Semua Bab Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO: Bab 51 - Bab 60
83 Bab
51. Balik Dikejar
Amarise merutuki nasib sialnya dan sudah lebih dari puluhan kali memaki Nic sepanjang kaki jenjangnya menapaki pinggir pantai. Ia sudah diusir dari pekerjaan, lalu ditambah lagi harus mengubah sedikit alur ‘kebohongan’ pada Yulia.Semua kerumitan di pikiran Amarise dipicu oleh tindakan Nic. “Dasar pria berengsek! Dua minggu ini kebebasanku terenggut hanya dalam hitungan detik! Di sana pasti dia puas menertawaiku!” tukas Amarise menendang sekilas pasir pantai dengan kaki.Perempuan itu hampir saja melempar sepasang heels ke arah air saking kesalnya. Bahkan, hari sudah mulai sore dan siap berganti dengan malam. “Aku malas sekali pulang ke kontrakan,” gerutu Amarise.“Aku bingung harus bekerja apalagi di saat kebutuhan ekonomi mendesakku detik ini juga.” Amarise baru saja menikmati makanan di salah satu warung pinggiran, sebagai salah satu destinasi wisata kuliner.Ia tidak berani pergi ke tempat yang lebih mahal karena uangnya kian menipis. “Argh! Kenapa hidupku semakin sulit untuk jauh
Baca selengkapnya
52. Sesuai Permintaanmu, Istriku
Nic merangkul bahu Amarise. “Ayo kita tidur!” Ia sudah merindukan merengkuh tubuh hangat istrinya.“Malam ini kamu tidur di sofa!” ketus Amarise menurunkan kasar tangan Nic.Pria itu membulatkan matanya teralihkan dari pikiran bahagia melihat ranjang kecil, tapi bisa diisi oleh mereka berdua hanya untuk tidur berpelukan. Dua minggu sudah membuat tidur Nic tidak keruan tanpa Amarise. “Apa maksudmu? Kita sudah berbaikan dan selayaknya suami istri yang terpisah, kita bisa merasakan lagi kehangatan satu sama lain.”“Maaf, Tuan. Apa aku menerima permintaan maafmu?” tanya Amarise menyeringai sinis dengan menyandarkan tubuh di kosen pintu. Ia melipat kedua tangan di dada sambil menatap angkuh Nic.Nic hampir tidak berkedip. “Jadi seluruh penjelasanku belum kamu terima?”“Aku menerimanya. Hanya saja, bukan berarti aku memaafkanmu malam ini juga,” sahutnya tenang, berbanding terbalik dengan embusan napas kasar Nic.“Tidak ada pelukan?” tanya Nic mulai lemas.Amarise ingin sekali menertawai rau
Baca selengkapnya
53. Tantangan dan Hadiah
Pagi ini Nic bisa merasakan bangun tidur lebih rileks dan sangat segar. Ia sudah cukup lama menahan keinginan bertemu bersama Amarise, menyelesaikan semuanya agar kehidupan pria itu kembali pada aktivitas seperti biasa. “Bagaimana tidurmu semalam?” “Biasa saja.” Nic mendengkus sekilas setelah bersandar di sisi meja dapur. Ia memerhatikan jemari cekatan Amarise memotong sayuran. “Semalam kamu memeluk dan mengecup bibirku berulang kali. Bahkan, aku masih mengingat ucapanmu tentang merindukanku.” “Mungkin hanya mimpi indahmu saja,” cetus Amarise meninggalkan Nic beralih membawa sayuran menuju wastafel. Merasa kesal dengan tindakan dan jawaban Amarise. Nic justru lebih merasa gemas karena istrinya bisa sangat kekeuh untuk membentengi dirinya. Pria itu terkekeh pelan dan mengikuti langkah Amarise. Kedua tangan Nic menelusup ke dalam kaus kebesaran Amarise. Di dalam sana tidak ada bra ataupun celana, kecuali ditutupi kain tipis menutupi area sensitif. “Aku bisa membantumu agar sarapan
Baca selengkapnya
54. Pandora Indah
