Semua Bab Bukan Pewaris Biasa: Bab 21 - Bab 30
168 Bab
Jawaban Dannis 
"Jangan memaksaku. Aku tidak peduli dengan harta-harta kakek. Masalah tentang hartaku yang suatu hari nanti dibekukan oleh paman pertama, biar aku yang akan menghadapinya." Lelaki itu bangun dari tempatnya dan pergi keluar kamar. Kedua tangannya masuk ke dalam masing-masing kantong celana. Ia berjalan dengan raut wajah gusar. Bahkan ketika menutup pintu, ia terlihat tidak menoleh sedikitpun ke belakang. "Dasar! Anak itu benar-benar susah diatur!" Aji Kartanegara merasa segan menegur Dannis. Meski ia merasa kesal, namun senyuman kecil sempat tersemat di bibirnya. Pria tua itu mengagumi sikap cucunya yang satu itu. "Sebaiknya aku pulang. Ini sudah lumayan malam. Juna, sampaikan salamku pada peliharaanmu. Bilang padanya, 'Jangan sampai telat ke kantor besok!' Karena aku ingin mengajaknya ke suatu tempat." Gilang ikut bangun dari tempatnya. Ia melambaikan satu tangannya dan pergi dari kamar itu. Bila dilihat dari wajah pengawal itu, ia merasa sangat cemas dan khawatir dengan tim yang
Baca selengkapnya
Hari Ketiga PKL; Kunjungan Proyek
"Apa sudah kumpul semua?" Pak Tio mengumpulkan para mahasiswa magang di lobi bawah. Kunjungan kerja ke proyek jembatan kereta api yang berada diluar daerah menjadi agenda para mahasiswa magang untuk empat hari kedepan. "Sudah lengkap, Pak!" Anya menyahuti ucapan pembimbingnya. Namun ketika Dannis menoleh ke sekitarnya, Aryo belum juga tiba. Ia lupa mencari tahu kabar tentang operasi Ibu Darmi semalam. Terlihat ia sangat khawatir. Kecemasan mulai menyerang dirinya. Ia takut bila operasinya tidak berjalan lancar. [Jun, apa kau bisa mencari tahu keadaan Ibu Darmi yang baru saja dioperasi di rumah sakit kita? Dia adalah ibunda dari Aryo, mantan sahabatku. Tolong cari tahu keadaannya, lalu segera hubungi aku.] Pesan singkat yang dipenuhi rasa khawatir itu telah terkirim. "Mungkin dia bolos, Pak. Biasalah, bangun kesiangan atau mungkin habis begadang main game." Randy asal bicara. "Mungkin saja ada keluarganya yang sakit, makanya Aryo tidak bisa hadir!" Sahut Dannis yang begitu keras
Baca selengkapnya
Mobil Mogok Di Tengah Hutan?!
"Jadi yang benar yang mana? Sepupu atau temannya paman?" Luna kembali bertanya karena kedua lelaki di depannya terus saja bersikeras dengan jawabannya masing-masing. "Sepupu!""Temannya paman!"Dannis dan Gilang sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Perdebatan panjang itu membuat Luna merasa jengkel. Cuitan dari kedua lelaki beda usia dan beda kedudukan di depannya terus saja berkumandang di kedua telinganya. "Bisa berhenti? Atau aku turun dari mobil ini?" Ancaman Luna langsung direspon oleh keduanya. Dannis dan Gilang sama-sama menoleh sambil menyeringai. Berharap perempuan yang duduk di kursi belakang mau membuka lebar senyumnya lagi. Saat ini terlihat raut wajah Luna bagai kertas yang ditekuk-tekuk. Benar-benar berantakan. "Bisa…." Keduanya menjawab dengan kompak sambil menundukkan kepalanya. Gilang kembali fokus dengan setirnya, sedangkan Dannis kembali melihat layar smartphone-nya. "Aku tuh bingung. Sebenarnya kamu ini kenapa? Tiba-tiba setelah kejadian bully di kantin, be
Baca selengkapnya
Akhirnya Sampai!
