab 17 "Kamu pikir aku takut kehilangan kamu?!" teriak Sano pada pantulan dirinya di cermin. Dia sedang mengeluarkan unek-uneknya yang dipendam selama ini. Penampilannya acak-acakan, dia baru saja selesai main game untuk mengalihkan pikirannya. Membujuk Dita merupakan hal percuma, dia gadis yang keras kepala dan mau menang sendiri. Sano terlalu bodoh mau diperlakukan seperti itu. Akan tetapi, cintanya sudah terlalu dalam untuk Dita seorang. Dia bertahan dalam rumah tangganya demi sebuah tujuan. Alea? Sano tidak begitu peduli pada anak kecil yang mirip dengannya itu. Dia masih bisa punya anak dari Dita. Sejak kecil, Alea juga selalu merepotkan dirinya karena menghabiskan uang membeli popok dan susu formula. ASI Ulfa hanya sedikit, jadi dia harus membantu dengan susu formula. "Kamu ngomong sama siapa, Mas?" tanya Ulfa yang sejak tadi berdiri di ambang pintu kamar. Dia baru saja menunaikan hajatnya di kamar mandi belakang. Sano memutar badan menghadap dengan tampang angkuh. Sebelah
Read more
Bab 18. Hadiah dari Suami
Bab 18 Setelah Sano kembali berangkat ke kantor, Ulfa bergegas ke rumah Kancana karena mereka sudah membuat janji pukul tiga dini hari tadi. Tidak lupa dia membawa Alea sekalian. Rupanya Kancana baru selesai menyapu halaman rumahnya, dia lalu mengajak Ulfa masuk. Mereka duduk di ruang tamu dengan banyak cemilan kesukaan Alea di sana. Gadis kecil itu tanpa sungkan meraihnya karena sudah akrab dengan pemilik rumah. "Mbak, aku tuh bingung, ya. Sebenarnya aku pengen banget pisah sama Mas Sano detik ini juga." "Lalu?" Kancana bertanya ketika melihat Ulfa diam seolah berat menyampaikan isi hatinya. "Aku senang juga ngerjain Mas Sano, Mbak. Selama dia nggak mukul aku, mungkin masih bisa bertahan dengan catatan tanpa melibatkan perasaan. Untuk cinta, sudah pudar, Mbak. Aku cuma mikirin Alea saat ini, dia keliatan banget masih butuh Mas Sano. Apa aku salah mengambil keputusan, Mbak? Apa aku ini wanita bodoh karena belum cerai setelah tahu suami selingkuh?" Kancana menghela napas panjang.
Read more
Bab 19. Benalu itu Bertamu
Bab 19 Ulfa berusaha melepaskan diri, lantas mundur dengan tatapan tidak suka. "Kenapa Ibu ke sini?" "Aduh, kayak siapa aja. Ibu ke sini nyari kamu sama Alea. Ayo, kita ke rumah kamu, ada yang mau ibu omongin." "Mau bicara apa, Bu? Di sini saja." "Nggak enak sama tetangga. Udah ikut ibu aja!" Mahika menggendong Alea yang mendekat padanya, sambil menarik tangan Ulfa agar mau mengikutinya. Ulfa pasrah saja, melangkah malas setelah pamit pada Kancana. Untuk laptop tadi biar nanti saja diambil atau akan ketahuan Mahika. Begitu mereka sampai, Mahika menurunkan Alea dari gendongan, lalu memberinya banyak mainan. Gadis kecil itu bersorak senang, sekarang malah fokus dengan dunianya. "Ibu mau bicara sama kamu, Nak." Nak? Ulfa tersenyum kecut mendengar kata sapaan itu. Selama ini ibu mertuanya tidak pernah berkata selembut itu pada Ulfa, lantas kenapa sekarang berubah? Masih teringat bagaimana malam itu Mahika terang-terangan mendukung Sano untuk menikah dengan Dita seolah Ulfa tidak p
Read more
Bab 20. Terpaksa Setuju
Bab 20 Karena rengekan Alea yang ingin bertemu dengan kakek kesayangannya sehingga Ulfa terpaksa setuju. Dia sudah tiba di rumah yang pada malam sebelumnya berhasil menunjukkan sesuatu di liar dugaan. Alea langsung berlari kegirangan, meskipun Mahatma tidak ada di sana. Dia bermain bersama Tantri yang saat ini tidak ada jadwal kuliah. Ulfa sendiri memilih duduk di kursi tamu seakan dirinya memanglah seorang tamu, malu untuk menerobos masuk rumah. Tas besarnya memang sudah dibawa Tantri masuk kamar Sano dulu, tetapi tetap saja dia berusaha untuk terlibat sungkan. Ulfa ingin ibu mertuanya paham kalau dia sedang marah, masih tentang perkara kemarin. Dia memperhatikan gerak-gerik Mahika yang kelihatan bingung. Tentu saja karena dia tidak berpihak pada Ulfa malam itu. Dia terang-terangan menolaknya dan menerima kehadiran Dita. "Kenapa berdiri saja, Bu? Kalau ada kesibukan, silakan dilanjutkan. Aku tidak apa-apa kalau harus duduk di sini sendirian." Ulfa tersenyum semanis mungkin. Seben
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status