Semua Bab Membawa Lari Anak Kembar CEO: Bab 351 - Bab 360
362 Bab
Bab 351 - Akhir Kisah Sang Stalker
Selim, tentu saja digiring masuk ke dalam mobil polisi meski keadaan tubuhnya basah kuyup dan bau got. Polisi tak punya pilihan lain selain harus membawanya. Padahal Ibra sudah berteriak tadi di bawah hujan agar dia dinaikkan gerobak sampah saja karena dia sama busuknya dengan sampah-sampah itu! “Ambil saja gerobak sampah dan masukkan dia ke sana lalu giring ke kantor, Pak!” Kalimatnya memantik kemarahan Selim semakin beringas ternyata. Ia yang hampir saja diangkut oleh mobil polisi berteriak kesetaan dan memberontak ingin menyerang Ibra. “BRENGSEK KAMU, IBRANI!” Yang dikatakan sebagai ‘brengsek’ malah petentang-petenteng berkacak pinggang di samping Alex dan meledeknya dengan bibirnya yang miring ke kanan serta ke kiri. “Mau apa kamu? Mau maju dan melawan? Sini kalau berani!” tantang Ibra tanpa takut. “Pak Alex tadi harusnya patahkan saja kakinya itu,” desis Ibra. “Itu tidak sebanding dengan nyawa dalam kandungan Lara yang sudah dia hilangkan! Bedebah gila! Bajingan mesum!” I
Baca selengkapnya
Bab 352 - Dendam Pribadi Atau Obsesi?
Di dalam ruang pemeriksaan .... Batara dengan sudah berganti seragam orange tahanan tengah duduk berhadapan dengan seorang petugas kepolisian. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan atas kasus kecelakaan yang tempo hari hampir saja merenggut nyawa Alex serta anak-anaknya. Dan juga keterlibatannya dengan seorang pria yag terobsesi pada Lara, benar ... Selim. Pada satu waktu, mereka dipertemukan di dalam ruang interogasi itu. Tujuan polisi jelas, untuk membuat mereka menjawab pertanyaan yang sama, dalam proses penyelidikan. Dan itu menuai hal buruk ternyata. Sebab Batara menjawab hal yang berbeda dengan yang dikatakan oleh Selim. Saat polisi menanyakan mengapa mereka melakukan itu—motif yang mendasarinya—Batara menjawab bahwa Selim terobsesi dengan Lara sementara Selim sendiri menjawab dia memiliki dendam pribadi pada Alex dan berniat menyerangnya. Batara tahu betul jika Selim mengatakan hal itu bisa saja karena ia tidak mau terjerat pasal yang lainnya. Makanya dia mengatakannya sec
Baca selengkapnya
Bab 353 - Cinta Tidak Seperti Itu
Sungguh gila rasanya saat bisa kembali memadu cinta seperti ini. Lara memandang Alex yang sedang mengatur napas di sebelahnya, ia sedang menatap langit-langit kamar yang temaram, saksi bisu apa yang beberapa saat lalu mereka lakukan. Mungkin sadar Lara terus mengamatinya, Alex menoleh pada Lara yang tersenyum saat ia sedikit berpaling dan menarik selimut untuk mereka berdua. Alex memeluknya, memberi kecupan yang manis di puncak kepalanya dan berbisik, “Yang barusan itu sangat manis.” “Kalau begitu kamu tidurlah ... kamu bilang akan pergi sama Ibra besok?” tanya Lara sembari menyentuh garis dagu Alex. “Iya, Sayangku.” “Mau pergi ke mana kamu dengannya?” tanya Lara lagi. “Apakah itu pergi untuk mengurus si Selim itu, atau pergi ke perjalanan bisnis?” “Pergi untuk perjalanan bisnis. Aku akan berangkat pagi dan mungkin ... sampai rumah malam harinya. Kalau lebih cepat selesai, sore hari aku akan sudah pulang. Bagaimana?” Lara mengangguk tak keberatan, “Iya, baiklah. Tetaplah hati-h
Baca selengkapnya
Bab 354 - 20 Oktober
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,
Baca selengkapnya
Bab 355 - Pemanasan Dulu Ya ....
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Baca selengkapnya
Bab 356 - PAPA
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
Baca selengkapnya
Bab 357 - Menutup Kisah
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
Baca selengkapnya
Bab 358 - Apakah Tuhan Mempercayakannya?
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Baca selengkapnya
Bab 359 - Waktu Yang Kita Lewati
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
Baca selengkapnya
Bab 360 - Edinburgh After Rain
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
323334353637
DMCA.com Protection Status