"Pak, ambil obornya sana! Kita berdua tunggu di mobil," ucap Luna yang mendorong punggung Gilang. "Loh, kok, aku?" Gilang menoleh ke arah luar. Terlihat pemandangannya begitu gelap sekali. Bahkan sinar bulan enggan menerangi hutan itu. "Ya, masa kita? Di sini yang paling tua siapa? Bapak, 'kan?" Luna menjawab lagi. "Ta–tapi Lun…?" Gilang berusaha untuk menolak. Dirinya begitu gugup ketika melihat kegelapan yang menurutnya bukanlah hal yang biasa. Dannis yang duduk di samping Gilang juga ikut mendorong sepupunya untuk cepat keluar dari mobil dan mengambil obor itu. Ia tidak peduli dengan keadaan diluar sana ataupun kumpulan serangga malam yang suaranya terus saja menghantui kedua telinganya. "Dan, ikut, yuk?" Gilang menyeringai. Ia memohon kepada sepupunya untuk menemaninya. "Ih, ogah! Saya takut gelap, Pak!" Dannis mengelak. "Terus menurut kamu, saya nggak?!" Gilang benar-benar jengkel dengan alasan Dannis. Akhirnya dengan keputusan yang diambil oleh mereka bertiga, semuanya i
Baca selengkapnya
Pembalasan Randy
"Woy! Bangun!" Randy membentak sambil menuangkan sedikit air ke kepala Dannis yang sedang tertidur di atas kasur busa. Sontak saja lelaki itu langsung terbangun dan meronta. Ketika kedua matanya terbuka, Dannis baru menyadari bila rambut dan wajahnya sudah menjadi basah. Sisa-sisa air terasa masih menetes dari rambutnya. Tatapan lelaki itu langsung beralih ke arah samping. Ia melihat Randy sedang berdiri menatap ke arahnya sambil tertawa tiada henti. "Kau!" Kekesalan Dannis kian naik. Ia segera berdiri dan menarik kerah kemeja lelaki di depannya."Aku tidak tahu kenapa kau bisa begitu dekat dengan Pak Gilang, tapi jangan pernah mencoba untuk mencari perhatian di depannya! Itu menjijikkan!" Bisik Randy.Setelah itu, ia menepis genggaman tangan Dannis dari kerah bajunya. Randy berjalan keluar meninggalkan musuhnya yang berada di dalam kontainer itu sambil memasukkan kedua tangannya di masing-masing kantong celana. Ucapan dari lelaki itu membuat hari kedua Dannis di proyek semakin sur
Baca selengkapnya
Pencarian Tim SAR
"Bagaimana? Apa sudah ditemukan?" Gilang terlihat panik. Wajahnya tampak begitu tegang ketika mendapatkan panggilan masuk dari ketua Tim SAR. ["Maaf, Pak. Kami belum menemukan tubuh Mas Dannis. Tapi kami akan menyusuri kembali sungai serta lereng jurang."] Ketua Tim SAR mengakhiri panggilannya. Sudah sekitar delapan jam berlalu semenjak Dannis terjatuh. Seluruh Tim SAR gabungan di wilayah itu dan juga tim yang berasal dari ibukota di terjunkan langsung dengan dibekali helikopter milik perusahaan Kartanegara Karya. Sedari tadi, Gilang selalu saja mondar-mandir. Ia tidak bisa menghentikan langkahnya untuk sebentar saja. Kuku di ibu jari kanannya menjadi korban karena terus saja digigit olehnya. "Pak, apa Dannis akan baik-baik saja?" Luna tampak khawatir. Pertanyaan bodohnya tentu saja tidak bisa dijawab oleh semua orang yang ada di sana. "Sebaiknya kamu tenangkan diri dulu. Pak Gilang pasti akan mengerahkan segala cara untuk menyelamatkan temanmu," balas Pak Tio. Proyek yang sehar
Baca selengkapnya
Diantar Oleh Helikopter
"Juna! Bantu aku untuk mempersiapkan helikopter! Kita akan membawanya ke rumah sakit di ibukota!" Gilang telah memberikan perintahnya. Tanpa adanya jawaban, Juna segera pergi dengan membelah kerumunan orang-orang yang menutupi jalannya. Derai air mata mengalir dari pipi Luna yang terus saja mendekap tubuh Dannis yang tampak pucat dan dingin. Tim SAR berhasil menemukannya menjelang Isya. Tubuh Dannis ditemukan di pinggiran rawa dekat sungai. Ia terbawa arus hingga sejauh dua kilometer dari tempat jatuhnya. Untungnya, setelah diperiksa oleh tim SAR, Dannis masih bernyawa. Namun keadaannya begitu lemah. "Pak, helikopter sudah siap!" Ucap salah seorang tim SAR. "Baiklah, bantu aku membawanya!" Gilang langsung mengangkat tubuh sepupunya bersama dengan uluran bantuan dari beberapa tim SAR dan pekerja proyek di dekatnya. Evakuasi di malam hari itu dilakukan dengan begitu cepat. Tubuh Dannis diletakkan di bangku belakang. Ia dijaga oleh Juna dan juga Gilang. "Tunggu! Izinkan aku ikut!"