Ribuan kupu-kupu menggelitik perut Amarise. Ia memekik tertahan seraya merapatkan buket mawar merah dari Nic. Pria itu menutup makan malam romantis, permainan biola yang dilakukan sang suami dan juga dansa dengan sorot saling memuja. “Dia sangat pandai mencari trik romantis!”Bibir itu mencebik, meskipun letupan di dalam dada Amarise tidak terelakkan. “Aku memang sangat jarang diberikan buket. Dia selalu tahu apa yang kuinginkan, yaitu transferan dengan nominal banyak. Tapi malam ini siasatnya sangat tepat dan membuatku harus mengakui tantangan ini berhasil.”Amarise tertawa kecil dan mulai mengirup lagi aroma buket mawar berukuran sedang. “Baiklah! Sesuai permintaan suamiku yang memintaku masuk unit terlebih dulu,” lanjut Amarise melanjutkan jalan setelah berhasil keluar dari lift.Malam ini ia dibuat terkejut karena Nic meluruskan segala permasalahan. Pria itu bertanggungjawab atas fitnah yang diberikan pada Amarise, lalu beberapa pelayan yang melayani makan malam romantis di ballro
Baca selengkapnya
55. Amarah Berakhir Manis
Besok pagi Nic dan Amarise akan kembali ke Amerika setelah menghabiskan hampir satu minggu di kontrakan Yulia. Setidaknya beberapa hari sebelumnya mereka sudah menikmati momen lebih intim di kamar hotel. Pandora indah pemberian Nic, membuka seluruh kebahagiaan dibalut rangkaian penuh hasrat di antara mereka.Nic menyiapkan air mandi di bathtub, membawa mereka saling memesrai satu sama lain. Lalu, penutup malam itu diselesaikan dengan percintaan panas mereka. Pria nakal itu sengaja mengisi lemari dengan empat lingerie berbeda warna dan model. Sengaja tidak membiarkan Amarise berpakaian lengkap hanya untuk menikmati momen bersama.“Dia belum kembali setelah izin satu jam lalu menemui anak buahnya?” Amarise mencebik kesal setelah menutup koper.Ia baru saja memeriksa barang setelah mandi di sore hari. Pikirannya mulai resah karena Nic belum pulang. “Ponselnya tidak aktif!”Amarise melempar ponsel ke atas ranjang dan bergegas mencari dress pantai di bawah lutut. Ia mencari sebentar kebera
Baca selengkapnya
56. Masa Lalu Nic dan Olivia
“Kalian bisa melanjutkan makanannya. Aku harus pergi lebih awal,” cetus Nic memundurkan kursi.Mereka bertiga makan dalam satu meja. Amarise dan Olivia saling berhadapan dan hanya sesekali suara di ruang makan ditimpali Olivia karena Amarise masih enggan menerima kehadiran Olivia. Begitupula Nic yang membalas sekadarnya saja demi menghargai tamu di mansion. Ia sadar untuk tetap menghargai perasaan Amarise.Pria itu berdiri seraya menatap arloji. “Satu jam lagi pegawai SPA akan datang untuk memanjakan kalian berdua.”Mata Olivia berbinar mendengar hal tersebut. “Terimakasih, Nic! Kamu tahu saja jika aku membutuhkan perawatan,” cetusnya melirik puas Amarise yang mendekati Nic dengan wajah kesal.Ia merapikan jas suaminya, meskipun pasangan suami istri itu saling bersitatap sejenak. Nic mengulum senyum meraih pinggang sang istri. Di depan Olivia ia mengecup sekilas bibir ranum Amarise. “Rishi-ku sudah lama tidak melakukan perawatan lagi setelah memutuskan meninggalkanku sendirian di sini
Baca selengkapnya
57. Pernikahan Impian
Nic gelisah selama menyelesaikan pekerjaan dan beberapa pertemuan. Jika ia bisa meninggalkan pekerjaan hanya untuk kembali ke mansion, ia akan melakukannya. Namun, hari ini benar-benar penting dan terlebih Nic masih bisa merasa lega Amarise tetap berada di mansion.Ia mendapati kabar dari salah satu pelayan dan mengatakan kegiatan Amarise. Bukan tanpa sebab Nic melakukannya, melainkan tidak ada satu pesan dan telepon yang dijawab Amarise. Padahal, pagi tadi terasa hangat dan menggemaskan saat mereka saling menjahili satu sama lain.“Bisakah rapat kali ini diundur?”“Maaf, Tuan. Tapi Anda sudah mengundurnya dengan alasan ingin menjemput istri Anda di Indonesia. Dan Anda meminta diingatkan agar pertemuan ini tidak bisa dialihkan lagi dan harus segera dilaksanakan.”Napas Nic berembus berat. Ia meminta sekretarisnya untuk keluar dan mempersiapkan pertemuan terakhir di restoran yang sudah di reservasi.Ia tentu tidak bisa melanggar kesepakatan yang sudah diundur, apalagi mengingat klien k