Baca selengkapnya
Dia Koma?!
"Apa yang dia lakukan? Apa mungkin … dia … ada hubungannya dengan kecelakaannya Dannis?"["Aku juga tidak tahu. Tapi bila Dannis sampai bangun, mungkin ia akan melaporkan Randy."] Dep!Panggilan keduanya tiba-tiba terputus. Koneksi Anya yang berada di daerah pedalaman sepertinya mengalami gangguan sinyal. Untuk sejenak saja, Aryo mengistirahatkan dirinya dengan duduk di salah kursi yang berada di lorong unit gawat darurat. Pikirannya tidak sepenuhnya tenang. Ia terus saja memikirkan keterlibatan Randy dengan kecelakaan yang dialami oleh mantan sahabatnya.Sedari tadi begitu banyak perawat dan dokter yang lalu-lalang dari ruangan di dekatnya itu. Dan di antara orang yang lewat di depannya, terlihat ada Juna yang baru saja tiba dan segera menghampiri dirinya. "Bagaimana keadaan Dannis? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Aryo. Wajah cemasnya begitu terlihat. "Dokter sedang melakukan tindakan. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam sana," balas Juna. Keadaan di dalam ruangan begit
Baca selengkapnya
Hilang Ingatan
"Kepalaku sakit sekali … ngomong-ngomong, ini di mana?" Dannis masih merasakan rasa sakit akibat benturan di kepalanya. Ia tampak bingung ketika melihat interior kamar itu. Sejenak ia mengira bahwa dirinya berada di rumah. Namun ketika melihat infus dan juga selang yang masih menusuk dan masuk ke tubuhnya, ia baru sadar bila dirinya berada di rumah sakit. "Kita ada di rumah sakit ibumu. Aku langsung melarikanmu ke sini setelah kau ditemukan tergeletak tidak sadarkan diri di pinggiran sungai," ungkap Gilang. Pria itu menghampiri sepupunya dan berdiri di samping kanannya. Ekspresi lega tergambar jelas di wajahnya. Penantiannya selama ini akhirnya berbuah manis. Rasa cemas di pikirannya terasa menghilang begitu saja."Bagaimana dengan yang lain? Luna? Apa dia baik-baik saja? Apa dia ikut ke sini?" Dannis terus saja mengajukan pertanyaan kepada Gilang. "Bos, sebaiknya kau pikirkan dirimu saja." Juna tersenyum samb
Baca selengkapnya
Dikunjungi Musuh
"Kau sudah bangun? Apa kau mau bubur atau sarapan yang lain?" Juna baru saja masuk ke dalam kamar rawat inap bosnya. Ia telah mengenakan setelan jas hitam ala dirinya. Berjalan menghampiri bos muda sambil memberikan hasil dari beberapa tes yang dilakukan oleh dokter. Sebelum ia tertidur tadi malam, Dannis menjalani beberapa tes tambahan untuk melihat gambaran di kepalanya. Dan tentu saja, perbincangan yang sempat terputus tadi malam dilanjutkan oleh Juna pagi ini. "Terima kasih. Letakkan saja di meja." Dannis melihat layar smartphone miliknya. Ada satu pesan yang terus saja mengusik hatinya. [Aku akan mampir besok pagi, tunggu aku.] Pesan singkat itu berasal dari Luna. "Sebelum kau diminta oleh dokter untuk menjalankan beberapa tes, kau mengatakan kepadaku untuk berhati-hati dengan anak dari pejabat daerah yang ada di dekat kampusmu. Apa maksudmu adalah Randy?" Juna kembali bertanya. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status