Baca selengkapnya
58. Semakin Mesra
Amarise mengubah posisi tidur menjadi telungkup di sisi Nic. Ia menatap nakal dengan menjalankan jemari lentik di dada bidang Nic. Tubuh polos mereka hanya ditutupi selimut setelah menghabiskan dua sesi percintaan napas. “Bagaimana pelayananku?”“Selalu puas juga ingin lagi dan lagi,” bisik Nic tersenyum menggoda seraya menyematkan kecupan di pipi sang istri.“Terimakasih untuk pelayananmu, Istriku. Aku selalu merasa terpuaskan dan selalu menikmati tiap permulaan juga penutupnya,” lanjut Nic mengedip jahil.Amarise tersipu. Ia menyembunyikan wajah di ceruk leher Nic, membiarkan pria itu mendekapnya dengan posisi terlentang. “Lalu bagaimana denganku? Kamu terpuaskan, hm?”“Nic ... jangan nakal,” bisik Amarise dengan menahan gairah saat Nic memantiknya lewat remasan di bagian bokong.Pria itu tertawa kecil, membawa Amarise berada di atas tubuhnya dengan posisi telungkup. Sejenak Nic mendesah pelan merasakan himpitan yang terasa bisa memantik hasratnya lagi. “Dadamu sangat padat dan besa
Baca selengkapnya
59. Tawaran Bercinta dari Olivia
“Apa aku keterlaluan pada Nic? Dia sudah mengatakan semuanya secara jujur, tapi aku justru bertingkah seperti anak kecil yang tidak ingin memahami keterbukaan Nic dengan masa lalunya.”Napas Amarise berembus berat. Ia terduduk gelisah di atas ranjang, sulit tidur karena tidak mendapati Nic mencoba membujuk Amarise sekali lagi. “Ini semua salahmu, Amarise!”“Beberapa jam lalu kamu sendiri yang memaki dan meminta Nic tidak tidur di kamar. Tapi kamu sendiri yang menginginkan dia berusaha sekali lagi membujukmu. Ah, sial!” maki Amarise pada dirinya sendiri.“Perasaanku tidak terlalu kesal dan cemburu lagi akibat masa lalu mereka. Seharusnya aku juga bisa menganggap santai semuanya agar perempuan menjijikan itu tidak bisa lagi mengusik. Dia memang tidak boleh lebih unggul di bandingkan aku yang sudah memiliki Nic,” tandas Amarise merasa sudah salah bersikap.Ia menyingkap selimut seraya mengambil sweater untuk menutupi gaun tidur tipisnya. Amarise harus meminta maaf dan membawa Nic tidur d
Baca selengkapnya
60. Mengandung Benih Pria Lain
“Nicholas ... kenapa kamu tidur di sini?”Nic mengernyit dan mulai sadar dari tidur nyenyak mendapati tusukan lembut jari telunjuk seseorang menekan bagian pipinya. Rengekan manja serta aroma parfum yang ia kenali masuk di indera penciuman, membuatnya segera membuka mata.“Rishi?”Amarise menjauhkan tubuh saat pria itu terduduk dan menyugar kasar wajah serta rambut. Suara serak dan berat Nic, juga melihat penampilan pria itu membuat pikiran mesum Amarise dalam mode siap.Ia menggigit bibir bawah menahan untuk tidak menyerang suami kesayangannya. “Kenapa pagi ini kamu tidak memelukku?!” kesalnya cemberut.“Kemarin kamu mengusirku, memintaku untuk tidak tidur di kamar. Aku tidak ingin membuatmu bertambah marah jika memaksa masuk, Rishi,” jelas Nic mulai sadar akan permasalahan kemarin.Amarise mendengkus. Ia melipat kedua tangan di dada menatap Nic di atas ranjang kamar tamu. “Biasanya kamu sering memaksaku dengan rayuanmu,” gerutunya melirik sinis Nic.Pria itu terkekeh kecil melihat r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status